Ema Pov
Ini sudah tiga puluh menit kami berdiam diri seperti patung saling menatap usai beragumen yang ujung - ujungnya menjadi sebuah pertengkaran kecil diantara kami berdua, karena lelah berdiri akhirnya aku memilih duduk untuk tahu apa yang akan dilakukan oleh laki - laki yang sekarang rasanya lebih peduli dengan pemandangan Di tanjung benoa ketimbang diriku yang seperti akan siap meledak sekali lagi.
"Kita umumkan hubungan kita secara resmi" ucapnya mantap
"Kau gila apa yang akan dikatakan keluargaku dan keluargamu nanti rendra, dari awal aku sudah memberitahumu hubungan ini tidak akan berhasil seperti yang kau harapkan, karr, karena banyak sekali per.."
"itulah gunanya perbedaan Ema penyatuan kita akan sempurna dengan dibangunnya dua budaya yang berbeda tanpa membawa hal - hal yang berbau politik, bisnis, atau apapun namanya yang bisa memisahkan aku darimu" matanya tajam menatapku.
"ini gila rendra siapkah aku dalam situasi yang sulit ini, dan aku takut kau menyerah ditengah - tengah nantinya mengenai hubungan kita dan situasimu yang sebagai seorang putra mahkota membuatku takut bahwa keluargamu bisa mempersulit hubungan kita" lirihku sambil menunduk bulir - bulir air mata rasanya sudah menumpuk dikelopak mataku yang siap tumpah, dan benar saja begitu aku rasakan rendra memelukku pertahananku hancur sudah, aku menangis sejadi - jadinya karena ketakutanku kehilangan orang yang sangat aku cintai ini, pria gila yang mengejarku sejak SMP.
"tidak Ema sayang, aku tidak akan pernah menyerah dengan hubungan kita karena bagiku kau segalanya tanpamu entah bagaimana aku bisa hidup" ucapnya gemetaran sepertinya dia juga ikut menangis.
Mataku mengerjap beberapa kali sebelum terbuka sempurna, pemandangan bintang yang bertebaran menyambutku tatkala pelukan yang begitu eratku rasakan dari pria yang sekarang memelukku dari belakang, kami ketiduran setelah menumpahkan kegundahan dalam masa depan hubungan ini sekaligus rasa lelah untuk terus menyembunyikan hubungan kami.
"kita kembali sekarang?" suara seraknya yang diikuti hembusan nafasnya membuatku merinding.
"sebaiknya ia karena aku bilang berlibur hanya tiga hari, dan aku rasa kita memang harus kembali dan menjelaskan pada orang tuaku dulu" sahutku seraya bangun dari tempat tidur.
"lalu swari ingatkan aku untuk berterima kasih padanya suatu saat nanti" ujar rendra dan dibalas dengan senyuman dan anggukan mantap dari Ema.
_ _ _ _
" ajik bisakah nanti malam Ema bicara karena ada hal penting yang ingin Ema sampaikan??" ucapku disaat kami sedang duduk bersama untuk sarapan.
kedua orang tuaku saling pandang sebentar, sebelum akhirnya ayahku bicara " tentu saja ajik akan pulang dari memberi seminar lebih awal, dan bolehkan ajik tahu tentang apa itu??"
"Eemm,,itu lebih baik nanti malam saja jik karena gek sudah mau buru - buru, oh ya Nyung is jam berapa keklungkung?" elakku mencoba mengubah topik.
"Ema jangan mengubah arah pembicaraan karena kau sudah memulainya kenapa,,," ucapkan ayahku terhenti ketika aku lihat ibu menggenggam tangannya sambil menggelengkan kepalanya tanda jangan dilanjutkan.
"ya,,Nyung berangkat jam sembilan karena nyung ga mau sampai disana duluan" nyungku luar biasa dia mau datang menggantikan aku untuk datang kesana karena aku menolak dengan halus permintaan nenekku.
"baiklah salam buat niang atunya ma atu kakiang, Ema kestudio dulu" aku tidak bertanya pada swari yang sejak tadi kerjanya hanya melamun di meja makan entah apa yang dipikirkannya, usai berpamitan dengan kedua orang tuaku aku langsung menuju studio tempatku membuat desain yang juga sekaligus menjadi fasion outlet tempatku untuk menjual semua koleksiku yang ku beri lebel E'Clout.
YOU ARE READING
OMG' Crown prince is My Husband
RandomUdah dibawa Kabur ditambah nikah ala muslim katanya aku harus islam dulu, ih mana bisa aku meninggalkan kepercayaanku begitu saja. tapi berkat seorang sahabat akhirnya aku menikah disebuah catatan sipil karena suamiku tak tega melihat mukaku yang be...