Close

4.3K 474 58
                                    

Hembusan angin musim panas bersahut-sahutan dengan suara jangkrik menjadi pengiring langkah kaki Hinata untuk menuju kafe favoritnya di sudut distrik Shibuya, liburan musim panas yang menyebalkan batin Hinata Anko-sensei memberikan pekerjaan rumah yang tidak tanggung-tanggung rusak sudah rencananya bermain air di pantai Osaka bersama Hanabi!

Ketika sampai di kasir Hinata tanpa basa-basi memesan milkshake blueberry dengan eksta bongkahan es beserta satu potong cake red velvet, Hinata kira makanan manis dan minuman dingin bisa mengembalikan moodnya yang sudah rusak akibat berkutat dengan rumus-rumus fisika dari Anko-sensei. Bagi Hinata kafe di seberang Shibuya Station ini adalah tempat terbaik, sambil menatap lalu lalang stasiun yang sibuk Hinata dapat mengalihkan pikirannya dari masalah hidup yang membuatnya penat- bukan masalah berat sih hanya mengenai Toneri si bajingan berstatus mantan pacarnya yang suka selingkuh dan tugas-tugas sekolah yang membuatnya hampir gila.

Namun ketika Hinata akan mendudukan dirinya di meja samping jendela, meja favorit Hinata yang sudah Hinata klaim sebagai miliknya pribadi sebuah senyuman menyebalkan dari laki-laki berkulit eksotis membuat Hinata mendesah kesal.

Kenapa Naruto Uzumaki seorang kapten basket yang eksotis itu harus duduk di meja favoritnya dan lagi kenapa harus menebar senyum menjijikan itu?

Tidak Hinata, senyuman pria itu tidak menjijikan. Senyumannya luar biasa memabukkan hingga jantung mu berdebar.

"Kenapa akhir-akhir ini aku sangat sering melihat mu?" Mata Hinata menyipit curiga. Belakangan ini Naruto terlampau sering ia temui,  padahal ini sedang liburan musim panas dan nama Naruto tidak masuk dalam list teman Hinata, dan menemukan fakta laki-laki ini berada di sekitarannya adalah hal yang patut dicurigai.

Hinata tidak terbiasa menjalin pertemanan dengan laki-laki, apa lagi dengan tipe laki-laki seperti Naruto. Tidak, Naruto bukan temannya sama sekali!

"Hai." Laki-laki berambut pirang itu menyapa Hinata dengan hangat tidak mengindahkan aura kurang bersahabat dari Hinata. Iris safirnya berbinar terang menatap Hinata dalam balutan kaus rumahan dan mini skirt yang cocok sekali dengan musim panas ini. "Bagaimana jawaban untuk pertanyaan ku minggu lalu?"

Seminggu lalu laki-laki seksi ini menyatakan cinta pada Hinata seolah tidak tau bahwa Hinata masih terbayang-bayang si Toneri playboy kelas kakap yang menghancukan hati Hinata dengan selingkuh padahal mereka sudah satu tahun bersama. Kurang apa coba Hinata dalam menjalani peran sebagai pacar yang manis untuk Toneri?

"Hm." Hinata sedang tidak ingin berdebat kepalanya masih sakit karena terlalu banyak menghitung, ia memilih bergumam lalu duduk berhadapan dengan Naruto sambil bersandar pada jendela kaca  menunggu pesanannya datang.

"Nat, mau dengar rayuan tidak?" Naruto senyum-senyum sendiri saat mengatakannya entah apa yang ada dalam kepala laki-laki itu.

Hinata menghembuskan nafas lelahnya, kenapa saat ia mau menenangkan diri ia harus berhadapan dengan Naruto yang aneh dan menyebalkan? "Naruto sejak kapan kau menjadi aneh seperti ini? Mana ada mau merayu seorang gadis bertanya lebih dulu."

Mendengarnya Naruto tertawa lepas, raut wajah kesal dan suara Hinata yang menahan geram sangat Naruto suka. "Oh jadi kalau mau merayu gadis secantik diri mu tidak harus minta izin dulu ya?"

Hinata tidak mempedulikan Naruto dan tingkahnya yang mengesalkan. Gadis itu kembali menatapi stasiun yang sedang ramai-ramainya. "Sebaiknya kau pergi Naruto! Apa sih yang kau kejar-kejar dari ku?" Hinata jengah juga jika harus terus menerus menghadapi Naruto yang menurut Hinata sama saja brengseknya seperti Toneri.

Naruto makin senyum-senyum Hinata yang galak seperti ini sangat beda dengan mantan-mantan pacarnya yang sok manis menurut Naruto. "Aww tidak sopan! Tapi, kalau aku pergi nanti kamu jadi sendirian baby."

CLOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang