"Pertemuan hari itu membawaku padamu."
❀❀❀
Hari menjelang sore, seorang gadis berperawakan mungil, kulit putih mulus, pipi tembem serta rambut panjangnya sebagai penyempurna visualnya yang memang cantik menggemaskan. Ia tampak serius berlatih karate, salah satu olahraga yang memang ia gemari. Hyuga Hinata, salah satu mahasiswi tercantik di Tokyo University.
Selesai dengan latihannya, gadis itu langsung membersihkan diri. Tak berselang lama, hanya dalam beberapa menit ia sudah kembali rapi juga cantik. Hinata melirik jam di pergelangan tangannya dan seketika ia berlari secepat kilat menuju trotoar jalan.
Matanya asik menoleh ke kiri dan ke kanan, sosok yang ia tunggu belum juga terlihat. Gadis itu memanyunkan bibirnya bersama raut wajah kecewa. Ia mendesah pelan seakan kehilangan semangat yang tadinya meluap-luap.
Beberapa saat kemudian ada taksi yang lewat, ia pun dengan terburu-buru langsung menyetop kendaraan beroda empat tersebut. Menelan rasa kecewanya Hinata duduk lemas bersandar pada jok. Hari ini ia malah tak bertemu dengan pria tampan yang menjadi incarannya.
"Senpai..." sapa pria berambut pirang jabrik, gelagatnya terlihat canggung. Sungguh dirinya terkejut bukan main, bagaimana bisa berada di dalam taksi yang sama. "Maaf, biar aku saja yang turun." imbuhnya lagi berniat keluar sebab sudah membuka pintu taksinya.
"Eh? Naruto, jangan ... kau juga ingin pulang, kan?" tanya Hinata berbasa-basi, wajahnya berubah sumringah dalam sekejap mendapati si penculik hati ada di sampingnya.
"Ya." jawab Naruto pelan. Pria itu masih merasa segan bila dihadapkan langsung dengan senior di kampusnya tersebut.
"Aku juga mau pulang. Kebetulan sekali ya bisa bertemu di sini, rumah kita sejalan kok, jadi kau tidak perlu turun. Biarkan taksi ini mengantarmu terlebih dulu, selanjutnya aku." ucapnya tersenyum dengan mata yang juga berbinar-binar dengan wajah mesem-mesem tidak jelas.
Naruto tampak bingung. "Memangnya rumahmu searah dengan rumahku?"
"Begitulah." Hinata mengibaskan tangannya. "Jangan terlalu formal. Ini sudah jam pulang kuliah dan kita sudah tidak di kampus. Kau bisa memanggilku Hinata."
Naruto tersenyum tipis menampilkan kedua lesung pipinya. "Tapi tetap saja kau seniorku. Aku merasa sangat sungkan. Tidak sopan juga bila didengar."
"Tidak masalah untukku." Hinata berkata santai, tapi Naruto hanya tersenyum canggung.
Hening. Di antara mereka berdua tidak ada yang membuka suaranya. Hinata melirik ke arah Naruto, sesekali ia mencuri-curi pandang pada pria di sampingnya itu. Melihat Naruto dari jarak sedekat ini rasanya ingin meleleh. Hinata jadi senyum-senyum sendiri. Untung tidak dikira gila
Sampai tiba-tiba taksi berhenti mendadak. Hinata hampir terjungkal ke depan kalau tidak ada sebuah lengan kekar yang menahan tubuhnya.
"Senpai, kau baik-baik saja?" tanya Naruto.
Hinata mendongakan kepalanya ke atas. Jarak antara dirinya dan Naruto sangat dekat. Hinata bahkan dapat mencium aroma parfum Caron Poive yang menguar dari tubuh Naruto. 'Jangan semaput di sini, Hinata. Astaga! Aku lupa daratan!'
"Senpai?" panggil Naruto sekali lagi karena tak dapat respon dari gadis itu.
"Hah? Oh, ya. Aku baik-baik saja. Terima kasih, Naruto."
Naruto tersenyum tipis dan melepaskan pelukanya dari Hinata. Suasana kembali canggung sampai pria itu membuka suara lagi. "Jadi ... dimana rumahmu, Senpai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Kohai (Sudah Terbit)
RomanceHyuga Hinata, salah satu mahasiswi tercantik di Universitas Tokyo yang selalu berhasil menarik pria hingga jatuh ke dalam pesonanya. Nampaknya hal ini tak berlaku pada pria bernama Uzumaki Naruto. Seorang pria yang juga digilai para gadis di kampus...