Epiloge

15 1 1
                                    

Hari ini, adalah hari penobatan pangeran ke tujuh menjadi Raja baru bagi kerajaan Awan. Setelah kejadian dua tahun lalu, hubungan ayah dan anak antara pangeran ke tujuh yang telah resmi menjadi putra mahkota sesungguhnya, dengan sang Raja semakin membaik. Bahkan pernikahan Ting Yue dengan Ro Tien mendapatkan restu dari kedua belah pihak keluarga dan mereka menjadi keluarga kecil yang bahagia saat setahun yang lalu pangeran kecil di lahirkan. Putra dari permaisuri Xiau Ro Tien dan putra mahkota Han Ting Yue, seorang bayi laki-laki yang tampan dan lucu.

Han Ting Yue yang saat ini menggunakan pakaian resmi, Jubah kaisar berwarna merah yang dipadukan keemasan dengan lambang Naga Api di punggungnya membuatnya terlihat gagah. Sang Raja sebelumnya memberikan sebuah senjata ajaib yang selalu diberikan secara turun temurun pada garis keturunan, berupa seruling yang hanya memiliki tiga buah lubang tapi mampu mengeluarkan bunyi dan nada yang indah jika benda ajaib itu menerima tuan barunya.

"Seruling emas bermata tiga ini mampu membuat yang mendengarnya merasa bahagia atau juga mati  karena halusinasi menakutkan tergantung suasana hati sang pemilik di saat meniupnya, maka dari itu berhati-hatilah jika menggunakannya, putraku. Sebagai Raja untuk seluruh rakyatmu jadilah Raja yang bijaksana dan mampu untuk mendengarkan keluhan mereka walau bagimu itu adalah hal yang sepele," ujar sang Raja saat memberikan seruling sakti tersebut, yang sudah bersamanya hampir selama tiga puluh tahun.

"Hamba mengerti, Yang Mulia Ayahanda. Hamba akan menjalankan tugas hamba dengan baik," sahut Ting Yue.

"Bababa!" jerit seorang anak kecil yang saat ini tengah berada di pangkuan Ro Tien, sambil bertepuk tangan dengan tawa yang memperlihatkan gigi depannya yang baru saja tumbuh beberapa.

"Wah ... pangeran kecil, sepertinya menginginkan hadiah juga."

Gelak tawa terdengar ketika sang Raja baru malah bergurau dengan putranya di saat ia dinobatkan, sementara raja tua itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak bisa berkata-kata saat melihat putranya malah turun dari singgasana dan menghampiri cucu pertamanya tersebut.

"Yang mulia, sebaiknya Anda kembali ke sana. Lihatlah Ayahanda terlihat tidak senang," bisik Ro Tien. Ia merasa tidak enak menjadi bahan perhatian seperti ini.

"Ayo!" seru Ting Yue sambil mengambil alih putranya dari gendongan Ro Tien dan tangannya yang lain mengandeng istrinya tersebut untuk ikut bersamanya.

"Yang mulia, jangan begini."

"Kau adalah ratu untuk kerajaan negeri awan mulai saat ini dan untuk seterusnya, juga permaisuri di hatiku, jadi biasakanlah. Tersenyumlah," ujar Ting Yue.

"Hidup Raja dan Ratu baru Kerajaan Awan!!" teriakan serentak dari para petinggi kerajaan, suara Ling Zhi yang paling lantang terdengar membuatnya mendapatkan belaian sayang dari jendral Choi yang berdiri di sebelahnya tepat di kepalanya.

"Yaakkk!! Jendral Choi, kenapa memukulku!!" hardik Ling Zhi, ia mendelik tak suka pada pria itu sambil mengusap kepalanya yang terasa berdenyut sekarang.

"Itu untukmu, karena kau terlalu berisik!" sinis Jendral Choi.

Perayaan atas persemian penobatan Ting Yue sebagai Raja resmi kerajaan Awan berjalan sukses, semuanya merasa bahagia tanpa terkecuali. Semua yang hadiri menikmati jamuan yang tersedia, berbagai makanan ringan hingga berat tersedia, bahkan berbagai kue warna-warni juga tak ketinggalan.

Tampak putri Yun Xi tengah menemani keponakannya yang lucu memakan cake cokelat hingga membuat pipi gembilnya belepotan, gadis itu tertawa dan sekali-kali mencubit gemas pipi yang menurutnya menyerupai bakpao.

"Kau lucu sekali, Yue!" seru Yun Xi dan lagi jemarinya mencubit pipi gembil bocah itu.

"Aaaaaa," tangkis bocah itu sambil menampik tangan  sang bibik dari karena merasa risih.

"Ya ampun Yue, kau lucu sekali."

"Tentu saja dia lucu, putraku pasti menggemaskan!" Ting Yue hadir bersama sang istri yang kini memangku putra mereka yang kini tertawa pada ibunya.

"Yang mulia terlalu percaya diri, itu karena gen kakak ipar lebih mendominasi Yue dari pada dirimu hingga bisa selucu itu." Yun Xi tak mau kalah dalam hal seperti ini.

"Putri Yun, tadi Ayahanda mencari dirimu. Katanya ada seorang pangeran tampan yang ingin berkenalan denganmu," ujar Ting Yue menatap sang adik dengan pandangan mengejek.

"Apa ayahanda memulai kembali perjodohan untukku!!' gerutu Yun Xi dan tanpa basa-basi ia berlalu meninggalkan pasangan yang kini hanya menahan tawanya.

"Kenapa yang mulia suka sekali mengganggu adik ipar, kasihan dia." Ro Tien hanya bisa pasrah dan menggelengkan kepalanya dalam menangani kelakuan jahil sang suami.

"Sayang, aku tidak menggangunya. Itu kenyataan karena memang ayahanda berniat kembali menjodohkannya," kilah sang raja baru tersebut.

"Ya, terserah apa yang mulia katakan saja."

"Kau cantik sekali, bolehkah aku menciummu di sini?" tanya Ting Yue sambil mendekati To Tien.

"Baaa bababa!!" teriak sang pangeran, wajahnya terlihat tidak senang dan hal itu membuat Ro Tien tertawa puas.

"Huff ... pangeran jahat sekali. Aku ingin mencium istriku," rajuk sang raja pada putranya. Namun, sang pangeran malah memalingkan wajahnya di balik pundak sang ibu.

Kebahagiaan yang dulu hanya idaman Ro Tien, kini menjadi nyata. Memiliki keluarga kecil yang bahagia adalah suatu berkah baginya, ia sangat berterima kasih pada takdir kehidupan yang telah memberikannya kesempatan dengan kembalinya nyawa yang telah melayang walau ia harus merasakan kehilangan putra sulungnya, ia bertekad untuk menjaga apa ia miliki saat ini dengan sebaik-baiknya.


Seharusnya, sebagai manusia kita wajib merasa puas pada apa yang telah kita miliki dan jangan bersikap serakah karena itu hanya akan merugikan diri sendiri.

Fin..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

( End )   Hidup kembali hanya untuk balas dendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang