Kakak Frank

6.8K 615 150
                                    


Nanon menyeret selimut dan bantalnya malas-malasan menuju kamar abang di lantai 2 karena barusan abang minta dia dan kakak untuk tidur di kamar abang, ada yang mau diomongin sekalian jagain bunda katanya.

Si bungsu mengerutkan keningnya heran mendapati Frank di kamar abang, kakaknya itu sedang sibuk memainkan ponselnya di sofa dekat jendela dan tidak perduli dengan kehadirannya.

" Frank? " panggil Nanon setelah duduk di atas tempat tidur abang.

" kak " sahut Frank pelan.

Iya, Nanon memang kadang memanggil Frank dengan namanya saja saat tidak ayah dan bunda. Toh dipikirnya mereka lahir di tahun yang sama. Tapi ayah dan bunda mengajarinya untuk memanggil Frank kakak sejak lama.

" iya iya, rese ih. Kok lo sendirian? Abang mana? Katanya mau ngomong " Nanon beralih duduk di lantai dekat dengan sofa tempat Frank berbaring. Tepat di bagian kaki kakaknya.

" lagi nemenin bunda, katanya bunda gak bisa tidur " Frank meletakkan ponselnya di atas sofa dan mulai memejamkan matanya. Ia lelah seharian mengurusi SOTUS dan harus ikut briefing dengan panitia sebelumnya.

" kok kita gak tidur di kamar bunda aja? " tanya Nanon.

" bunda perlu istirahat " Nanon dan Frank mengalihkan pandangan menuju pintu. Abang berdiri di sana dengan 3 kotak susu cokelat.

" bunda udah tidur bang? " Frank segera mendudukan tubuhnya. Memandang serius pada si sulung yang kini duduk menyender pada kaki tempat tidur.

" dek, tangkap " si sulung hanya mengangguk menjawab pertanyaan Frank, ia lebih sibuk melempar 2 kotak susu cokelat ke arah Nanon. Nanon menyerahkan 1 kotak di tangannya pada Frank.

" kita tidur di sini aja malam ini ya, temenin bunda juga siapa tau bunda perlu sesuatu " Nanon hanya mengangguk menjawab pernyataan Pluem.

" bunda kenapa sih? " Frank yang masih belum dapat jawaban apa yang sedang terjadi jadi bingung sendiri.

Tentang kenapa ibunya terlihat lemas tadi saat ia baru pulang dari kampus, bahkan saat makan juga ibunya tidak begitu bersemangat padahal Frank sengaja membeli apple pie kesukaan ibunya. Cupcake yang dibuat ibunya juga tidak disentuh sama sekali.

Matanya mungkin tidak sembab tapi Frank yakin ibunya baru saja menangis.

" bunda berantem sama ayah? " kejar Frank lagi sebelum Pluem menjawab. Pluem hanya terkekeh mendengar pertanyaan adiknya.

Bundanya bertengkar dengan ayah?

Terdengar lucu.

Karena nyatanya selama ia tinggal dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya itu tidak pernah sekalipun Pluem melihat mereka bertengkar. Apalagi bunda yang menangis.

" iya bang bunda kenapa sih? " kali ini Nanon yang bertanya. Tangannya sudah sibuk dengan ponsel, main ROV dengan sahabatnya. Ohm.

Nanon memang datang saat ibunya masih terlihat sangat shock, abang juga sedang sibuk bicara dengan ayah jadi Nanon masih tidak tahu apa alasan sebenarnya ibunya sampai menangis.

" abang juga gak tau pastinya sih. Tadi waktu abang pulang bunda udah di halaman belakang. Ketakutan, hampir nangis juga. Waktu abang tanya kenapa katanya ada orang manjat dinding rumah "

" uhuk " Frank yang sedang minum susu cokelatnya seketika tersedak. Nanon tidak jauh berbeda, ia malah dengan sadar menghentikan permainannya dengan Ohm. Ia akan berurusan dengan Ohm masalah itu nanti, sekarang bunda lebih penting.

" gila! Maling?! " Frank yang memang lebih keras dari mereka bertiga jelas terlihat tidak senang. Pluem hanya menggeleng menjawab Frank.

Toh ia memang tidak tahu siapa orang yang ibunya bilang.

BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang