Wisnu call
"Aku di Pontianak"
"Lalu?"
"Karena kau"
"Aku tidak menyuruhmu"
"Tapi aku menepati janji, pada diriku. Bahwa aku akan datang kepadamu,lagi"
Dia datang. entah bagaimana aku harus mengekspresikan semua perasaanku ini. Aku senang? tentu, bagaimana juga dia teman kecilku. Tapi bagaimana aku menyikapi semua ini setelah kejadian itu? Aku tidak akan bisa tampil dengan membawa diriku seakan aku lupa dengan semuanya. Tidak! Aku berusaha tidak menjadi orang munafik.
"Tapi aku menepati janji, pada diriku. Bahwa aku akan datang kepadamu,lagi"
"Jadi sekarang apa maumu?"
"Aku akan tinggal di Purnama"
" Tidak ada rumah lain?"
" Tidak. Setelah isya aku bertamu"
Dia mengakhiri panggilan secara sepihak. Sungguh ini semua sangat menjengkelkan. Dia datang, lalu tinggal di sebelah rumahku dan sebentar lagi ia akan bertamu. Aku pernah berkhayal ataupun memikirkan tindakanku jika nanti aku dipertemukan lagi dengannya, tapi setelah itu aku menepis semua pikiran itu dan berkata itu akan sangat mustahil.
Mungkin dulu, aku sangat menantikannya. Seseorang yang tumbuh bersama denganku, dengan lingkungan yang sama. Saat itu, aku masih tidak tahu dengan hubungan antara pria dan wanita. Aku tidak memandangnya sebagai pria hingga aku mulai memasuki bangku menengah atas. Setelah saat itu, dia bukan lagi seorang tetanggaku yang bebas menempel kesana sini tanpa izin dariku maupun dari keluargaku. Dulu, semua urusan yang beratas namakan dia, akan selalu diterima dan dilancarkan. Itu dulu sesaat kami belum cukup dewasa untuk mengenal perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You To The Moon and Back
RomanceTumbuh bersama orang yang kau sayangi tentu akan menjadi suatu kenangan terbaik bukan? Tumbuh bersama, mengenal hidup bersama, dan membuat 'masalah bersama' yang akhirnya menjadi suatu awal malapetaka bagi mereka.