Seperti melihat bidadari

18 2 7
                                    

Hentakan kaki yang saling bersahutan di ujung koridor, membuat orang yang ada di sekitaran situ saling pandang dan mengernyit heran. Pasalnya dua lelaki yang sedang tidak henti-hentinya berlarian bagaikan pelari yang sedang memperebutkan gelar siapa yang akan jadi juara itu sama sekali tidak peduli seberapa basah nya tubuh mereka berdua. Untung saja mereka sedang memakai pakaian olahraga, mungkin kalo tidak baju seragam putih mereka saat ini dipastikan akan tembus pandang.

Joonho dan Soohwa. Nama lelaki itu. Lelaki remaja yang sekarang sedang menjalani masa-masa dimana anak seumuran mereka pastinya mengalami yang nama nya Cinta pandangan pertama, Cinta segitiga dan patah hati. Semua itu pasti nya akan selalu ada ketika kita mengalami masa-masa sekolah dan seragam putih abu-abu yang dikenakan pun tidak asing lagi dengan itu semua.

Kedua lelaki tadi berhenti berlari tepat di tengah lapangan basket. Kedua manik kelam mereka saling bertabrakan dan membuat bibir keduanya menyinggungkan senyum tipis yang terlihat nakal. Tidak tau apa arti dari senyuman itu tetapi tidak berselang lama keduanya bertos ria untuk saling menyemangati diri mereka sendiri.

"Jadi? Mau bertaruh sekarang My Brother?" Soohwa yang mengeluarkan suara lebih dulu mengundang tatapan mata dari lawan bicara dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Soohwa yang melihat itu tidak merasa takut ataupun aneh pada saudara laki-laki nya. Dia malah membalas tatapan itu dengan smirk dibibir nya, tangan kanan nya juga tidak lepas dari bola jingga itu sedari tadi.

Terdiam cukup lama keduanya mulai beraksi, dimulai dari ancang-ancang untuk mengambil bola dari tangan satu sama lain, berlari kesana sini mengikuti lawan yang dimana bola jingga itu berada di salah satu tangan mereka.

Dan jangan lupakan teriakan histeris dari beberapa gadis yang memang sedang menontoni mereka sejak pertama kali berada di lapangan. Membuat kedua nya makin bersemangat, kapan lagi mereka diteriaki sebegitu kencang nya. Padahal mereka sudah sering atau selalu diteriaki gadis-gadis itu ketika mereka berada dimanapun, sebenarnya risih tapi ya mau bagaimana, wajah mereka kan memang tampan.

"Tidak lupa dengan perjanjian kita! Satu skor lagi akan menentukan siapa yang berhak mendapatkan mobil kebanggaan ayah" Joonho mengedikkan bahunya, tidak perduli apa yang adik nya katakan barusan.

"Kita lihat saja nanti" belum berhenti sama disitu bola jingga yang ada di tangan Soohwa sekarang beralih ahli di tangan Joonho, lelaki itu kini sudah berada jauh di depan Soohwa, mata coklat caramel lelaki itu pun bergerak mengikuti langkah lebar kakak nya.

Tinggal satu langkah lagi, Joonho akan memenangkan pertandingan satu lawan satu dengan adik nya. Tapi siapa sangka bola jingga ditangan nya kini sudah berada di tangan adik nya lagi. Kenapa dia bisa lengah dan pikiran nya pun tidak mendukung nya sama sekali, bola jingga itu sudah masuk ke dalam ring basket.

Angka skor milik nya kurang dari satu dari skor milik adik nya. Ok dia mengaku kalah.

"Bagaimana! Aku yang akan mendapatkan mobil itu dan..."

"Okok... Aku yang akan pulang jalan kaki" suara lirih itu menyahuti ucapan Soohwa.

Joonho mengambil tas beserta jaket kulit milik nya, dan melangkahkan kakinya pergi dari lapangan itu.

"Hati-hati bawa mobilnya, jangan ngebut-ngebutan dijalan"

Ucapan kakak nya ia jawab dengan berdehem pelan.

-***-

Joonho Pov

Lebih baik aku pergi daripada melihat wajah adik ku yang ku pastikan pasti akan sangat-sangat menyebalkan saat ini.

Jam berapa ini. Tepat pukul 14:00.

Kalian menanyakan aku, kenapa siang-siang begini sudah pergi meninggalkan sekolah. Yap bolos.

Oneshoot CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang