1

29K 4.8K 1.6K
                                    

[Fungsi kata]
-1st Regret, Kim Doyoung-

.
.
.

Apa fungsi sederet kata?

Pertanyaan sederhana di mana bocah sekolah dasar pun bisa menjawabnya tanpa harus mengerahkan kemampuan otak untuk berpikir. Namun, makna dari fungsi kata seringkali berubah, menyesuaikan terhadap pemikiran manusia yang juga akan terus berkembang. Hari ini, aku bisa menganggap bahwa 'hilang' itu berarti 'lenyap'. Mungkin besok, kata 'hilang' berubah arti menjadi 'kekosongan'.

Tapi sederet kata yang manusia ucapkan memiliki tujuan yang pasti, yaitu untuk disampaikan kepada orang lain.

Yoon Jaehyuk, mempergunakan kata dengan sangat baik. Dia adalah murid kesayangan guru sastra sekolahku. Terkadang, Jaehyuk akan menuliskan pesan-pesan indah dan menaruhnya secara acak di berbagai tempat. Barangkali, ia hanya ingin tulisannya dibaca.

Aku pernah mendapatinya sekali, di laci mejaku. Tulisan tangan yang sangat rapi, tinta berwarna merah dan berlatarkan kertas berwarna putih bersih.

Saat kau terlelap, matamu akan tertutup oleh batin.
Tak satupun mampu kau lihat selain hitam yang juga dingin.
Namun kau bisa merasakan kenyamanan yang tak akan pernah kering.
Kala itu, kau pun akan menangkap satu hal yang penting.
Bahwa keindahan tak selalu harus bercahaya dan berwarna-warni.

Ntah sudah berapa kali batinku menuntut, bahwa Jaehyuk pasti punya alasan atas segala kebaikaannya. Semua kalimat memiliki arti, dan Jaehyuk pasti ingin orang lain mengerti apa makna dibalik kata yang ia ukir.

Sederet kata selalu ditujukan untuk orang lain.

Aku menyesal. Karena aku tidak mengatakan banyak kata. Terutama kepada Yoon Jaehyuk.

Awalnya kupikir, Jaehyuk berbuat baik pada semua orang agar ia dipuji. Agar semua orang berhutang dengannya dan akan membayarnya di lain hari. Tapi hari ini, aku baru menyadari bahwa Jaehyuk meninggalkan semua orang yang berhutang dengannya, tanpa menagih sedikitpun apa yang telah ia lakukan di masa lalu.

Aku mengusap pipi lebamku. Menatap nanar Kim Daeho yang berjalan pergi meninggalkanku tersandar tak berdaya di dinding belakang sekolah. Air mataku tertahan di pelupuk. Aku merasa sesak dan seluruh badanku sakit. Tapi aku terlalu lemah untuk melawan. Lagipula aku hanya sendiri.

“Besok kau harus memberikan uang sakumu, Kim Doyoung,” Teriak Daeho tanpa menoleh. Diikuti kekehan dari seluruh antek-anteknya.

Aku memegang lenganku yang ngilu usai dipukul dengan salah satu kaki kursi yang patah. Ada darah yang sedikit merembes dari balik kemeja sekolah yang berwarna putih. Aku meringis perit.

“Sakit.” Hanya itu yang bisa aku katakan.

Hari ini, aku resmi menjadi korban penindasan lagi.

Karena Yoon Jaehyuk sudah tidak ada. Mereka kembali menargetkanku.

Kuputuskan untuk bolos pelajaran terakhir. Lagipula, aku tidak akan bisa masuk kelas dengan kondisi seperti ini. Seragam sekolahku sudah kotor dan sedikit robek. Luka lebam sebanyak ini juga akan menciptakan sejumlah kalimat tanya dari para guru yang berpura-pura peduli.

i. the day after today ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang