Ancaman

34 8 1
                                    

"Nahh!! Ini nih biang kerok pembawa sial di pentas seni kita!" pekik Nina kala Delia menghampiri Kak Al, dan berada disampingnya.

Delia yang masih belum mengerti hanya mengerutkan keningnya. Pertanda bingung.

Semua kakak kelas yang mendengar perkataan Nina langsung demo, dan mencaci Delia mati-matian. Karena masih tak paham akan keadaan, Delia masih mengerutkan keningnya.

Daripada bingung layaknya orang yang nggak terpakai didunia ini. Delia melihat Kak Al yang sedang mencoba menenangkan demo dari kakak kelas Delia.

"Kak, maksudnya apa sih?" tanya Delia kepada Kak Al.

Kak Al memutar kepala nya sembilan puluh derajat menghadap Delia.

"Mereka menganggap lo sama temen-temen lo pembawa bencana di pentas seni ini." jelas Kak Al singkat.

"Lah, emang apa hubungannya?" bingung Delia masih tak mengerti akan penjelasan singkat Kak Al.

"Karna lo pake lagu K-Pop. Sedangkan selama pentas seni ini ada disekolah lo, engga ada yang pake lagu K-Pop Del!"

"Keramat amet nih sekolah sama K-Pop!" celetuk Delia ngasal, nggak mikir situasi kayak gini.

Mendengar celetuk kan Delia. Sontak Kakak kelasnya semakin membara akan emosi yang sudah meletup-letup sedari tadi.

"Ehh nih anak songong yah, bilang sekolah kita keramat lagi!!" sahut salah satu Kakak kelasnya tak terima.

"Lah, emang keramat kan nih sekolah? Cuman pake lagu K-Pop aja langsung ada musibah. Nih semua bukan karena gue maupun temen-temen gue! Tapi emang takdir!!" cerocos Delia ikut tak terima juga.

Yaiyalah, siapa juga yang mau dibilang biang kerok lah, pembawa bencana lah. Toh yang nyuruh mereka tampil juga kepala sekolah sendiri.

"Masih kecil nyolot yah lo!!" pekik kakak kelas tersebut.

Karena Delia dan kakak kelasnya sama-sama tak terima. Alhasil mereka saling beradu mulut. Masih untung lah, engga main tangan.

Menyadari Delia tak ada disampingnya, Ziya menanyakan keberadaan sang teman pada teman yang lain.

"Fan, Va! Kalian liat Delia ngga?" tanya Ziya.

"Enggak" jawab Fani singkat.

Sementara Liva tak menjawab, ia menyapukan pandangannya mencari teman bawelnya itu. Setelah menyapu ke berbagai penjuru di tenda sekretariat. Akhirnya Liva menemukan teman nya tersebut.

Tanpa bersuara Liva menarik Ziya dan Fani untuk menghampiri Delia yang sedang beradu mulut dengan senior-senior nya yang sok kecentilan.

Begitu sampai disamping Delia, Ziya langsung menahan Delia untuk tidak terlalu beradu mulut dengan kakak kelasnya. Toh percuma juga, gimana pun caranya pasti mereka akan menang. Lagian Delia cuma punya empat kawan, sedangkan kakak kasnya hampir semua cewek-cewek yang jadi kakak kelasnya.

Fani yang melihat amarah yang dipancarkan dari setiap mata kakak kelasnya, merasa takut. Dan sembunyi dibelakang Ziya. Maklum kan die tulul plus kek anak kecil. Sedangkan Liva? Liva melipat tangannya didepan dada. Dan memasang wajah datar nya, seperti biasa. Layaknya akan menikmati tontonan yang seru banget.

"Dance kalian tuh basi!! Nggak bermutu, dan nggak ada akhlak tau nggak!!" pekik Nina.

Sontak Delia merasa tak terima karena direndahkan.

"Jaga mulut busuk lo yah!" pekik Delia balik.

"Temen-temen lo tuh yang busuk! Apa sih yang lo banggain dari temen-temen lo ha??"

NK 4 (Nae Kkum)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang