chap 1

915 54 3
                                    

 Disc: Boboiboy hanya milik monsta!!!

April 2020
  " botol oranye isinya vitamin yang harus kamu minum 3 kali sehari. Gak boleh bolong. Yang botol putih isinya obat annemia kamu. Minum kalau pusing. Yang hijau obat maag." Tatapnya dingin.

  Aku mengangguk pelan.

  "Bawa kalo pergi-pergi"
  Kak Gempa berdiri, mengecek infusku.

  "Aku sakit apa?" Tanyaku.
  Dia melirik dengan ujung mata. " annemia " jawabnya. "Cepet sembuh,sih. Ngerepotin banget" gerutunya.

  Aku terkedu. Semestinya aku sudah terbiasa. Namun tiap kali kata-kata sarkastis itu keluar, terasa menusuk-nusuk.
 
  Kak Gempa berbalik. " pasien aku nunggu"

  Aku menyahut dengan gumaman.

  Boleh kukatakan sesuatu sekarang?? Aku merindukannya..

.

  Esoknya aku boleh pulang. 2 hari kemudian aku kembali bersekolah seperti biasa.

  Kakakku satu-satunya itu bekerja sebagai dokter muda di Rumah Sakit Galaxy daerah kami tinggal. Usianya memang baru 22. Namun otaknya kelewat jenius. Semasa bersekolah dia akselerasi berkali-kali. Sewaktu kuliah pun dia mengambil jalur cepat. Entah apa namanya, aku belum begitu mengerti.

  Berbeda denganku. Hanya remaja biasa berumur 17 tahun yang masih bersekolah di SMA Pulau Rintis.

  " Yo! Halin! Kamu udah sehat?!"sapa Gopal bersemangat. Seperti biasa.

  " Alhamdulillah " aku tersenyum.
 
  " sumpah, lu pucet banget." Fang nimbrung.
 
  "Oh iya? Aku nggak sadar sama sekali tuh. Cuma lemes doang perasaan "

  "Iya. Tuh liat muka elu persis vampir. Eh, enggak ding. Lebih mirip mayat hidup" Canda Fang.

  "Asem kamu Fang" Aku cemberut. Kesal.

  " sakit apa kamu Hal?"soal Gopal penasaran agaknya.

  "Biasa. Penyakitnya Halilintar. Annemia" aku tesenyum kecut.

  "Eh. Belnya ntar lagi bunyi tuh. Masuk kuy!"

.

  " kak Fan, adik Saya gimana?" Tanya lelaki itu gusar.

   Taufan mengangkat kepala.
  "Persis hipotesis kamu. Dia gagal ginjal" Jawabnya.

  Dokter dengan nametag Boboiboy,, yang tadi bertanya itu tersenyum sendu. Mengelus lembut rambut hitam sang adik yang pingsan.

  " ah, payah. Sumpah dokter bikin Saya nggak bisa ngelakuin apa-apa.."

  "Iya. Soalnya dia adik kandung kamu.." Taufan tersenyum. "Terimakasih untuk bersikap profesional kali ini,Boboiboy"

  Boboiboy tersenyum miris.
  " cuci darah aja, Kak.. Nanti kalau Saya pergi Saya donorin ginjal buat dia"

  Taufan terbeliak kecil.
  " Hus! Gak boleh ngomong kayak gitu!"

  " Habis,kalo bukan karena kanker darah ini.. semuanya gak bakal jadi kayak gini.."

  Taufan terdiam. Tersenyum simpati menepuk bahu dokter umum itu. Menatap wajah yang tertidur damai di ranjang pasien.
  " kalian mirip.."

  Boboiboy tertawa miris.

  " kita mulai cuci darahnya sekarang,ya??"
Tanya Taufan.

  " itu lebih baik.. sebelum dia sadar"

  Taufan tersenyum kaku.
  " Pasti sulit buat kamu ya, Boy" katanya akhirnya. " kamu duduk dulu aja"
 
  " makasih Kak Fan" senyum Boboiboy pada dokter bedah 28 tahun itu.

  Boboiboy terpaku saat Taufan memulai proses pencucian darah. Menunduk. Lalu tak lama, pemuda itu menangis sampai tak sadar kalau Taufan sudah selesai.

  Taufan menyodorkan tissu saku. Boboiboy terkejut, mendongak.

  "Kakak tau pasti sulit buat kamu. Tapi kamu harus kuat." Senyum Taufan.

  Boboiboy menerima tissu itu. Tersenyum pahit.
  " iya.. tinggal 6 bulan lagi juga.."

  " udah, bangun. Bentar lagi adik kamu siuman kayaknya."

  Boboiboy bangkit. Sebelum keluar, ia sempat mengecup kening sang Adik.

  "oh iya.. buku kamu gimana?" Tanya Taufan.

  " lagi digarap kok kak.."
Mereka mengobrol di koridor.
 
  "Kakak udah baca semua buku kamu" Senyum Taufan jahil.

  "Lho?"

"haha. Tenang,tenang.. bagus kok"

Boboiboy tertawa. "isinya lebay semua.. "


"Penulis kan harus lebay, Boy. Bukan lebay sih tepatnya. Menghayati. Kalo nggak nggak bisa masuk ke readernya. Nggak nge-feel nanti" Hibur Taufan.

Boboiboy hanya terkekeh.


"kebanyakannya.. Tentang adik kamu, Ya??"

Yang ditanyai mengangguk."

Saya sayang dia. Banget. Tapi, ya.. udah nggak bisa ditampakin lagi sekarang.."

"kan nggak perlu gitu banget juga nggak sih?"

Boboiboy menatap langit.

"Kak, saya gak tau gimana sikap kakak-kakak yang lain kalau ada di posisi Saya sekarang. Yang Saya tahu, rasa sayangnya pasti sama.." Nafas. " Saya cuma pengen, ketika Saya pergi, dia nggak nangis.." Boboiboy memaksakan senyum.

Taufan terpaku.

"karena.. dari kecil, saya paling nggak suka liat dia nangis." Boboiboy menarik senyum getir.

Ada yang jatuh di pipi pemuda itu.


"Dok, pasien 0504 siuman.." seorang perawat datang.

"Oh.. iya" Taufan mengangguk. "Saya mau kesana. Duluan aja" dokter bedah itu menoleh ke arah Boboiboy. "ikut?"

Boboiboy menolak.  "Nggak, ah.."

Taufan tertawa kecil. Berbalik.

"Kak,"

"iya?"

"Jagain dia, ya.."

"Pasti kok.."


.....

TBC!
Jangan lupa vote yaa..

Sama jangan bosan nunggu up lagi😁😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cara Menyayangi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang