#1 Alone

455 30 4
                                    

Gerimis, sepi, sendiri. Sinb tak tahu mana yang paling membuatnya merasa melankolis saat ini.

Hujan rintik menemani sorenya dari mulai kakinya melangkah keluar gedung sekolah pukul tujuh belas tadi.

Sepi, tak ada seorang pun selain dirinya yang berada di gang kecil tempatnya berjalan sekarang.

Sendiri, akhir-akhir ini ia memang lebih sering sendirian. Semuanya seperti menjauh dan menghilang dari kehidupannya. Semua orang.

Sinb tak tahu bagaimana cara mengekspresikan perasaannya saat ini. Sesak bercampur kesal. Rasanya ia ingin menangis, namun tak ada setetes pun air mata yang keluar dari pelupuk matanya.

Sinb memang bukan tipe orang yang mudah menangis. Bahkan ia lupa kapan terakhir kalinya ia menangis. Dua tahun lalu pun, ia tak menangis. Ia hanya menatap langit sambil menarik nafasnya, menikmati rintik hujan yang menerpa wajahnya kala itu. Sama seperti yang ia lakukan saat ini.

Sinb menghembuskan nafasnya perlahan mengingat senyuman bodoh yang terakhir kali ia lihat dari pria yang memenuhi pikirannya sekarang. Pria itu bilang ia akan selalu ada di sampingnya, menjaganya dan melindunginya. Tapi ia malah pergi, meninggalkan Sinb sendirian.

Sinb juga ingin pergi, tapi ia terlalu takut. Sinb pikir pergi adalah hal terbodoh untuk dilakukan. Tapi pergi juga merupakan cara terakhir untuk bisa lepas dari semua rasa sesak dan kesalnya sekarang. Sinb tak tahu kemana ia harus melangkah, menyusul pria itu atau tetap dalam kesendiriannya.

"Hey, bolehkah aku menyusulmu?"

.

.

.

_____
hola i'm back👋
tulisan pertamaku setelah sekian lamaㅠㅠ
hope you guys enjoy it💛

1004 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang