Chapter 1

21 4 0
                                    

Jumat adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua siswa. Bagi sebagian siswa, jumat adalah hari dimana waktu rebahan akan segera dimulai. Tapi tidak dengan Azqiara Anita Shanum. Gadis yang memiliki garis wajah tegas namun meneduhkan ini tidak pernah absen untuk kembali saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Baginya tidak ada hari dimana ia bisa pulang dengan normal seperti siswa pada umumnya. Menjelang akhir pekanpun ia tidak bisa menikmati waktu hanya sekedar untuk rebahan.

Setelah bel pulang berbunyi ia bergegas menuju ke kantin. Dengan tidak sabar Ara menarik lengan Rani sahabatnya dengan paksa. Sehingga sahabatnya yang memiliki nama Maharani Mawar Arumi ini tak henti-hentinya mengucapkan sumpah serapah untuknya.

"Sabar dong ra, kayak mau pindah aja tuh kantin." sungut Rani yang sudah kesal setengah mati dengan sahabat satunya ini.

"Aku laper banget Ran, ngga mau kalau harus antri. Ntar keburu mati kelaparan akunya." dengan tidak pedulinya Ara terus menarik lengan Rani erat sekali, seerat persahabatan mereka.

Hingga mereka sampai di kantin sekolah yang tidak terlalu ramai karena sebagian siswa memilih untuk pulang.

Dengan mata melotot Rani mencubit lengan Ara yang kemudian meringis merasakan nyeri akibat cubitan Rani.

"Astaga ra.. kalau ngomong tuh dijaga kenapa sih. Aku sumpel juga tuh mulut pake kaos kaki."

Ara malah menunjukkan cengiran lebarnya yang justru membuat Rani semakin geram. Kesalnya hilang ketika tak lama kemudian Ara menyogoknya dengan sepiring ketupat pecel lengkap dengan gorengan favoritnya.

Seperti biasa, ditengah kegiatan makan selalu ada saja hal-hal yang di gosipkan. Dan kali ini Rani lah yang membuka obrolan ketika Ara sedang hikmat-hikmatnya menyantap pecel.

"Eh Ra, kamu tau Yudis ngga?" mulainya.

"Tau lah, orang dulu pernah main bareng sama anak-anak." jawab Ara dengan tetap melahap makanannya.

"Hah serius?! Anak-anak mana?" begitulah jiwa ingin taunya mulai meluap-luap.

Ara memutar bola matanya malas ketika Rani sudah penasaran, pasti dia akan bertanya terus dan Ara harus menjelaskan sampai mulutnya berbusa.

"Ya secara aku dan dia kan satu organisasi, apalagi kita ini partner di acara pensi MPLS besok, udah pasti kenal lah. Kamu ini gimana sii. Anak-anak mana lagi kalau bukan tuh si Pratama, Bobby, Tia dkk."

"O iya juga ya. Lupa aku." Ditengguknya segelas es teh hingga tandas tersisa gelasnya saja.

"Katanya Yudis udah putus loh sama Mala. Banyak noh anak-anak alay mulai pada ngantri. Kamu ngga ikutan?" lanjutnya.

Ara tak ingin menjawab. Sorot matanya menyiratkan Rani untuk diam. Dihabiskannya satu suap terakhir pecel miliknya dan es teh yang tinggal setengah.

Tak habis pikir ia dengan pemikiran teman satunya itu. Selalu saja membuatnya ingin melahap hidup-hidup manusia berhati mellow ini.

"Maksudmu aku lebay gitu? Nggak. Nggak tertarik sama sekali."

"Jangan gitu ra, siapa tau nanti dia yang bakal kamu ceritain tiap hari ke aku. Secara aku pengin denger kamu cerita cowo ke aku deh." Racaunya yang terus-terusan meneror Ara.

"Kamu mau ngomong terus atau aku tinggal? Jum'atan dah selesai tuh. Ayo buruan solat."
Tak mau memperpanjang, Ara pergi meninggalkan Rani yang bertambah kesal karena diabaikan.

"Ara tungguin!!" Sambil berlari ia terus berteriak agar Ara menunggunya.

Bergegaslah kedua sahabat itu menjalankan kewajiabnnya sebagai seorang muslimah.

AGUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang