three

30 8 1
                                    

Derap langkah menginterupsi pendengaran hewan-hewan disekitar hutan.

Langkahnya yang tergesa-gesa disertai tatapannya yang panik. Berusaha mencari tempat perlindungan dari sesuatu yang mengejarnya.

Nafasnya terengah-engah disertai keringat yang mengucur dari pelipisnya.
6h
"Kejar baj**gan itu!!"

"OI BERHENTI KAU BUDAK SIALAN!!!"

Manik (e/c)nya bergerak kesegala arah mencari tempat aman. Kakinya terus bergerak tak menentu, mencoba membuat beberapa tipu muslihat untuk mengalihkan sekelompok pria besar yang mengejarnya.

'Aku harus selamat. Aku tidak ingin kembali ke tempat itu lagi.'

Ia terus berlari hingga tak menyadari bahwa dirinya menembus sebuah pertahanan yang dibuat oleh Sora.

Ya, menara itu dilindungi dengan sihirnya dan hanya dirinya sorang yang bisa melewatinya. Tapi tidak ada yang tahu bahwa bisa saja kekuatan itu bisa melemah seiring waktu.

"Me ... mereka tidak akan mengejar ku kan?"

Kepalanya sesekali menengok kebelakang dan terud berlari hingga berada di depan menara tinggi.

Tanpa berpikir panjang kau bernyanyi untuk membuat tubuhmu terangkat ke puncak menara. Hingga akhirnya tiba pada jendela menara dan masuk kedalamnya.

"Haa, aku selamat," serumu sembari menghela nafas dan menjatuhkan dirimu diatas ubin yang dingin.

Tapi itu hanyalah beberapa detik hingga sebuah alunan musik menghentikan pergerakannnya.

"Eh!?"

Dirimu mencoba menggerakkan tubuhnya beberapa kali, tapi hasilnya percuma.

"Siapa yang memperbolehkanmu memasuki menara ini?" Suara dingin nan menusuk menginterupsi pendengaranmu. Membuatmu tersentak kecil.

Manikmu terjulur kesepasang kaki tak beralas. Kaki itu tidaklah besar dan berambut, melainkan kecil dan mulus.

Kau tidak bisa melihat rupa sosok didepanmu akibat cahaya jendela yang hanya mampu menyinari kakinya.

"...."

Tidak ada jawaban darimu membuat sosok itu mendecih. Ia mulai melangkah mendekatimu, memperlihatkan sisa tubuhnya yang terselimuti gelapnya ruangan.

Manikmu mengecil ketika melihat parasnya yang elegan layaknya seorang pangeran.

"Siapa kau? Darimana kau datang? Menara ini kan tinggi," siluet matanya begitu dingin dan tajam. Jemarinya mulai menyentuh dagu bawahmu, seolah sedang mencari tahu identitasmu.

Beruntung ia hanya menghentikan pergerakanmu sehingga kau masih bisa berbicara.

"Namaku (Name), aku ... aku kebetulan melihat menara ini dan kemudian naik."

"Pfft-"

"???"

"Hanya orang bodoh yang mau menaiki menara ini. Sudah tau jalan keluar hanya dari jendela itu, lalu kau memanjatnya?"

Rasanya kalimat untuk mendeskripsikan pemuda berparas bangsawan ini kau tarik kembali.

Dari luar ia begitu elegan, bertanggung jawab, agresif, dan pendiam. Tapi intonasi nadanya yang terkesan mengejek dan sorot matanya yang dingin membuatmu mengurungkan niatan untuk mencap dia sebagai orang baik.

"H ... HA!? Apa-apaan itu, aku sedang mencari tempat bersembunyi dan menemukan menara ini! Mana aku tahu kalau ada orang dan jalan keluar hanya satu arah," semburmu begitu saja.

"Lalu? Kau kira aku akan percaya dengan ucapanmu? Kau pasti ingin mengambil kekuatanku dan menjadikannya sebagai senjatamu. Apa kau kira aku tidak tahu tentang itu?"

Kau melongo mendengar penuturan orang itu. Tidak tahu harus berkata bahwa ia bodoh atau kurang interaksi atau apa, yang pasti omongannya tidak ada yang masuk akal.

"Ha? Untuk apa aku melakukan itu. Kenal kau saja tidak, aku lebih baik meninggalkanmu daripada harus menculikmu."

"Hmm..."

Jemarinya yang panjang dan kurus menyentuh bawah dagumu. Menatapmu sebagai orang rendahan dan siap untuk mati dihadapannya.

"Kau kira aku akan percaya? Dengan pakaian lusuh seperti itu dan penampilan yang berantakan, aku tidak seharusnya menilai orang dari penampilan. Tapi auramu dan sorot matamu-"

Ia sengaja menggantungkan ucapannya. Seolah mencari jawab yang cocok untuk ucapan berikutnya, tapi siluet matanya tidak berkata demikian.

"Benar-benar makhluk rendahan."

"Maaf?" Mulutnya cukup taja- ah bukan, memang tajam hingga kau ingin menyumpah serapahkan, tapi kau tidak merasa sakit hati meskirpun sedikit tersinggung. Seolah sudah biasa dengan ucapan peda itu.

"Sepertinya kau harus berkaca dulu sebelum berbicara. Kita saja baru bertemu da-"

"Tidak ada yang menyuruhmu berbicara," kau bungkam.

Bukan karena Jun yang menyuruh, tapi karena kesal.

※※※

Berapa jam telah berlalu? Satu? Dua? Atau lebih dari itu? Kau tidak tahu lagi. Telingamu terlalu panas intuk mendengar ceramahnya hanya karena kau masuk ke menara ini. Terlebih sesekali ia menyebut tentang dunia luar yang kejam.

Kau terdiam, menerka apakah ia tidak pernah keluar dari menara ini.

"Ne."

"... semuanya- apa?"

"Kau benar-benar seperti mesin ya. Kupingku panas mendengar ocehanmu tanda adanya jeda tahu."

Kau memasang raut bosan. Sebenarnya bukan keinginanmu untuk bertamu ajal secepat mungkin, tapi kau lelah tidak bisa bergerak dan mendengar celotehannya.

"Kau benar-benar benda yang tidak tahu malu ya."

"Maaf?" Benda? Apa kau salah dengar atau ia memang menyebutmu benda?

"Aku manusia, bukan benda."

"Dimataku kau benda tidak berguna."

"Ukhh," kau menggeram kesal. Kali ini ia telah membuatmu naik darah.

"Lalu maumu apa? Kau benar-benar orang aneh dan menyebalkan!" Manik coklatnya melirik dirimu dari ujung matanya.

Tatapannya masih mengandung kesan mengejek dan merendahkanmu.

"Hoo sepertinya ada yang sedang menantangku."

"Kau ... jangan membuatku untuk menghancurkan pertahananmu."

"Kau? Memangnya apa yang bisa kau lakukan?" Kau tersenyum miring. Pemuda ini benar-benar meremehkan dirimu.

Detik berikutnya, kau terlepas dari jeratannya. Ini bukanlah hal yang menyulitkan mengingat dulu kau diperlakukan lebih buruk dari ini.

Kau menrenggangkan kedua tangan dan kakimu yang kaku akibat terdiam ditempat.

"Ahh, akhirnya aku bebas juga," namun, pandanganmu tak luput dari Jun yang terkejut.

"Kenapa? Kau terkejut? Hmph, makanya jangan menilai orang dari penampilannya saja," manik coklatnya masih memproses apa yang sedang terjadi sembari melangkah mundur sedikit.

'Ba ... bagaimana bisa? Bukankah Ibu bilang kekuatanku lebih besar daripada orang lain?'

"Ka ... kau ... bagaimana bisa..."

Kau tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kau tahu, aku pernah mendengar rumor bahwa siapa saja yang lahir dibawah nsungan bulan purnama, kau mempunyai kekuatan yang lebih banyak dari orang-orang sekitar," kau mengambil jeda sejenak.

"Dan itu adalah kita."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
899 words
Tbc.....

Pub: 5 Juli 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Switch Roles ; Tangled「Fuyumi Jun X Reader」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang