Tak peduli

12 2 0
                                    

Tiga hari berlalu semenjak insiden itu. Dan selama tiga hari itu juga setiap Liva, Fani, Delia, maupun Ziya bertemu dengan kakak kelas nya selalu mendapatkan sindiran. Aslinya sih mereka tak peduli jika cuman sindir-menyindir atau nyinyir saja. Tapi kalau udah menyangkut masa lalu atau menyangkut harga diri dan keluarga. Baru mereka angkat bicara. Tapi kalau tidak, mereka berempat hanya memasukkan ditelinga kanan dan dikeluarkan ditelinga kiri tanpa diproses didalam otak terlebih dahulu.

Detik ini juga, semua tenda dibongkar. Termasuk juga panggung nya. Karna hari ini perkemahan dan class meeting SMA Taruna Bangsa, sudah selesai. Semua murid-murid bersiap-siap untuk balik keruma mereka masing-masing.

"Va ntar lo dijemput?" tanya Delia sambil memunguti barang-barang nya yang dibawa kemah.

"Engga."

"Ntar gue barengin naik angkot yah? Sama Fani juga boleh ngga?"

"Boleh." jawab Liva sambil menutup resleting tas ransel nya.

Semua sudah siap untuk pulang kerumah. Tenda sudah di bongkar, barang-barang sudah di bereskan, kini tinggal melangkahkan kaki meninggalkan lapangan perkemahan.

"Wahh adek kelas breng*s*k mau pulang yah?" sindir Nina tiba-tiba muncul menghampiri keempat gadis yang sedang terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing, sambil menunggu jemputan.

"Mangsut lo apa!?" tantang Delia.

"Kemaren malem aja berani ngelawan, sekarang pasti tentu yah!"

"Eh mulut ba*i kalo mau nantang langsung duel aja ayo!" greget Delia tak sabar.

Nina tersenyum licik, dan mempermainkan rambut sebahunya untuk diputar-putar. Dan tangan kirinya ditaruh depan dada sebagai tumpuan tangan kanannya.

"Del, manusia an*ing ngga usah di ladenin!" larang Ziya mengingatkan Delia supaya tidak terpancing dengan omongan Nina.

Nina tertawa pelan sebelum berbicara kembali. Kini kedua bola matanya mengarah ke pada Fani yang berdiri disamping Ziya dengan tampang polosnya. Nina berjalan mendekat kearah Fani.

"Dede Fani mau pulang yah?" tanya Nina sengaja dilembut-lembutin.

"Iyah." jawab Fani sambil mengangguk bak anak kecil.

"Bareng kakak yuk!" ajak nya manis.

"Nggak!" tegas Liva melarang Fani pergi bersama dengan Nina, sekaligus memotong Fani yang akan menjawab ajakan Nina.

"Cewek kutub! Lo diem aja! Ngga usah sok peduli! Lo kan paling males buat ngomong jadi diem aja yah!" peringat Nina menyuruh Liva diam.

Tapi kalian sudah tau Liva belum? Jika sudah menyangkut sahabatnya, ngga bakal dia diem, walaupun dianya sangat cuek sekalipun. Tapi jika dengan temannya seorang Olivia Clara tetap bisa jadi cewek gila, jika bersama teman-teman nya.

Nina melangkah satu langkah lagi. Memangkas jarak dari Fani dan dirinya. Detik berikutnya ia merapikan rambut Fani lembut dan memperlakukan Fani sangat manis, berbeda jauh dengan malam pentas seni waktu itu.

"Fani manis... ikut gue yuk!" bujuk Nina lembut.

"Fan! Lo kalo ikut dia, ngga usah jadi teman kita lagi!" ancam Delia.

NK 4 (Nae Kkum)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang