-ONE-

4 1 0
                                    

Someone asked me :
Why do you only have
two Friends?
Me :
Quality not quantity.

#Dinanda

Tuk tuk tuk,

Dinanda Kefara Emanuella, nama panjang yang panggilannya cukup Ara saja. Ara, seorang gadis berambut sepundak lurus, yang sekarang ini sedang mengetuk-ngetuk an pulpen diatas meja dengan pikiran melayang ntah kemana.

Melamun. Lebih tepatnya adalah ia tengah melamun saat ini. Dari raut wajahnya yang cerah dan terukir senyum tipis nan manis disana.

"DOR!!"

Sayang sekali, lamunan indahnya harus berakhir oleh ulah dua orang sialan yang notabene nya sahabat gadis itu. Panggil saja mereka Atha dan Ale. Ya, Athaya Olivia dan Alena Mischa Chandrawinata.

"Ugh gila! Kaget gue!" Cetus Ara kesal, seraya mengelus dadanya, berharap jantungnya dapat normal dengan cepat kembali setelah berdegup sekencang ini.

Sedangkan makhluk laknat didepannya tertawa terbahak-bahak seakan tak berdosa.

"Lagian, pagi-pagi buta gini, Lo udah ngelamun aja gajelas." Ucap Atha disela-sela tawanya, sambil memegangi perut.

"Senyum-senyum sendiri lagi." Kali ini Ale bersuara, dengan tangan yang memegangi pipinya, lelah tertawa namun sulit diberhentikan jika sudah berkumpul bersama.

Ara berdecak. Detak jantung nya juga sudah mulai normal kembali, namanya juga kaget, pasti organ itu akan berdetak lebih cepat.

Pulpen yang tadi ia ketukkan ke meja dimasukkan kedalam map, begitu pula dengan semua lembaran kertas yang sedikit berantakan diatas meja.

"Yah terserah deh, kalian mau mikir gue stress atau gila, dan sebagainya. Intinya, gue lagi seneng." Tukas Ara dengan perasaan bodo amatan akan penilaian orang lain sejak tadi yang melihat dirinya seperti orang tidak waras.

Suara tawa dari dua sahabat laknat didepannya mulai mereda. "Hah-hah-aduh pegel." Keluh Ale, seraya memegangi pipinya.

"Emang lagi seneng kenapa sih?" Tanya Atha dengan nada basa-basi, padahal serius.

Ara berdiri masih dengan senyuman lebar diwajahnya. Ia mendekatkan mulutnya dengan telinga kedua sahabatnya itu, lalu membisikkan sesuatu, sebelum beranjak keluar kelas dengan perasaan berbunga-bunga.

Ketika sampai di ambang pintu, Ara berbalik, "oh iya! Ini rahasia kita ya! Bye~~" lalu berjalan kembali.

Pagi hari ceria yang disambut oleh Ara, lain hal dengan kedua sahabatnya disana yang saling pandang melongo, setelah mendengar bisikkan Ara.

"Ara ngomong apa sih tadi, Tha? Saya nggak dengar tahu sebenarnya .." Atha menepuk keningnya sendiri. Gemas dengan kedua sohibnya.

***

Setelah melalui jam-jam membosankan di kelas, yaitu ketika jam pelajaran sejarah, harapan para murid pun terwujud. Bel istirahat berdering, seluruh murid dari berbagai penjuru acuh tak acuh keluar kelas untuk memenuhi hajat masing-masing.

Begitu pula dengan Ara dan dua orang sahabat nya. Diatas bangku basecamp mereka, Alena terlihat sangat menikmati mie ayam pesanan nya, Athaya sedang memperhatikan lekat-lekat sosok dihadapan nya itu alias si Ara, dan yang diperhatikan tidak sadar akan sekitar, saking terlenanya dengan angan-angan dikhayalannya.

Sedari tadi, Ara hanya mengaduk-aduk pesanannya sambil tersenyum. Athaya menyeruput es jeruknya dengan sedotan untuk membasahi tenggorokan nya.

"Ehem," dehemnya untuk mengembalikan suasana. Dan berhasil, Alena menoleh kearahnya, walaupun mie nya masih menggantung dimulutnya, dan Ara mendongak menghadap Athaya, "Ok, masuk ke inti aja. Jadi, siapa orang yang bikin Lo kesengsem gini?" Tanyanya serius, tentu kepada Ara.

Ara yang sudah menduga akan ditanya hal ini, merasa malu malu kucing.

"Gue .. ngehehehe .. " alih-alih menjawab, Ara malah cengengesan dengan wajah konyol nya, sambil sesekali menyeruput es. Namun seketika, matanya membulat dalam sedetik, raut wajahnya pun menjadi serius.

Athaya dan Alen yang menunggu jawaban dibuat heran. Alen menengglengkan kepala, "kenapa, Raa?"

Ara menahan napas seraya meratapi es nya. Tiba-tiba seseorang tidak sengaja menyenggol map yang berisi agenda selama MPLS, yang memang di taruh sangat minggir oleh Ara tadi.

"Kak, Sorry ya .. gue tadi jalan terlalu mepet meja." Ucap orang itu, yang di balas dengan senyuman Ara. Kemudian orang itu pun berlalu, sedangkan Ara gelagapan disana.

"Itu orang nya!" Bisiknya, membuat kedua sohib di hadapannya menganga.

***

"Fix, jadi Lo demen sama tuh bocah? Adek kelas Lo sekaligus anak didik Lo semasa MPLS?"

Setelah Ara membocorkan seseorang yang membuatnya kesengsem, sepanjang perjalanan menuju kelas, dirinya di bom bardir pertanyaan tentang apapun itu.

"Kamu ngincer yang muda-muda ni Ra sekarang?" Pertanyaan polos ini tentu datang dari Alena, siapa lagi?
Satu toyoran mendarat di pelipisnya.

"Begini, dia itu punya kharisma yang baik banget! Keliatan kan? Masih masuk kategori punya akhlak juga .. keliatan good boy banget ya kan?" Perincian dari Ara membuat mata Alena berbinar-binar, kagum dengan apa yang Ara katakan, namun tidak dengan Athaya yang belum puas dengan jawaban Ara. "Udah, gue mau ke ruang OSIS dulu, bubye~" lanjutnya, lalu memasuki ruang OSIS.

Alena yang saking terkesimanya dengan penuturan Ara barusan, dirinya pun melayang-layang dalam khayalan.

"Ale! Ih ko Lo malah ngelamun?" Sambar Athaya.

"Atha .. menurut kamu, Ryan punya Kharisma yang baik nggak?"

"Sssshhhh, bego-, cowok Lo bad boy gitu, kharisma bae dari Hongkong." Mata Ale membulat.

"Kamu tau dari siapa?" Tanyanya lagi. Duh, gemas rasanya menjadi Atha.

"Gue kan mantannya, dan Elo sahabat gue, Alenaaa! Udah itu ga penting, sekarang mikirin Ara!" Titah Atha tegas. "Coba Lo pikirin deh Len, masa iya, cewek secakep Ara yang katanya the next Cinta Laura gitu, bisa tiba-tiba demen ama .. bocah yang baru dikenal?"

Sembari mereka kembali berjalan menuju kelas, Alen menjawab, "mungkin Ara masuk ke fase cinta pandangan pertama, Tha."

"Tapi, sebelumnya juga kan, Kak Evan anak SMA sebrang nembak dia kan? Itu juga dia baru kenal, terus di tolak."

"Ya kan tergantung masing-masing orang, Tha. Menurut saya, emang ganteng sih itu orang."

Athaya menggeleng, "iya sih, lagian juga .. disamping itu, gue cuma khawatir kalo Ara jatuh cinta ke orang yang salah lagi. Luka lamanya masih membekas, selagi dia menyembuhkan luka itu, biar gue yang jagain dia dari badai."

Prokk prokk prokk

Alena bertepuk tangan dengan bangga sambil berpura-pura mengelap air mata terharu yang ingin jatuh, mendengar ucapan Athaya.

"Kutipan dari mana, Tha?"

"Akun bucin gue di IG."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnpossimineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang