Chapter 1

5 1 2
                                    

Tebak, aku sudah mati dan aku sudah berdiri didekat gerbang yang ku yakini sebagai gerbang akhirat. Aku lupa bagaimana aku mati, bahkan hal sederhana seperti nama. Ya, ku rasa itu tidak penting lagi.

Ini sudah giliranku. Aku berdiri tepat didepan gerbang yang sangat megah tersebut kemudian sesuatu seperti portal menghisap ku kedalamnya. Di sini hanya ada kabut pekat, dimana ini ? Sepertinya bukan neraka, apalagi surga.

"Selamat, kamu terpilih untuk mendapatkan kesempatan reinkarnasi."

Suara siapa itu ? Malaikat ? Aku bahkan tidak bisa mengeluarkan suaraku untuk sekedar bertanya.

"Kau bisa menganggapnya seperti itu."

Kenapa aku bisa mendapatkan reinkarnasi ? Bagaimana caranya ?

"Aku tidak tau kenapa, itu sudah ditentukan. Tapi aku tau bagaimana caranya. Karena itulah aku disini untuk menjelaskannya."

"Oh ya. Kau tidak bisa melihatku. Tapi aku bisa melihatmu."

Bukan kah itu menyeramkan ?

"Haha. Baiklah aku akan menjelaskannya. Kau sudah mati, tapi karena sesuatu hal, kau terpilih untuk menjalankan suatu tes yang akan menentukan apakah kau layak untuk mendapatkan kesempatan reinkarnasi."

Apa ? Ternyata aku tidak langsung mendapatkannya ya.

"Tentu saja. Tapi kalau kau gagal dalam tes ini, kau akan berakhir ketempat yang sesuai dengan perbuatanmu dari kehidupan sebelum ini."

"Jadi, kau akan menggantikan menjalani kehidupan seorang gadis bernama Elisa Dirgawan. Usianya 16 tahun, dia seorang siswi kelas 10 di SMA Budi Karya di Jakarta."

Menggantikan ? Apa maksudnya ? Ada apa dengan gadis itu ?

"Elisa sudah mati, dia menyayat nadinya dengan pecahan beling. Dia anak bungsu dari dua bersaudara, kakak laki lakinya bernama Putra Dirgawan mahasiswa semester 3. Ayahnya Paul Dirgawan pemilik perusahaan bidang teknologi dan Ibunya Neyla Dirgawan memiliki butik pakaian rancangannya sendiri. Orangtua nya termasuk pengusaha terkenal bahkan nama mereka masuk kedalam daftar pengusaha dengan penghasilan besar."

Kelihatannya, kehidupannya sempurna. Kenapa dia memutuskan untuk bunuh diri ?

"Itu harus kau cari tau sendiri."

Hah ? Apa ?

"Setelah ini kau akan terbangun sebagai Elisa."

Hei tunggu dulu.

"Lakukan tugasmu dengan baik."

Hei, kau belum memberitahu ku apa yang harus ku lakukan.

"Kau akan tau setelah menjadi Elisa. Sampai nanti."

Hei !

Sebuah lubang hitam menelan ku kedalamnya, rasanya berputar putar sampai kepalaku rasanya sangat sakit. Badanku rasanya seperti melayang, namun tiba – tiba seperti terlempar kesuatu dimensi dan rasanya sangat sakit.

Perlahan telingaku dapat mendengar suara tangisan, aku membuka mata ku perlahan tapi cahaya yang masuk begitu menyilaukan. Kepalaku rasanya sangat sakit seperti ditimpa godam. Setelah mataku dapat fokus, aku melihat langit – langit putih.

"Lisa, jangan tinggalin mama. Mama sayang kamu, nak."

Lisa ? Oh ya. Berarti aku sudah resmi menjadi Lisa mulai sekarang. Aku merasa tubuhku dipeluk erat, mungkin itu mamanya Lisa, lalu ada papa nya yang memeluk istrinya, mencoba menenangkan walupun juga berlinang air mata. Ada satu orang pemuda yang berdiri di dekat mereka, menunduk sambil mengepalkan tangannya pasti itu kakak Lisa. Kurasa dia juga sedang menangis.

"Argh." Kepalaku sangat sakit.

Mungkin karena geraman ku, mereka terkejut "Lisa. Kamu kembali nak ?" histeris mamanya Lisa.

Seorang Dokter mendekati tubuh Lisa, ah, tubuhku yang terbaring. Bersamaan dengan beberapa suster yang menyuruh keluarga ku untuk membiarkan Dokter melakukan pekerjaannya, memeriksa keadaan ku.

"Dia kembali. Ini keajaiban." Kata dokter perempuan tersebut.

Setelah memeriksa kondisiku, dokter tersebut membiarkan keluarga ku mendekat. Mama memelukku erat masih dengan matanya yang basah sambil terus menyebutkan 'Terimakasih Tuhan.'

Papa mengelus kepalaku "Lisa memang anak yang kuat. Terimakasih nak."

Aku memperhatikan kedua orang tua Lisa. Mereka kelihatan seperti sangat menyayangi Elisa, aku bisa menyadarinya dari tatapan mereka. Lantas, kenapa Lisa memutuskan untuk bunuh diri ?

Aku melihat kearah pintu masuk ruangan serba putih ini yang sudah pasti adalah rumah sakit, kakak Lisa berdiri menyilangkan kakinya dan kedua tangannya bersidekap. Setelah bertemu tatap denganku untuk sepersekian detik, dia membuang pandangannya, lalu memutuskan untuk keluar dan menutup pintu dengan kencang.

Aku mengerutkan kening, kenapa kakaknya bersikap dingin seperti itu ?

"Apa ada yang sakit ?" aku kembali menoleh kearah orangtua Lisa, ah, aku masih belum terbiasa menyebut mereka orang tua ku. Mama Lisa sudah berpindah menjadi menggenggam tanganku sambil menatapku dengan rasa haru.

"Eng-gak". Tenggorokanku kering.

"Minumlah." Papa Lisa menyodorkan gelas berisi air putih dengan sedotan agar aku mudah meminumnya dalam posisi berbaring seperti ini.

Lisa, Lisa kenapa kamu mengakhiri hidupmu yangbagus ini ? Aku masih belum mengerti ini semua.


-Note

Hai..... Jangan lupa beri vote dan komen ya !

Thx :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang