Memasuki bulan Januari, berarti liburan panjangmu berakhir. Sejauh ini hal paling berkesan di bulan ini adalah ketika kau menyambut tahun baru dengan seluruh anggota voli Aoba Johsa ditambah Saotome, kalian membuat pesta kembang api sendiri dan memasak Osechi yang akan dimakan selama tiga hari beramai-ramai.
Dan, sekarang, dipertengahan bulan, kau hanya duduk melamun memandangi salju menumpuk di taman belakang sekolah yang jarang dikunjungi akibat cerita-cerita mistis yang diturunkan dari beberapa generasi. Sambil memperhatikan lingkungan yang bernuansa putih itu, kau memegangi kopi yang masih mengepulkan asap. Hangat.
Setelah semua tawa dan kebahagian yang kau alami selama beberapa minggu terakhir, kini semuanya lenyap tergantikan dengan perasaan hampa, perasaan yang paling kau benci sejak dahulu. Juga menjadi alasan kau bertekad untuk tidak lagi berurusan dengannya atau hal yang dapat membuatmu merasa seperti ini. Termasuk bergaul terlalu jauh. Kini kau tidak bisa menangis ataupun tertawa. Menyebalkan.
"Yahoo!" Oikawa melambaikan tangannya dan memunculkan kepala dari belakang pohon, membuat beberapa salju yang jatuh menimpa kepalanya dan mengotori rambutnya. Dia menggerutu sebentar sebelum duduk di sisimu. Terdapat keheningan selama beberapa saat sebelum dia membuka suara dan bertanya dengan hati-hati, "mau bercerita?"
Kau mengatupkan bibir dan melirik ke samping sementara tanganmu mengetuk-ngetuk gelas kopi pelan.
Melihat gesturmu Oikawa tidak mengatakan apa-apa lagi setelahnya, membiarkanmu larut dalam pikiran sampai yakin untuk berbicara. Terkadang, tingkat kepekaannya terhadap seseorang membuatmu merasa ngeri. Dia dapat membaca seseorang dengan begitu mudah sementara kau mengalami banyak kesulitan dalam menentukan tindakannya di awal-awal. Bertanya-tanya apakah perilakunya itu tulus atau hanya bentuk kesopanan belaka.
"Ini tentang nilai dan," kau menggantung kalimatmu, rahangmu mengeras seiring kau berucap lirih, "tujuanku di masa depan. Sementara aku melihat orang lain berjuang untuk cita-cita serta keinginan mereka, bergerak maju dan aku hanya berdiri diam tanpa dapat melakukan apa pun. Ah, maaf ka-"
Oikawa mendesah dan menangkup kedua wajahmu untuk melihatnya. "Dengar, ucapkan saja seluruh unek-unekmu, bahkan seburuk apa pun itu. Aku ada di sini untuk mendengarkan dan memberikan sedikit nasehat jika perlu, bukan untuk menjatuhkanmu." Dia mengusap pipimu perlahan lalu tersenyum, "setiap orang memiliki kekhawatirannya sendiri. Aku tidak boleh merendahkan atau merasa marah karena kita berbeda. Kau tahu, aku selalu menantikan saat dimana kau mau mengungkapkan beban di hatimu." Sehingga semuanya dapat selangkah lebih mudah.
Kau termenung mendengar perkataannya, mungkin inilah salah satu alasan kau tetap berada di sekitarnya. Mempercayai sekaligus mendukungnya, "aku hanya tidak ingin menggagumu setelah melihat seberapa keras kau berusaha. Sedangkan aku di sisi lain tidak dapat melakukan apa-apa. Hanya bergelut di belakang meja dengan buku serta pulpen."
Oikawa menarikmu dalam pelukan begitu melihat tubuhmu bergetar dan satu tetes liquid jatuh, kau tertawa pelan. "Aku tahu aku tidak seharusnya menangis, tidak boleh sampai melibatkan perasaan terhadap sesuatu yang memang kewajibanku. Aku harus kuat menghadapi itu semua tetapi terkadang, aku lelah. Lelah sekali Tooru. Rasanya aku ingin menghindar. Kabur. Aku ini lemah ya."
Oikawa mengusap kepalamu perlahan, "menangis saja. Kau menangis bukan karena lemah, tetapi menunjukkan kalau kau hebat. Tidak semua orang berani mengeluarkan perasaannya." Dia terdiam selama beberapa saat, "sekarang kau bisa berbagi denganku kalau kau lelah, aku akan berada di sampingmu. Dan kalau kau takut, kau hanya perlu menunjukkan kesedihanmu di hadapanku mulai sekarang."
Tidak ada lagi yang bisa kau lakukan setelah air mulai turun membanjiri wajahmu dan membasahi jaket yang dikenakan Oikawa. Untuk pertama kalinya kau menangis di hadapan orang lain dan orang itu adalah Oikawa Tooru yang kau nasehati beberapa bulan lalu.
Oikawa tersenyum tipis, menganggap bagaimana dunia ini bekerja dengan cara yang ajaib. Setelah kemarin dia menangis dengan menyedihkan di hadapanmu kini gilirannya memelukmu sambil berusaha memberikan ketenangan.
"Kau tahu, untukku kau adalah sosok paling kuat yang pernah kutemui. Kau tidak pernah menangis dan menunjukkan kelemahanmu di hadapan siapapun. Dan, meski tidak kau sadari, kau adalah orang yang pantang menyerah sekalipun ada banyak rintangan di depan sana dan dengan berani mengataiku bodoh." Oikawa kembali tertawa saat merasakan protes kecil darimu akibat membuat air mata tidak kunjung berhenti, "aku mengagumi sosokmu."
Dan semakin lama mengenalmu, aku tidak lagi bisa mengendalikan perasaan ini.
Osechi
(m.) makanan khas untuk menyambut tahun baru di jepang
Carnation
(m.) admiration, purity, gratitude, deep love
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Semester | Oikawa Tooru
FanfictionGadis itu selalu mendapatkan bunga setiap bulannya selama satu semester. ✧*゚ ゚・ ✧.。. * . Gorgeous cover ©nikishimakumiko Oikawa Tooru ©haruichi furudate Storyline ©ascellworld