27 Maret 2005 hari dimana kecelakaan tragis itu terjadi. Kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuaku. Kecelakaan yang mengambil lengan kananku. Dan kecelakaan yang terjadi karenaku.
Aku selalu menyalahkan diriku sendiri karena kejadian itu. Karena, waktu itu aku mengajak bicara ayah yang sedang menyetir mobil. Ayah menjadi tidak fokus dan akhirnya mobil yang kami tumpangi menabrak sebuah truk pengangkut barang yang sedang melaju. Kecelakaan pun tak terelakkan. Ibu dan ayah tewas seketika dan aku koma selama lima hari.
Aku yang berumur sembilan belas tahun, tak bisa menahan tangis saat mengetahui kenyataan tersebut.
Aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku sudah tidak punya siapa siapa lagi selain ayah dan ibu. Tapi aku beruntung masih punya rumah dan uang yang ditinggalkan.
Hari hariku terasa sangat berat. Aktivitas yang kulakukan hanya tidur, makan, menonton tv itupun tv yang menontonku, dan setiap malam aku selalu menangis.
Aku menyalahkan diriku sendiri setiap hari. Terkadang muncul pikiran 'Apakah aku harus membunuh diriku untuk melupakan semua kejadian ini?'. Tapi aku tidak bisa, aku tidak bisa mengecewakan kedua orang tuaku yang berada di surga.
3 bulan tidak pernah beranjak dari rumah. Hari ini, aku keluar rumah untuk membeli bahan bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Aku pergi ke minimarket dekat rumahku.
Aku mulai memasukkan barang yang akan ku beli ke dalam troli. Lalu berjalan mengitari rak rak. Aku berhenti di depan rak alat alat tulis. Lama memandang manga pen lalu bergantian memandang tangan kananku yang lenyap. Seketika aku merasakan sesak di bagian dada dan segera beranjak ke kasir.
Dalam perjalan pulang terasa sangat hampa. Impianku, cita citaku takkan pernah terwujud. "Sial sial sial", umpatku.
"Maaf mas mau tanya. Rumahnya Kek Seto dimana ya?", tanya seorang gadis yang tiba tiba berada di sampingku.
Aku menjawab bahwa Kek Seto adalah tetangga sebelah rumah. Diperjalan gadis itu sibuk berceloteh, sedangkan aku hanya memasang ekspresi datar, tidak minat dengan ceritanya.
Sesampainya di depan rumahku. Ku tunjukkan rumah Kek Seto. Setelah itu dia mengucapkan terimakasih dan pamit. Setelah lima langkah dia berbalik ke arahaku.
"Kenalin mas saya Sara", gadis itu mengulurkan tangan kananya.
Aku hanya memandang tangannya nanar.
Dia meralat uluran tangannya dan menjabat tanganku menggunakan tangan kirinya.
Aku hanya diam. tiba tiba Sara melepaskan jabatan tangannya dan meninju udara sambil berkata, "Semangat". Lalu Sara mengucapkan selamat malam dan pergi menuju rumah Kek Seto.
Aku melangkah ke dalam rumah. Menghempaskan badan di sofa depan tv. Menarik napas berat dan mulai meneteskan air mata.
Kenapa semua hal ini terjadi padaku ?
Kenapa ?
Aku ingin menjadi komikus. Tapi kenapa Tuhan mengambil tangan kananku ?
Ayah ibu maafkan anak durhakamu ini. Maaf ayah maaf ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine (?)
General FictionSaga berfikir bahwa hidupnya sudah berakhir. Tidak ada harapan yang ingin dicapai. Hanya hampa yang selalu setia menemaninya. Sampai akhirnya setitik cahaya mulai terlihat. Setitik cahaya yang membesar menjadi sebuah mentari. Apakah cahaya mentari i...