Sayup-sayup suara tarhim terdengar dari masjid samping apartemenku, aku mengerjapkan mata sambil lalu mencari hp untuk mematikan alarm yang juga ikut berdering.
Ini adalah sepertiga malam terakhir, waktu terbaik untuk bermunajat kepada sang khaliq, terlebih sebagai pelajar seperti aku, ini menjadi waktu emas untuk mencurahkan seluruh gundah, memohon ampun atas semua khilaf dan meminta kemudahan atas urusan dunia dan akhirat.
Jujur, ini berat. Godaan bantal dan selimut lebih menarik perhatianku. Tapi aku teringat bahwa perjalanan ini masih panjang, tak cukup jika hanya berbekal rebahan untuk menggapai semua asa, harus ada usaha yang sungguh-sungguh.
Dan akhirnya aku beranjak dari tempat tidur, dan tak lupa meneguk segelas air putih di atas nakas yang sengaja aku siapkan sebelum tidur. Baru kemudian pergi ke toilet untuk berwudlu'.
Rangkaian ibadah alhamdulillah sudah aku penuhi hingga fajar terbit. Aku bergegas ke dapur mengambil beberapa lembar roti, selai dan susu hangat untuk sarapan. Karena pagi ini aku ada kuliah.
Sebelumnya kenalin, aku Najma Nuri Nazilah. Panggil aja Najma. Mahasiswi tingkat 2 di Univ Swasta di Jakarta. Saat ini aku tinggal sendirian di apartemen yang sengaja disewakan kepada mahasiswa karena lokasinya yang strategis dekat kampus. Namun jika liburan tiba, sesekali aku menyempatkan pulang ke rumah sekedar tuk melepas rindu dengan Ummah dan Buya.
🌱🌱🌱
Jam 07.00 aku udah siap untuk berangkat ke kampus, kebetulan hari ini ada presentasi, jadi harus datang terlebih dahulu untuk menyiapkan segala sesuatunya.
Aku bergegas turun ke lobby untuk mengambil motor kesayanganku, ternyata mang udin udah stay di pos depan apartemen dengan secangkir kopi diatas meja kerjanya."Assalamu'alaikum mang, wah udah ngopi aja nih pagi-pagi." Sapaku ramah padanya
"Wa'alaikumussalam, eh neng najma. Iya nih neng biar kagak ngantuk. Tumben jam segini udah mau ngampus aja?" Tanyanya penasaran melihatku sudah rapi.
"Iya nih mang, lagi ada kelas pagi. Pamit dulu ya mang takut kesiangan." Jawabku sambil lalu melaju keluar gerbang apartemenAku suka jalanan pagi karena udaranya sejuk, belum banyak kendaraan yang berlalu lalang, apalagi tadi subuh sempat gerimis manja, hehe. Jadi bau khas tanah basah menyeruak di pernapasanku. I like it!
15 menit kemudian, aku sudah sampai di kampus. Aku mulai mencari tempat yang pas untuk parkir, dan kemudian berlalu masuk mencari ruang untuk kelas pagi ini. Ruang 7.11 akhirnya aku temukan, tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga, karena letaknya persis samping lift.
Aku mengetok pintu dan mengucap salam, lalu membuka gagang pintu. Ternyata belum banyak yang datang, aku mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan berharap 2 sahabatku udah datang juga. Tapi nihil, batang hidungnya tak terlihat.
Tak ambil pusing, aku mengambil posisi duduk paling depan dan mengeluarkan earphone untuk mendengarkan musik favoritku, sambil lalu membuka kembali modul dan beberapa referensi untuk presentasi hari ini.
"Hai naj serius amat dah bacanya." Katanya mengagetiku. ku tebak itu pasti Zulfah dan Naila, sahabatku. Karena sejauh ini tak ada teman kelasku yang benar-benar akrab denganku, selain mereka berdua. Bukan karena tak suka bersosial, cuma ada beberapa aliran introvert yang aku anut. Wkwk
Jadi ngomongnya pas penting-pentingnya doang kayak seputar kuliah, organisasi dan beberapa hal lain yang menunjang kemaslahatan."Eh kalian udah pada datang, sini duduk." Responku dengan nada B aja, dan mempersilahkan mereka duduk di sampingku.
"Hadeuh gini ya kalau lagi baca, berasa dunia milik sendiri. Noh dicariin."
Aku kaget dan mengalihkan pandangan mengikuti kemana arah tangan naila menunjuk, ternyata wildan orangnya, partner presentasiku hari ini.Buru-buru aku melepaskan earphone yang masih nangkring di telinga, ketika melihat wildan menghampiriku.
Karena ini salah satu akhlaq Rasulullah, yaitu selalu menghargai setiap orang yang berbicara dengannya. Dengan cara menfokuskan diri, dan siap mendengarkan apa yang akan disampaikan, tanpa disibukkan dengan hal apapun."Hi Naj! Boleh duduk?" Tanyanya
"Iya duduk aja, oh ya maaf ya tadi najma beneran ga denger panggilan wildan." Ucapku menyesal
"Yaelah santuy bae. Oh ya wildan mau nanya kalau misalkan . . . . . " tuturnya panjang meminta pendapatku terkait materi yang akan di presentasikan.Begitulah dia, selalu saja meminta pendapat orang lain, termasuk ke aku. Padahal wawasan dia udah jauh diatas rata-rata. Wildan, Ketua BEM di fakultasku, pinter, ramah dan selalu jadi idola. Anehnya dia selalu menyebut nama jika ngobrol denganku. Padahal kalau dengan teman yang lain dia make "Lu-Gua". Ah sudahlah, abaikan!
🌱🌱🌱
Presentasi di mulai, aku hanya berdua dengannya. Karena dosenku sengaja membaginya tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang, tau sendiri lah ya gimana kalau anggota kelompoknya banyak, pasti ada aja yang leha-leha nunggu hasilnya doang wkwk.
Penyampaian materi udah kita sampaikan dengan optimal, pun aku melihat teman-teman pada tertarik mendengarkan pemaparan kita berdua. Saat sesi tanya jawab begitu banyak banget yang nanya, ada yang benar-benar nanya karena mengkaji materi secara mendalam, adapula yang cuma nanya hal sepele hanya karena ingin dinilai aktif oleh dosen, dan ada pula yang cuma caper sama si wildan.
"Huh dasar si bambankkkkk!!!." Gerutuku dalam hatiBukan cemburu, cuma aku kesel aja gitu buat ngeladenin mereka, buang-buang waktu aja. Mana perut aku udah bunyi lagi belum sarapan nasi (Maklum aku orang Indonesia, kalau belum makan nasi berarti belum sarapan. Setuju gakk? Wkwk)
Hingga suara perutku terdengar oleh wildan, mampus dah aku ketauan kan 😑"Abis ini ke kantin yuk!" Bisiknya
"Eh itu, najma nanti ada janji sama zulfah dan naila mau ke perpus." Elakku karena gak ingin jadi pusat perhatian jika ke kantin berdua dengannya, secara yang suka ke dia banyak banget
" Yaelah makan dulu aja gih, tuh udah ada notif dari perutmu." Mukaku langsung memerah menahan malu
"Yaudah deh". Jawabku pasrah.-------------
Sampai sini dulu, Jangan lupa vote yah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
General FictionHanya hasil dari sebuah kegabutan, Ambil hikmahnya aja! Awas baper 😁