Chapter 3

3.8K 368 73
                                    

Hyuga Hinata berjalan menyusuri koridor kampus. Setelah jam kuliah selesai dia memikirkan bagaimana caranya membuat Uzumaki Naruto agar tertarik dengannya. Langkah Hinata berhenti saat melihat orang-orang sedang berkumpul di lapangan kampus. Karena penasaran Hinata berjalan menuju ke lapangan.

Matanya hampir saja lepas dari rongganya ketika melihat kohai tampan yang jadi incarannya sedang bermain drum di atas panggung. Hampir semua kaum hawa berteriak histeris saat Naruto memutar stick drum lalu kembali memukul drum.

Hinata sendiri bahkan tidak sadar dia mengipas wajahnya dengan tangan. Apalagi saat melihat peluh mulai menuruni wajah Naruto. Rambut pirang jabriknya yang basah. Markotop, krenyes paling enak dimakan kaya krekes keju. 'Tuhan, aku juga mau jadi drumnya. Tapi di elus dengan lengan berotot Naruto. Pasti rasanya ... Ulala. Hot ... Hot pop.' Hinata merasa wajahnya sudah semerah udang rebus atau tomat busuk.

Tanpa disadari gadis cantik itu, Sakura yang sudah berdiri di sebelah Hinata hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku sahabatnya. Kenapa seantero kampus apalagi kaum hawa sangat tergila-gila dengan Uzumaki Naruto.

"Hinata, air liurmu menetes." canda Sakura.

Hinata menghapus tetesan air liurnya dengan mata melotot pada sahabatnya. "Ck! Kenapa kau sangat menyebalkan sekali, Sakura?!" katanya dengan nada ketus. "Kau merusak fantasi liarku!"

Sakura mendengus. "Fantasi mesum lebih tepatnya."

"Sakura, lihat otot lengannya. Minta dielus! Lesung pipinya Naruto buat hati kakak ini meleleh."

Sakura menoyor kepala Hinata yang kumal, hitam dan berdebu. "Ck! Kau memang cantik tapi sayang otakmu terlalu banyak partikel hitam pekat dan sadarkah dirimu kalau wajahmu sudah semerah bokong babon, Hinata."

"Tsk! Kau ini mendukungku untuk mendapatkan hati Naruto atau tidak?" Hinata mencebikkan bibir.

"Aku mendukung kalau kelakukanmu sudah waras. Tidak seperti ini. Sadarlah Hinata, Ino menang banyak darimu. Kau lihat saja dia. Anggun, cantik, dan tidak memalukan sepertimu."

Hinata memandang dirinya dari atas sampai bawah. Pakaiannya normal-normal saja, walaupun terkadang otaknya kurang waras. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan kohai tampan pujaan hati Hinata. Makin konslet mungkin otak Hinata.

"Jadi aku harus bagaimana, Saki?" tanya Hinata dengan wajah memelas.

Sakura mendesah pelan. "Gunakan jurus saktimu seperti waktu kau menggoda Shino-senpai."

Hinata terdiam sejenak. Dia teringat bagaimana dirinya dulu membuat salah satu kakak kelasnya hampir mimisan dan pingsan karena pesona yang dimiliki oleh Hinata.

***

Hinata berjalan pelan di koridor kampus. Sebagai salah satu mahasiswa baru dia cukup terkenal karena kecantikan dan juga sikap lembutnya, tapi dibalik semua itu hanya Sakura dan Tuhan yang tahu bagaimana sikap asli Hinata.

Dengan langkah gemulai bersama lenggok-lenggok pinggulnya yang bahenol. Hinata melangkah santai bagaikan sedang berjalan di atas catwalk. Sampai tanpa ia menyadari seorang pria yang lumayan tampan, memakai kaca mata dan sikapnya yang 'cool' itu, juga sedang berjalan dan akan berpapasan dengan Hinata. Mengetahui bahwa yang ia lihat adalah kakak kelasnya Hinata semakin memantapkan ulahnya, ia mwngembangkan senyum manis miliknya yang menawan, saat tepat berpapasan dan tatap muka, dengan percaya diri Hinata mengibas-ngibaskan rambut panjangnya yang lembut hingga mengenai wajah kakak kelasnya tersebut.

"Astaga, rambutnya harum sekali." kata Shino, tanpa sadar darah sudah keluar dari hidungnya.

***

My Handsome Kohai (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang