Apartemen¡

19 2 0
                                    

Sudah sekitar 2 hari setelah tragedi tiban-tibanan diperpus itu, dan sudah 2 hari itu juga Xaviero belum menemukan apartemen yang cocok. Itu semua karena ia selalu tak fokus saat menginterview satu per satu apartemen, ia selalu kepikiran sosok Damar.

"Hei!" Alex mengejutkan Xaviero yang tengah melamun.

"Ada apa?" ucap Xaviero sambil menoleh.

"Lu nggak mau ketemu sama si Damar itu lagi, kita udah capek-capek cari, pas ketemu malah lu abain gini," Alex membuang muka.

"Aku cuma nggak tau harus apa," Xaviero membuang napas dan mdnatap kosong meja didepannya.

"Apa yang ngebuat lu yakin kalo dia itu Damar yang selama ini lu liat dalam mimpi," Alex mengerutkan dahi dan menatap tajam Xaviero.

"Susah dijelasinnya, tapi cuma ngeliat tatapan matanya udah bikin aku yakin ... kalo itu Damat yang kucari," Xaviero menganggukan kepalanya.

Alex menggenggam tangan Xaviero, Xaviero berbalik dan menatap Alex. "Tatap mata gua, gimana kalo gua itu adalah Damar yang lu cari ... atau mungkin yang lainnya," Alex menatap lekat mata gelap milik Xaviero.

"Makasih Lex, tapi aku baik-baik aja kok, ngggak usah dihibur kayak gini," Xaviero menggelengkan kepala sambil melepaskan genggaman tangan Alex.

Alex yang melihat hal itu hanya pasrah dan mengalihkan pandangan. "Kapan sih lu mikir agak dewasa?" gumam Alex.

"Hah? kenapa Lex?" Tanya Xaviero.

"Nggak, btw lu mau nyari apartemen dimana lagi? gua temenin,"  Alex tersenyum sambil menaik turunkan alis.

"Nggak tau juga, masih bingung, kayaknya hari ini muter-muter aja sambil nyari yang bagus," Xaviero menggembulkan pipinya sambil menggaruk dagunya dengan telunjuk mungilnya.

"Okey sip, nanti gua bawa muter-muter," Alex memberikan jempol.

"Oi pada mau kemana pulang nanti?" Friska datang sambil melompat-lompat.

"Mau nyari apartemen, mau ikut nggak Fris?" tanya Xaviero sambil tersenyum.

"Ikut-ikut, btw gimana tas gua?" Friska berbalik dan berpose layaknya model.

"Gucci bikin tas ransel buat sekolah juga?" tanya Alex sambil menaikan alisnya.

"Kan limited nih, gua sendiri yang minta konsepnya, bagus kan?" Friska melanjutkan pose-pose ala model tingkat atas.

"Bagus sih ... tapi jangan lupa credit nya," ucap Alex sambil mendoro palanya kearah Friska dengan tampang nyolot.

"Oh iya ... terima kasih kepada selaku teman saya Xaviero Franstama, yang memberikan saya kesempatan berharga untuk mendapatkan barang limited bermerk ini, terima kasih juga untuk Gucci atas tasnya," Friska mengatup kedua telapak tangannya dan terus berkata omong kosong.

"Udah-udah, berasa kaya lagi iklan ditengah-tengah series yang lagi ditonton," ucap Alex sambil mengayunkan pergelangan tangannya.

"Sejak kapan kamu nonton drama series gitu?" Xaviero menoleh dan menatap Alex.

Alex hanya memalingkan wajah dan bertingkah aneh, "udah-udah, yuk cari apatemen," Alex berjalan duluan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Lu mau nyari didaerah mana lagi V?" tanya Alex sambil terus fokus mengendarai mobilnya.

"Pokoknya yang terdekat dari sekolah aja," ucap Xaviero sambil menatap layar handphone nya.

"Eum ... gua ada satu apartemen yang kayanya cocok, gua punya kenalan juga disitu, mau coba liat?" Friska berseru sari belakang.

Me QuadratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang