Merasa Terasingkan

16 2 4
                                    

Dentuman keras memenuhi penjuru ruangan, suara pintu yang ditutup dengan keras benar-benar memekakkan setiap telinga yang mendengar nya.

Suara isikan pun turut andil di dalam nya, suara tangisan nya terdengar sangat menyedihkan.

"Hiks... Eomma"

Anak itu duduk di pinggir ranjang dengan menekuk kedua lutut nya, menggelamkan wajah nya diantara kedua kaki nya.

Sudah 1 tahun ini ayah nya seolah-olah tidak menganggap nya ada.

Walaupun begitu dia tetap tidak bisa membenci ayah nya, dia tau ayah nya begitu juga karena akibat di tinggalkan oleh sang istri yaitu ibu gadis itu.

Ayah nya selalu pulang larut malam, ketika pulang pun pasti akan marah-marah tidak jelas. Kadang suka melempari gelas atau kaleng vodka.

Dia tidak mengerti kenapa ayah nya tidak pernah lagi menyambut dia dengan hangat setiap dia pulang sekolah, memeluk nya dengan erat dan mengusap kepala nya dengan lembut.

Seperti bukan ayah nya.

Anak yang masih meringkuk di sudut ruangan itu adalah seorang gadis manis. Dia berumur 17 tahun.

Hening masih menyelimuti diri nya. Isakan tangis juga sudah mulai mereda, tidak berapa lama suara dering handphone nya membuat atensi nya menoleh dan mengangkat wajah nya untuk mencari dimana letak handphone nya sekarang.

Itu dia. Di meja nakas tepat di samping jendela kamar nya.

Ternyata sebuah pesan singkat dari kekasihnya. Tidak lama senyuman terpatri di wajah nya.

20:05
Sayang, sudah makan malam?

Lelaki itu selalu bisa membuatnya tersenyum dengan setiap kata-kata yang dia ucapkan walaupun sekarang hanya sebuah pesan singkat, tapi dia senang.

20:05
Kalau belum akan aku antarkan kerumah mu, aku sedang di warung pak somat sekarang

Lagi-lagi senyuman itu muncul kembali, dia merasa lumayan tenang sekarang. Walau ayah nya tidak perduli padanya tapi ia masih memiliki kekasih yang begitu menyayangi nya.

20:08
Sayang, kau tidak apa-apa kan
Kenapa hanya di read :(

Buru-buru dia membalas pesan itu, kekasih nya pasti merasa khawatir jika dia mengabaikan pesan itu terlalu lama.

20:10
Antarkan saja Joonie

20:10
Baik. Aku akan berangkat
Tunggu aku 15 menit

Pesan yang ia dapatkan kembali, membuat gadis itu tersenyum tipis. Perasaan nya kembali kosong, pikiran nya juga masih kalut, tapi dia tidak boleh berlama-lama berlarut dalam kesedihan ini. Nanti dia akan mengajak bicara ayah nya besok pagi, mudahan akan membaik setelah ia bujuk untuk kesekian kalinya.

Cepat-cepat dia masuk kedalam kamar mandi dan membasuh wajah nya yang pasti nya lembab dan kacau. Dia tidak mau membuat kekasih nya khawatir terus menerus.

Setelah keluar dari kamar mandi dia berjalan mendekati meja rias nya, melihat wajah nya di kaca yang ada di depannya ternyata wajah nya masih seperti tadi. Hanya mata nya saja yang tidak merah lagi.

"Apa aku sebegitu jelek nya sampai-sampai aku mau tersenyum untuk sekarang pun tidak bisa"

Menepuk pipi nya pelan agar ekspresi wajah nya tidak terlalu pucat. Keadaan seperti ini yang ia benci, tapi mau bagaimana pergi dari rumah pun ia tidak bisa. Apalagi meninggalkan ayah nya sendirian.

Tidak berselang lama Suara deru motor yang ia kenali. Dan dibarengi bunyi pesan dari suara handphone nya yang ia yakini. Kalo itu pasti...

Gadis itu membuka pintu kamar dengan pelan, takut-takut bila ayah nya akan mendengar dan menghampiri nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oneshoot CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang