Perumahan Kemanggis Pratamis, Bekasi Selatan
Bu Rosmida menghadiri reuni kecil yang digagas Bu Broto di kediamannya yang berlokasi di sebuah perumahan elit di Bekasi Selatan. Peserta reuni kecil tersebut tak lain adalah ibu-ibu yang telah mendeklarasikan diri mereka sebagai lima sekawan: Bu Broto, Bu Rosmida, Bu Ayu, Bu Joko, dan Bu Ratih. Kelimanya telah menjalin persahabatan yang erat sejak masa SMA pada tahun 1970-an, dan hubungan pertemanan mereka telah bertahan hingga saat ini, di usia yang tidak lagi muda, yaitu 65 tahun.
Ada tiga persamaan yang mencolok di antara mereka. Pertama, mereka semua menyukai buku Lima Sekawan karya Enid Blyton sejak kecil, sehingga mereka sepakat untuk menamai grup WhatsApp kumpulan arisan mereka dengan nama yang sama. Kedua, mereka semua memiliki suami yang bekerja di bidang otomotif. Bu Broto adalah istri seorang pengusaha bengkel mobil yang mapan, dengan sepuluh cabang di Bekasi dan Jakarta bagian Utara. Bu Ayu adalah istri seorang pengusaha dealer sepeda motor bekas dengan dua belas gerai di daerah Bekasi. Bu Joko adalah istri seorang pengusaha leasing sepeda motor, sedangkan Bu Ratih memiliki suami pengusaha mobil bekas dengan dua gerai di darah Jakarta Selatan.
Yang terakhir, Bu Rosmida, suaminya adalah seorang pengusaha angkot jalur Kranji – Pasar Proyek dengan memiliki total aset sebanyak dua puluh lima armada angkot. Usahanya saat ini menghadapi tantangan karena di era digital dan instan seperti sekarang ini, mungkin hanya orang yang baru keluar dari goa yang lebih memilih naik angkot ketimbang transportasi online.
Satu persamaan lagi yang mereka miliki adalah bahwa kelima ibu ini memiliki anak pertama laki-laki.
Di sela-sela jamuan makan siang, kelima sahabat ini saling bercerita tentang menantu masing-masing, saling bercerita dapat kita artikan sebagai saling memamerkan satu sama lain.
"Saya bangga dengan Budiman, anak saya ini mampu memberikan saya menantu seperti si Dewi. Dia adalah menantu favorite saya, sudah baik, pintar, dan cantik," ujar Bu Broto.
"Bu Broto, beruntung sekali. Apa profesi Dewi?" tanya Bu Ayu.
"Dewi adalah seorang dokter gigi," jawab Bu Broto.
"Wah, beruntung sekali kalau begitu. Saya juga bangga dengan Angela, menantu saya," sahut Bu Ayu.
"Angela istri Thomas, bukan?" tanya Bu Broto.
"Tentu, Angela istri Thomas, anakku baru menikah dua bulan lalu. Kamu kan saya undang, kok bisa lupa toh?" kata Bu Ayu.
"Astaga, baru ingat," ucap Bu Broto sambil menyeruput teh manis.
"Iya, menantu saya itu lahir dari keluarga pengusaha furnitur di Surabaya," tambah Bu Ayu sambil mengunyah kue nastar.
"Kalau si Kamal, putra pertama saya itu yaaa. Dia berhasil mencarikan Ibunya menantu seorang model dan berasal dari keluarga kalangan pejabat," kata Bu Joko yang tidak ingin ketinggalan.
"Oh, jadi Zefanya itu model rupanya?" tanya Bu Ayu penasaran
"Iya, pantas saja, kakinya jenjang dan parasnya rupawan," ujar Bu Broto.
"Eits, apakah hanya kalian yang bisa membanggakan menantu kalian?" tanya Bu Ratih tidak ingin ketinggalan.
"Oh iya, bagaimana dengan menantu Bu Ratih?" tanya Bu Joko penasaran.
"Syarif, putra pertama saya, akhirnya melabuhkan hatinya kepada seorang model asal Rusia," ungkap Bu Ratih.
"Wow, mereka bertemu di mana?" tanya Bu Ayu.
"Entahlah, saya kurang paham di mana mereka bertemu. Mungkin karena Syarif seorang diplomat, jadi mungkin saja mereka bertemu di tengah-tengah perjalanan ke luar negeri," kata Bu Ratih.
Semuanya secara bergantian saling memuji satu sama lain untuk memberikan kesan bahwa mereka saling takjub dengan cerita masing-masing.
Namun, di antara pembicaraan mereka, hanya Bu Rosmida yang belum memamerkan menantunya. Dia sedang asyik mengunyah, memegang risol dengan tangan kiri dan bakwan udang dengan tangan kanan, sambil memakan tiga biji cabe rawit yang menjulur dari mulutnya. Bu Rosmida terlihat seperti komodo yang sedang memakan tapir.
Bu Broto, Bu Joko, Bu Ratih, dan Bu Ayu terdiam sejenak.
"Di grup arisan kita, hanya anak Bu Rosmida yang belum menikah, ya?" tanya Bu Broto.
Bu Rosmida mencoba berbicara dengan mulut penuh, "mmmfff-mmff."
"Kapan si Tigor menikah, Bu Rosmida?" tanya Bu Joko.
"Bu Ros?" tanya Bu Ratih.
"Oh, iya, sebentar, saya minum dulu," Bu Rosmida mengambil segelas air mineral dan meneguknya.
"Si Tigor memang belum menikah, tapi dia sudah punya calon," kata Bu Rosmida.
"Puji Tuhan," ucap Bu Broto.
"Alhamdulillah," kata Bu Ratih.
"Kapan kamu bisa mengenalkan calonnya kepada kita?" tanya Bu Joko.
"Setuju, setuju!" seru Bu Ayu dengan semangat.
"Boleh-boleh," sahut ibu-ibu yang lain dengan kompak.
"Gimana, Bu Rosmida? Setuju?" tanya Bu Broto.
Bu Rosmida membayangkan anak lelaki satu-satunya yang belum menikah itu. Berusia 35 tahun, tidak memiliki pekerjaan, lebih sering menghabiskan waktunya tidur di rumah dan memberi makan burung beo kesayangannya.
Ia memejamkan mata
lalu menelan ludah.
Glek.
"Setuju," balasnya dengan lirih.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTI MENANTU : SEBUAH CERITA CINTA KOMEDI
RomanceMenanti Menantu adalah sebuah cerita komedi dengan bumbu romansa yang mengisahkan seorang ibu bernama Rosmida Ranggainang yang berjuang untuk mencari calon menantu dalam waktu dua bulan sesuai janjinya kepada teman-teman kumpulan arisannya. Sementar...