7. PDKT LIA

49 2 0
                                    


Setiap orang secara dari sikap, gaya dan penampilan akan berubah dari waktu ke waktu karena masalalu atau terbawa oleh lingkungan.

...

Mataku lebam yang kudapatkan dihari senin, sekarang waktunya upacara bendera merah putih. Wajahku tak bersemangat, rasanya tak ingin masuk sekolah satu hari saja. Tapi aku terpaksa, dalam keadaan seperti ini, "Div, kamu bener gak papa?." tanya Ani berbisik padaku saat melakukan penghormatan pada bendera.

"Gak papa." bisikku kembali, takut ada guru pengawas dengar. Dia mengedipkan matanya berkali-kali, apa maksudnya. Aku membalasnya dengan tersenyum, dasar aneh.

Setelah upacara selesai dan barisan bubar, dengan sengaja Risa menyegolku. Aku Melihatnya dengan geram. "Oh sorry, sengaja. Ciee ada yang baru diputusin tuh." dia tertawa, aku hanya diam mengepal tanganku memalingkan wajahku darinya."ohya, makanya jadi cewek jangan sok cantik, mentang-mentang loe pinter bisa dapetin hati Davel gitu aja. Tapi ya, aslinya Davel slama ini cuma manfaatin kepinteran loe buat dia bangga-bangga'in kemana-mana haha... Sekarang beneran putus deh." aku melihatnya lagi dengan wajah yang sama seperti tadi. dan tangan kananku masih mengepal keras ingin memukul wajahnya.

Ani yang melihatnya merangkulku untuk mencegah agar aku tidak terpancing emosi kepadanya,"ayo Div!!!."

Perasaanku masih sama seperti kemarin malam. Sakit, mataku mulai berkaca-kaca."Div, jangan dengerin apa yang Risa katakan. Tadi dia cuman mancing emosi kamu aja." Ani membawaku dibelakang kelas, agar semua teman-teman tak ada yang tahu.

"Ini pasti Davel yang nyebarin berita ini kepada Risa." Emosiku masih membakar.

"Yakin?."

"Kalau bukan Davel siapa lagi cobak, yang tahu kalau aku udah putus ama dia."

Ani diam.

"Ni, perpisahan tanpa ada rasa tanggung jawab itu menyedihkan dan aku benci itu."

"Kau benci sama Davel?." tanyanya lagi.

Aku menghela nafas sebentar,"iya aku benci sama Davel Ni, tapi hatiku masih cinta sama dia." aku menyeka air mataku yang jatuh beberapa kali, bibirku bergetar hebat. Aku mencoba tidak menangis tapi tidak bisa.

"Udah dong jangan nangis lagi, aku ikutan sedih tahu." cemberut Ani mengelus pundakku.

topik pembicaraan hari ini tentang putusnya aku dan Davel. mungkin, yang menyebar berita ini adalah Risa atau Davel yang memepersulit keadaanku. Mau kekantin aja sulit, harus denger pembicaraan sana-sini. sekarang aku jadi artis sekolah yang harus penting dibicarakan.

'Seorang Diva, yang mengakui sukanya pada Davel dari tes kejujuran sekarang berujung berpisah.' itulah topiknya, tapi aku tak peduli. Seharusnya aku sadar bahwa bahwa selama ini sebagian kejujuranku hanya dimanfaatkan dan sebagian lagi hanya sebuah penyesalan.

Tiba-tiba saja sekali gerakan itu, bisa dapat merobohkan kokohnya kepercayaan. Aku ada dibelakang kelas, duduk menyendiri ingin merasakan tenang sebentar. siapapun tak boleh menggangguku, setidaknya aku tidak mudah untuk kesurupan kalau melamun.

"Diva." panggil seseorang, yang kupikir itu Ani ternyata bukan.

"kok kamu tahu aku ada disini?." seraya melihat wajahnya.

"Tahulah, Ani yang beritahu. eh, satu sekolah gosipin loe tau gak?." Bantahnya.

"Udah tahu, makanya aku sembunyi bentar. lagian, lama-lama kupingku bisa budek tahu denger gituan." Ketusku.

"Kok Davel tiba-tiba putusin loe, Div?." tanyanya seperti orang mengintrogasiku dia duduk bersamaku, aku menggelengkan kepala. "apa jangan-jangan dugaan gue selama ini bener ya?." Tambahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diva Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang