"Dasar kunyuk! Loe...Hik...mutusin... Gue...hik"
Shena yang baru saja menyelesaikan tugas piket itu kemudian mengernyit. Dengan pagi tanpa sarapan karena terburu-buru mengejar mobil Orion yang nyaris ngebut agar tetap mendapat tumpangan bebas biaya sudah cukup membuat pagi hari gadis itu sibuk dan melelahkan. Harus banget yah capek karena lari-larian dan ngerjain tugas piket ditambahi dengan lihat salah satu kawannya nangis bukan ditempat lebih keren misal taman sekolah. Namun Shena enggan mendekati alih-alih menghentikan tangis temannya itu. Menurut pemahaman gadis itu,bahwa mencegah apalagi berusaha menghentikan seseorang untuk menangis terutama ketika hati dan kondisinya memang tengah bersedih adalah cara untuk memperkeruh perasaan orang lain. Mungkin saja dia berhenti menangis,tapi tidak dengan emosi yang mestinya keluar malah dicegat untuk di ekspresikan. Shena sering melihat orang yang justru berupaya menahan airmata ketika mengalami berbagai kejadian yang sejatinya memang menyebabkan seseorang itu bersedih. Di lain kesempatan,Shena mendengar kabar bahwa orang itu meraung dalam mimpinya dan diam saat menjalankan rutinitasnya.
Shena tidak ingin Kania mengalaminya. Karena itulah Shena memutuskan untuk kembali mencari kesibukan,apa saja asal tidak mengusik Kania yang sedang menangis. Namun,Shena kesulitan sendiri karena pekerjaan piketnya telah dia selesaikan dan juga sosok lelaki yang kini berdiri tepat didepan Kania juga ikut mengejutkan gadis tersebut.
"Bisa gak kamu nangisnya gak dekat bak sampah,Ya?"
Shena sulit berkedip. Pemandangan dihadapannya ini amat mengejutkan. Bagaimana persisnya seorang mantan yang memutuskan hubungan,dia pula yang datang bak malaikat baik dengan sehelai sapu tangan di ulurkan pada orang yang telah dia putuskan juga dibuatnya menangis sesenggukan?!
"hapus air mata kamu. gadis cantik...gak boleh nangis"
Bukan hanya dibuat heran,namun pemandangan itu tanpa sadar membuat tangan Shena mencengkram alat pembersih lebih kuat dari biasanya. Seperti kemudian ada suara riuh ramai dalam batinnya yang berseru 'jangan diterima,bego kalau elo ambil tuh sapu tangan dari dia,Kania!' Dan seruan lain yang seolah nyata ikut pula meramaikan panas terbakar batin gadis itu 'Kania berhenti liatin matanya! Tuh setan sok ganteng yang mutusin elo,aduh bego! Jangan lemah,Nia!'
Dan Shena bukan sedang menyusun skrip film dan Kania juga sosok itu juga bukan pemain sinetron yang tengah diarahkan sutradara. Mereka sedang dalam situasi yang sedang berlangsung. Juga kenyataan kadang menjatuhkan antuasme ketika berharap sesuatu dalam benak akan bekerja pada kenyataan.
'Bego!'
Seruan dalam batin yang mempertegas keputusan Kania menerima uluran sapu tangan justru dari lelaki yang jadi sebab sahabatnya yang cantik itu tak sadar menangis sesenggukan di samping bak sampah. Antara ngenes,bikin gemes atau rada najis ketika menyaksikan hal tersebut. Dalam hati Shena merasa dongkol juga aneh. Mantan yang masih aja mujarab bikin airmata temannya berhenti bikin Shena greget pengen mukul kepala temannya pakai gagang sapu. Kan gak enak yah kalau teman yang baik keberadaannya malah gak lebih punya peran dari orang jahat berlabel mantan yang jelas-jelas nyakitin?
Nah disini masalahnya...
gimana mau didengar kalau dia ramai dan berseru dalam batin aja. Jangankan yang sudah mantan mantanan di depannya,kutu yang mungkin aja ngumpet dalam rambut Shena juga gak bakal dengar meski seriuh bagaimanapun-__-
Lalu kembali pada sepasang mantan tadi. Sapu tangan yang masih terulur itu bersambut setelah beberapa waktu. Kini si pemilik jemari dengan cat kuku telah menggunakannya untuk memperdengarkan suara nge sruuuk gitu dari hidungnya. Tak lupa dia berkata,"Heum..hik..makasih" dan tidak ada ucapan apa apa lagi setelahnya. Sukses dibuatnya Shena nganga dramatis gegara adegan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Multichapter) Bertumbuh
General FictionKetika kita melewati banyak hal, akan ada yang bertumbuh...