Aku dan Sang Khaliq

75 12 16
                                    



Jutaan kali ku menyatakan cinta pada-Mu.
Tapi ku takut cintaku palsu dan hanya semu belaka.
Karena gersangnya iman hingga hati mudah terayu.
Oleh bujukan syaithan yang memperdaya.

Berjuta kali ku rasakan desiran rindu.
Layaknya desiran ombak yang mengalir merdu.
Dikala kesendirian menggundah diri
Pintu kemaksiatan menganga terbuka lebar.
Namun ku takut dahaga kerinduanku hanya setetes.

Lidahku berkata aku rindu pada-Mu Ya Khaliq.
Namun hatiku tak kuasa. menghadirkan diri-Mu
Dalam setiap gerak gerikku.

Ya Khaliq...
Besarnya kuasamu tiada tertandingi.
Namun hati ini bagai tiada jangkar.
terombang-ambing dalam perahu kesombongan.

Yang berlayar dalam samudera cinta-Mu.
Kuterlalu membangkang terhadap perintah-Mu.
Seolah diri merasa paling hebat.
Hingga berbagai fenomena menampar  kesombonganku.

Ku menciut bagai bisu tak bergeming.
tatkala ku menyadari bahwa sang Khaliqlah.
yang meninggikan langit padahal tiada tiang.
Yang menjadikan langit tidak berlubang sedikit pun.
Yang menjadikan bumi seimbang padahal bentuknya bulat.
Yang menjadikan tata surya berotasi tanpa henti.

Di penghujung zaman.
Aku tertawa dalam relung kemaksiatan.
Aku menari dalam jurang kesesatan
Tanpa rasa sesal bergemuruh dalam hati.
Bagai kematian tak akan datang menghampiri.

Tak terhitung sudah jumlah embusan nafasku.
Tak terhitung sudah nyenyakku dalam tidurku.
Kala ingat semua Nikmat dari-Mu yang melimpah ruah.
Ku balas dengan kufurku yang kian mengangkasa.

Setitik asa dihati masih tertoreh.
Pertanda bahwa hati tidak berwujud batu.
Aku pernah kehilangan kenikmatan cinta kepada-Mu.
Pernah gersang imanku.

Pernah tandus hatiku.
Hatiku yang tandus kian mengering tiada kehidupan.
Bagai malam tanpa bintang dan bulan.
Teramat gelap dan hampa.

Shalat ku tak terhitung sudah kecacatannya.
Takbirku tiada lagi syahdunya.
Rukuku tiada lagi keikhlasannya.
Sujudku bersama pikiran yang melayang entah kemana.
Munajatku sudah surut air matanya.
Tahajudku bisa terhitung dengan jari.
Imanku bagai tiada fondasi.

Dengan merangkak.
Kuderapkan langkah lemah ini.
Berharap menemukan secercah pengampunan dari-Mu.
Beriringan dengan embusan nafas
Berirama tasbih, tahmid, dan tahlil.

Sehingga saat nanti mataku merekat erat tak terbuka lagi.
Ku tak meninggalkan sesal berlebih.

{Rasa dalam Kata}
Bogor, 20 Mei 2020
-fisyaastri-

Rasa dalam KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang