2

578 35 3
                                    

Dua hari, Sakura masih belum bisa meninggalkan Naruto. Memang Nanadaime itu sudah tidak dalam kondisi kritis, tetapi chakra yang ada dalam tubuhnya itu masih terbilang belum stabil. Sakura terus menyalurkan chakra untuk penyembuhan Naruto agar dapat segera membuka mata tetapi sampai sekarang belum ada perkembangan.

"Sakura-san, anda harus beristirahat—"

"Daijoubu."

Perawat yang tadi mengingatkan Sakura hanya bisa menatap Sakura dengan iba. Semua orang yang menyuruhnya untuk beristirahat sementara selalu Sakura tolak dengan kalimat yang sama.

"Keselamatan Naruto adalah yang terutama." Sakura tidak peduli kalau dia harus mengorbankan nyawa untuk Naruto. Lagipula ada banyak penggantinya. Masih ada Shizune yang walaupun belum menyamai kemampuan Sakura yang sekarang tetapi dia adalah ninja medis yang cukup hebat serta cekatan. Belum lagi, deretan ninja medis muda yang sudah dilatih secara khusus oleh Sakura atau Shizune bahkan Tsunade terkadang ikut dalam pelatihan. Sakura yakin mereka dapat menggantikan posisi Sakura kalau semisal ia mati setelah menangani Naruto.

"Sakura, ada Sasuke di depan. Ia sudah menungguimu di sana selama dua hari." Shizune menepuk bahu Sakura.

Sakura menggeleng. "Tolong katakan padanya.........a-aku titip Sarada untuk sementara." Air mata Sakura menetes. Dalam hati dia meminta maaf sebesar-besarnya pada suami dan anaknya yang ia tinggalkan demi pekerjaan.

Tak apa. Sarada anak cerdas! Sasuke juga pasti bisa mengerti.

Seketika tangis Sakura terhenti. Apa-apaan ini?!

"Aku merasakan Naruto semakin kehabisan chakra."

"Hah?" Shizune menatap Naruto dan mengecek denyut jantungnya takut kalau itu juga ikut melemah. "Nanadaime kritis!"

"Kenapa bisa?" Racau Sakura sembari terus menyalurkan chakra-nya.

"Sakura, Nanadaime mengalami demam yang tinggi." Ucap Shizune yang saat itu bertugas untuk mengecek suhu tubuh Naruto.

"Suntikkan penurun demam dan pantau terus apakah ada penurunan atau peningkatan, berlaku juga untuk detak jantungnya." Perintah Sakura.

Ia kembali memusatkan segala kekuatannya untuk terus menyalurkan chakra pada Naruto. Baru kali ini ia melihat Naruto sakit hingga seperti sekarang. Sebenarnya apa yang terjadi.

Sedangkan itu, Sasuke menatap pintu ruang operasi dalam diam. Ia yakin Naruto akan baik-baik saja. Ia optimis akan hal itu. Sasuke percaya Sakura bisa menangani Naruto karena memang itulah tugas sejak adanya Tim 7. Sakura sudah berpuluh-puluh kali menyembuhkan Naruto, terbukti sampai sekarang Naruto masih hidup bahkan menjadi Hokage.

Tetapi yang ia takutkan adalah Sakura yang terlalu memaksakan dirinya.

Aku percaya padamu, Sakura.

"Sasuke-kun?" Sapa ramah dari seorang wanita bersuara lembut. Siapa lagi kalau bukan istri Nanadaime. Suaranya lembut bukan seperti Ino yang terdengar imut namun judes ataupun Temari yang terdengar menyentak galak dan sombong.

"Hn."

"Kau pasti mengkhawatirkan Sakura ya." Iyalah, siapa lagi memang istrinya? Shizune-san?! Hinata meruntuki kalimat super cerdasnya.

Sasuke mengangguk. "Aku juga mencemaskan Naruto."

Hinata tersenyum sendu. "Kita hanya bisa berdoa yang terbaik untuk mereka yang di dalam."

"Hn."

Hinata dan Sasuke berdiri dalam diam, menatap pintu operasi. Mereka kembali tenggelam ke dalam pikirannya masing-masing.

FEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang