🗣️: Perasaan

41 7 0
                                    

"Terus gue denger, katanya Kean gak mau makan kue lain kalau gak seenak kue buatan lo. Baper gak lo!"


_______________


"Lin, gimana yang ini? Bagus gak?"

Alina memandangi gaun itu dengan seksama. Melihat detailnya dengan baik lalu menggelengkan kepalanya.

"Jangan yang itu, nanti dada lo ke ekspos. Emangnya mau umbar gituan?" Nabila menggelengkan kepalanya. Lalu menghela pasrah untuk kesekian kalinya. Ini sudah memasuki toko baju ke tiga. Minuman Alina bahkan hampir habis karena mereka sama sekali belum menemukan dress yang cocok untuk Nabila.

"Terus gue pake yang mana, lin." Rengek Nabila.

Alina mengedarkan pandangannya ke bagian lain toko yang mereka kunjungi lalu matanya menangkap sesuatu yang unik seperti menemukan cahaya berlian dibalik kumpulan jerami. Langkahnya lalu mengajaknya kesana dan meninggalkan Nabila.

"Ih! Alina, tungguin. Mau kemana sih?"

Alina dan Nabila sampai pada gaun berwarna putih yang menarik perhatian Alina tadi. Dengan sigap, ia menempelkan gaun itu ditubuh sahabatnya dan menelisik kelebihannya.

"Nah, ini. Gue suka. Cocok sama lo, gimana?"

Nabila mengarahkan dirinya pada cermin lalu tersenyum bahagia ketika selera Alina memang sangat cocok dengannya. "Lo bener, ini bagus banget. Yaampun! Selera lo lumayan juga ya soal baju. Gue kira menang di makanan doang."

"Siapa dulu, dong. Alina!"

"Yaudah, gue mau coba terus bayar gaun ini. Lo liat liat aja dulu, siapa tau ada yang lo taksir. Gue traktir deh."

Nabila memang anak Sultan.

"Widih! Serius?"

"Iya dong. Udah cepetan cari sana. Gue mau nyoba dulu." Alina mengangguk. Lalu mengikuti pinta Nabila untuk melihat lihat dress disana.

Sebenarnya semuanya bagus dan menarik. Cuma karena banyak yang menarik Alina menjadi bingung untuk memilih yang mana. Rasanya ingin memilih semua saja.

Tetapi, Alina tetaplah Alina. Dibandingkan melanjutkan pencarian dress untuk pesta sekolah minggu ini, matanya malah lebih tertarik dengan toko kue yang kelihatannya sedang mempromosikan menu baru mereka dan memberikan taster gratis.

Ini kesempatan.

Akhirnya, langkah jenjang Alina membawanya menuju toko itu dan meninggalkan Nabila yang mungkin akan kebingungan mencarinya nanti. Rasa penasaran Alina semakin menjadi ketika melihat ramainya pengunjung di toko itu.

Setelah melalui perjalanan kecil akhirnya Alina sampai juga diposisi depan. Matanya berbinar, ketika melihat berbagai macam bentuk dan motif pada finishing dari kue itu. Ini tentu menambah pengetahuannya dalam menghias kue.

"Mari bu, kak silahkan dicoba ini menu terbaru kami."

Alina mengangguk. Dia berdiri disebelah seorang ibu ibu lain yang juga penasaran seperti dirinya. Antrian dibagi dua jalur mungkin supaya lebih cepat dan tidak menimbulkan keramaian.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang