01

75 13 18
                                    

ini ceritaku entah yang keberapa, kuharap cerita ini nggak seperti banyak cerita sebelumnya yang berhenti ditengah jalan.

masih belajar menulis sehingga typo bertebaran dan masih banyak kekurangan lain.

Happy reading 💜💜

*******

Cuaca mendung menemani siang hari ini, Ara menatap nyalang pasangan terlihat saling mengasihi itu, dengan langkah mantap Ara berniat menghampiri dua sejoli yang menurut Ara begitu memuakkan, jika bisa Ingin rasanya ia mendaratkan pukulan manisnya pada pasangan itu.

"Ra kamu beneran mau melabrak si ubur-ubur? coba pikirkan lagi deh, aku cuma nggak mau kamu mempermalukan diri sendiri Ra," ucap Lia mencoba menghentikan Ara.

"Kamu nggak perlu khawatir. Aku nggak akan melakukan sesuatu yang bisa  merugikan diri sendiri." Ara benar-benar pergi sesudah mengatakan kalimat itu.

Lia hanya bisa menghela nafas menyadari kekeras kepalaan temannya itu. Ia hanya berharap bahwa sepasang kekasih itu selamat dari mulut beracun sahabatnya.

Ara duduk tepat didepan pasangan bucin itu, tindakan Ara  tentu saja menjadikan mereka pusat perhatian, beberapa orang bahkan telah siap dengan poselnya untuk mengabadikan keributan yang akan terjadi.

"Hai Yuda," sapa Ara dengan senyum manisnya. "Wah baru seminggu kita putus udah balikan aja sama mantan," ledeknya.

Yuda mengedarkan pandangannya, wajahnya mendadak pias, salahnya membuat masalah dengan perempuan yang berstatus mantan kekasihnya. Yuda hanya bisa berdoa semoga ia dan sang kekasih selamat dari mulut beracun mantannya itu.

"Oh iya lupa nyapa," ujar Ara dengan tampang polosnya. "Hai mbak Dela, gimana kabarnya? oh sudah pasti sangat senang sudah berhasil balikan dengan mantan tersayang bukan?"

Dela yang sejak awal diam merasa terancam, benar kata Yuda Mulut Ara sangatlah beracun, dalam hatinya ia terus mengutuk keberadaan Ara.

Dela menghela nafas sejenak, ia tau saat ini mereka tengah menjadi pusat perhatian, untuk itu ia berusaha keras menekan keinginannya untuk menampar Ara."Maafkan mbak ya Ra, kesannya Mbak nggak memikirkan perasaanmu. Mbak tau pasti hatimu masih sakit karena putus dengan Yuda seminggu yang lalu, tapi mbak bisa apa jika bicara tentang perasaan, faktanya kami saling mencintai dan maaf maaf jika cinta kami menyakitimu."

"Ck ck ck, nggak usah sok puitis deh Mbak. Bilang aja Mbak ganjen, ups mulut aku."

Yuda melotot mendengar ucapan nyelekit itu, ia tak terima dengan perkataan kasar Ara."Jangan bicara sembarangan Ra, aku tau kamu marah karena kandasnya hubungan kita. Benar, aku yang salah karena tak bisa lepas dari bayangan masa lalu, salahku yang masih sangat mencintai Dela hingga memutuskan hubungan kita. Dela  perempuan baik yang tak bisa aku lupakan, jadi jika ada yang harus disalahkan, salahkan saja aku."

Ara mendesis jijik, kenapa kesannya cinta mereka berdua itu suci sekali hingga perbuatan mereka bisa dimaklumi. Dari seluruh sifat manusia, Ara paling menghindari tipe playing victim, sayangnya justru ia pernah mencintai sosok seperti itu.

"Wanita yang baik ya hmm." Ara terlihat seolah berfikir, "Aku bukannya nggak tau Yuda, kalian diam-diam masih berkirim pesan mesra ketika kita menjalin hubungan. Mbak Dela juga nggak malu minta jemput di bandara selesai KKN yang mana itu masih jam tujuh malam!!" Ara menarik nafas sebelum melanjutkan ucapannya, setiap mengingat kejadian itu amarahnya dengan mudah tersulut. Bayangkan, Ara yang berstatus kekasih Yuda saja tak pernah memina antar jemput karena berpikir pria itu cukup lelah dengan kegiatan kampus dan organisasinya.

"Orang normal akan berpikir dengan banyaknya barang yang dibawa ia akan memilih memesan gocar dibanding merepotkan mantan yang pada akhirnya akan kerepotan juga karena Yuda memakai sepeda motor."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Serba Serbi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang