Menyanggupi permintaan seorang Billivan adalah hal yang wajib dihindari maka jika disetujui siap-siap saja hidup orang itu akan berubah seratus delapan puluh derajat.
---------------------------------------------
"Lo yakin mau berurusan sama cewek barusan? Sebulan, bukan seminggu loh, Mas Bro!" Salah satu teman Billivan bernama David bertanya serius pada Billivan-memastikan bahwa ia tidak salah menanggapi hal itu.
Cowok bertato itu dengan tubuh bersandar di kursi hanya menatap temannya tenang lalu tertawa kecil. "Kenapa gue harus nggak yakin di saat gue sendiri penasaran kenapa harus berurusan lagi sama dia?"
Teman-temannya bingung dan tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Billivan. Untuk apa cowok itu penasaran? Seperti bukan diri cowok itu sendiri.
"Lo pernah ketemu dia sebelumnya?" tanya Peter dan Billivan mengangguk mengiyakan.
Ya, Billivan masih mengingat dengan jelas bagaimana pertemuannya dengan gadis yang selalu berseragam sekolah sendirian walaupun hari sudah malam.
***
Di kelas, Keisha hanya bisa duduk dengan wajah bengongnya. Berpikir dosa apa yang sudah ia lakukan di kehidupannya sebelumnya-mengapa semakin hari hidupnya semakin tidak normal. Ia lebih suka saat ia bersekolah dibandingkan saat ia berkuliah. Dan juga teman-temannya sangat berbeda dengan Luna, Andien, dan Lauren. Ia jadi rindu dengan mereka bertiga namun apalah daya karena Keisha memilih untuk tidak berkuliah di tempat yang sama dengan ketiganya.
"Gila! Demi apa pentolan kampus iyain misi lo?!" Anggun bertanya dengan antusias kepada Keisha.
Keisha menoleh ke temannya dengan raut wajah sedih seakan-akan ingin menangis. Sialnya hidup Keisha. Gadis itu memberi senyuman lebarnya kemudian memudarkannya kembali. "Iya, diiyain. Sehari jadi pacarnya tapi sebulan gue jadi babunya!"
"Pffttt!!" Seketika Misha tertawa kecil. "Jangan bilang lo ketahuan lagi taruhan?"
"Dugaan lo tepat sama kayak dugaan tuh cowok," balas Keisha yang sebenarnya ingin menyudahi percakapan.
Fanya menepuk pelan kedua bahu Keisha. "Udah jangan dipikirin. Karena les kedua nggak ada pelajaran, mari kita berkeliling kota. Setidaknya lo udah berani selesaiin tantangan lo."
Mendengar hal itu dari cewek tomboy seperti Fanya membuatnya senang. Keempatnya menyimpan buku ke dalam tas dan bersiap-siap untuk berkeliling melihat sesuatu yang memanjakan mata. Keisha pun beranjak dari kursinya dan melangkah menuju luar kelas, namun langkahnya terhenti saat kedua pandangannya bertemu dengan satu cowok yang tiba-tiba hendak melangkah masuk ke kelasnya.
Ketiga teman Keisha mundur dan melihat kejadian itu dengan gemas. Kedua orang itu masih saja bertatapan kaget hingga salah satunya mundur selangkah namun dengan cepat tangannya ditarik untuk mendekat kembali.
"Kenapa mundur?" tanya Billivan membuat Keisha langsung menjauhkan tangannya.
"Lo kok tau kelas gue?" tanya Keisha kaget dan Billivan merendahkan tubuhnya untuk berbisik di telinga kirinya. "Jangan raguin sumber informasi gue wahai puteri pemilik perusahaan perhiasan ternama."
Tidak ada satupun temannya yang tahu bahwa orang tua Keisha menjalankan bisnis perhiasan yang cukup ternama di berbagai negara. Tetapi, Billivan bisa mengetahuinya itu membuatnya terkejut. Keisha refleks menggeser posisinya dan menjedukan dahinya dengan dahi Billivan hingga cowok itu beralih menatap Keisha sangar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection
Teen Fiction[Kesempurnaan tidak selalu tentang cinta] *** Billivan Alvredo, cowok tampan keponakan pemilik Universitas Harapan. Tattoan, ketua dari geng Fire, ketus, badboy, dan pecandu kopi, itulah yang bisa dideskripsikan pada diri Billivan. Hingga suatu hari...