EXTRA PART

11.1K 341 13
                                    

• A R S E N •

.
.
.
.
.

LOVE ME NOW, TOMORROW, AND FOREVER.

.
.
.
.
.

***

1 TAHUN KEMUDIAN

                     ACA menatap jalanan dengan lesu. Ini sudah 1 tahun berlalu setelah kejadian yang- ah sebaiknya tidak ia bahas.

Seribu kali pun ia coba berfikir tentang Arsen dan seribu kali pula hanya berakhir dengan ia yang sedih dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Semuanya terlalu sulit ia pahami. Entah tentang kemana perginya Arsen? Mengapa Arsen pergi meninggalkan nya? Kenapa Arsen seolah di telan bumi.

Ingin rasanya ia bertanya- namun pada siapa? Semua orang melarang nya berbicara tentang Arsen. Entah itu keluarga atau bahkan teman-teman nya. Saat ia menanyakan Arsen, mereka seolah bungkam.

Kata mereka.

Harusnya Aca bisa lebih bahagia tanpa kehadiran Arsen. Harusnya Aca senang karena tidak disakiti Arsen lagi. Harusnya Aca bersyukur Arsen pergi dari hidupnya.

Namun benarkah?

Mengapa rasanya Aca tidak merasakan apa yang mereka bilang?

Mengapa rasanya jauh lebih menyakitkan ditinggal Arsen?

Aca beberapa kali memberontak. Monggok makan. Tidak mau keluar. Tidak mau bicara dengan siapapun. Namun tetap saja. Tidak ada yang berbaik hati ingin membicarakan Arsen.

Ah- Aca jadi ingat pertama kali saat ia sadar di rumah sakit.

FLASHBACK

Aca yang terbaring lemah di kasur rumah sakit tampak mencoba membuka matanya perlahan. Mamahnya yang baru selesai solat langsung menghampiri Aca.

"Pah" Panggilnya dengan muka raut bahagia. "Aca sadar" Lanjutnya saat melihat Aca sudah membuka matanya dengan lemas.

Wajah Aca yang pucat terlihat menyeritkan dahinya saat ia merasa pusing di kepalanya. "Mamah" Ucapnya saat melihat mamah.

"Iya sayang ini mamah"

"Papah panggil dokter dulu ya mah"

Aca merasa kebingungan, mengapa ia dirumah sakit? Sejak kapan ia di sini?

Namun-

Ingatannya seolah berjalan memutar di kepalanya. Iya- Aca ingat. Arsen.

Kepalanya memutar mencoba mencari Arsen namun kosong. Dokter menghampiri nya dengan papah. Dan Aca hanya bisa menatap dengan lemah. Bibirnya terlalu lemas sekedar di buka dan berbicaralah.

"Alhamdulillah keadaan Aca sudah lebih membaik, namun tetap saja tidak boleh sampai stress dan berfikiran yang berat ya"

Mamah Aca mengelus rambut Aca dengan penuh kasih sayang. "Terimakasih dok" Ucapnya dengan tulus kemudian dokter tersebut pergi.

ARSEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang