Mimpi¿

67 2 0
                                    

"Wah dedek Damar udah besar ya, udah bisa jalan sendiri," sosok pria dengan tubuh mungil dan sedang belajar berjalan disana adalah Xaviero atau orang-orang dialam mimpinya menyebutnya dengan sebutan Damar.

Akh! mimpi ini lagi batin Xaviero.

"Ayo dek Damar main sama kakak Derrel dulu ya, papa mau kerja," dan pria dengan setelan jas itu adalah ayah Xaviero, dialam mimpi.

"Aku ... membencimu."

"Hah!" Xaviero terbangun dengan tubuh peluh keringat, ia dapat melihat jelas tatapan kakak alam mimpinya itu, ia menatap benci padanya, seakan ia mungkin dibunuh olehnya.

"V, kamu belum tidur juga, mimpi itu lagi," Ibu Xaviero datang dengan wajah terkejut, orang-orang disekitarnya sering memanggil namanya dengan satu huruf, yakni V.

"Mah," Xaviero menatap sendu Ibunya, Ibunya datang dan memberikan pelukan serta kecupan selamat tidur untuk anaknya itu. Xaviero tahu bahwa kedua orang tuanya sangat khawatir dengan keadaan anaknya itu.

"Makasih ya mah, udah selalu ada buat aku," Xaviero memeluk erat Ibunya.

"Aku mau tidur lagi ya mah, mamah juga tidur," Xaviero mengelap air mata diwajahnya.

"Iya ... mamah pergi dulu, ya," Ibunya bangkit dan pergi meninggalkan Xaviero, Xaviero pun bergelut diatas kasur dan mencoba tidur.

Ibunya itu mematikan lampu dan menutup pintu, "mamah ... mamah udah nggak kuat pah, ngeliat anak kita tersiksa kaya gini terus, kita udah coba ngehubungin banyak Dokter Psikolog, tapi ... nggak ada yang bisa," tangisan Ibunya tumpah saat Ibunya itu baru saja keluar kamar.

"Jangan menyerah dulu, nanti kita coba hubungi Dokter yang lain," Ayahnya yang setia menunggu disitu pun akhirnya angkat bicara, dan tentu saja semua percakapan itu terdengar oleh Xaviero, Xaviero merasa bersalah membuat kedua orang tuanya khawatir.

Air mata perlahan turun melewati pipi tembam milik Xaviero, ia membiarkan dirinya terlelap dengan keadaan wajah yang basah dengan air mata.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Niit niit.

"V, bangun, udah pengen jam 7, masih semester awal udah telat aja, kan udah kelas 2 SMA, malu lah kalo telat," Ibunya membuka hordeng dan masuklah cahaya matahari menyentuh kulit putihnya.

"Lima menit lagi, mah," ucap Xaviero sambil meregangkan otonya.

"Lima menit lagi masuk kali," Ibunya menatap bingung anaknya itu.

Derrel menoleh dan menatap jam weker digitalnya, disana menunjukan jam 6:55, "ihh, mamah kenapa nggak bangunin dari tadi sih?" Xaviero bangkit dan menuju kamar mandi.

"Gih mandi, udah disiapin sarapannya," Ibunya memberikan seragam dan handuk.

Dengan cepat kilat Xaviero membilas tubuhnya dan memakai pakaiannya, ia pun turun dengan tergesa-gesa, "loh ngomong-ngomong, papah mamah belum berangkat kerja?" Xaviero melangkah pelan seraya menatap kedua orang tuanya sedang menyiapkan makanan.

"Mamah ambil cuti, kalo papah kamu dia kerja dari rumah, emang kamu mau mamah kerja?" ucap Ibunya sambil meletakan sepiring nasi goreng.

"Ngapain kamu bengong aja, sini makan," ucap Ibunya Xaviero.

"Emmh, iya mah," Xaviero duduk dan menyantap nasi gorengnya.

"Mah, pah ... kalo aku minta permintaan boleh, nggak?" Xaviero menatap ragu ke kedua orang tuanya bergantian.

"Apa sih yang nggak?" Ayah Xaviero mengalihkan pandangannya dari koran dan menatap anaknya itu.

"Dedek, mau ... ngekost atau tinggal diapartemen gitu boleh nggak?" Xaviero menatap wajah terkejut kedua orang tuanya.

Me QuadratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang