1. Di rumah Chita

31 9 1
                                    

Chita mengerjapkan matanya, netranya bergerak mengedarkan pandangan mencari letak ponselnya.

Saat iris coklat gelapnya bertatapan dengan sinar pagi, tangannya sontak menghalangi arah cahaya yang menuju matanya.

"Hahahahaha".

Chita menyandarkan tubuh mungilnya pada dashboard kasurnya dan mulai mengikat rambutnya saat indra pendengarannya samar mendengar suara tawa dari 3 orang yang sangat ia kenal.

"Ck, ngapain sih kesini pagi-pagi". Gumam gadis itu lalu pergi ke kamar mandi.




Setelah siap dengan pakaian sekolahnya Chita turun kebawah sembari menenteng tas punggungnya di pundak mungilnya. Kakinya mulai menuruni anak tangga satu persatu, saat netranya melihat seseorang yang saat ini ia benci. Matanya menatap tajam dan galak ke arah orang tersebut.

"Ngapain lo pagi-pagi kesini?" matanya menatap sinis orang yang ia ajak berbicara.


Orang yang dimaksud balas menatap Chita dengan tatapan mengejek sembari mengoles rotinya dengan selai, entah sudah roti keberapa yang ia makan pagi ini, "suka-suka gue dong. Kok lo yang sewot? Om aja yang punya rumah gak masalah tuh".

Dipta yang berada di sampingnya langsung menyikut perut Andra yang mulai memasukan rotinya kedalam mulutnya sementara Andra hanya berucap Apa sih? tanpa suara kearah Dipta.

"Pa, lain kali yang itu di usir aja disini cuman ngabisin makanan doang". Chita mulai duduk di samping papa nya dan mengambil segelas susu.

Papanya hanya tersenyum tipis sambil mengusap mulutnya dengan tisu, "udah ah, anak papa jangan marah-marah mulu. Mending kamu makan rotinya 1 aja gpp yang penting perut kamu keisi, udah ya Papa berangkat duluan, pintunya kunci jangan lupa oke? Assalamualaikum". Papanya berdiri lalu mengusap pelan pucuk kepala putrinya dan memberikan kecupan pelan di kepalanya lalu tersenyum ke arah dua anak laki-laki yang ikut sarapan dengannya.

Tak lama dari itu mulai terdenger suara deru mobil yang mulai menjauh dan menghilang.

"Tau. Sarapan lo, gue sih ogah gendong lo kalo nanti pingsan pas upacara". Celetuk Andra setelah menghabiskan susunya.

"Dih? Siapa juga yang mau di gendong lo? Gue juga ogah, kalo iya pun nanti ada anak PMR yang ngurusin sih". Balas Chita yang sedang berada di dapur untuk mengambil sekotak susu pisang favoritenya.

"Udah dong. Lo berdua tuh gak ada habisnya kalo berantem, udah Bim lo ngalah aja sih sama Chita terus gantiin tuh gel yang lo pake di kamar Chita". Lerai Dipta yang sudah lelah mendengar pertengkaran antara Chita dan Andra selama dua hari.

"Tuh dengerin apa kata Dipta". Ujar Chita lalu berjalan duluan setelah menggendong tas nya. "Cepetan gue mau ngunci pintunya nih". Kedua laki-laki itu langsung bergegas menyusul Chita.
































Saat ini mereka sedang di jalan menuju sekolahnya, karena sekolahnya terbilang lumayan dekat jadi mereka memutuskan untuk membawa sepeda kesekolahnya. Kenapa mereka gak bareng sama Papa nya Chita? Karena mereka beda arah. Kalo Chita dan yang lain belok kanan setelah keluar cluster mereka, papa Chita belok kiri.

Chita berada di paling depan sementara Andra dan Dipta beberapa meter di belakang Chita.

"Emang lo gak capek berantem sama Chita?" tanya Dipta di sela-sela mereka menggoes sepedanya.

"Gak sih, Chita lucu soalnya kalo lagi marah. Makanya gue seneng jailin dia, tapi gue selalu mikir dia kesinggung atau gak ya setiap gue bikin dia marah gitu?" ujar Andra dengan tatapan kearah punggung Chita. Dipta cuman menghela napas panjang dan menggeleng pelan.

"Mending lo sekarang minta maaf sama dia deh, sebelum makin gk mau ngomong dia sama lo". Saran Dipta, Andra berpikir sejenak lalu mengangguk setuju dan mulai menggoes untuk menyusul Chita di depan.

"Chita!" yang di panggil hanya menoleh lalu membuang muka kala ia tahu siapa yang memanggilnya.

"Chita, udah dong marahnya jangan marah lagi ya? Nanti gue gantiin deh, janji". Chita masih terus diam sibuk menggoes sepedanya tanpa memperdulikan Andra di sampingnya.

"Gue beliin dua deh". Chita masih tetap bungkam.

"Tiga deh tiga". Mata Andra terus menatap penuh harap ke Chita, sejenak gadis itu berfikir lalu menganggukan kepalanya.

"Tiga gel dan traktir gue sama Dipta makan dan isiin kartu time zone gue 500 ribu, deal ?" ucap Chita sambil sesekali matanya melirik Andra di sampingnya.

"Chit!? Lo mah meras gue ini namanya". Dipta yang mendengar cuman terkekeh saat Chita balas mengerjai Andra sementara Chita masih memasang ekspresi sok galaknya.

"Sampe gerbang sekolah lo gak bilang deal, kita gak usah baikan". Ucap Chita saat gerbang sekolah mulai terlihat.

"Oke, deal !" final Andra yang langsung memasang ekspresi frustasi. Sementara Chita tersenyum penuh kemenangan, "oke gue tunggu malming ini ya, gak ada penolakan". Ucap Chita lalu menggoes sepedanya lebih cepat dan sudah memasuki area sekolah lalu di susul Dipta yang menepuk punggung Andra dan tertawa kencang dan mengejar Chita.














Next?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗕 𝗨 𝗧 𝗧 𝗘 𝗥 𝗙 𝗟 𝗬 ❥︎ ☾︎ ˡᵒᶜᵃˡᵃⁿ ᵏᵖᵒᵖ ☽︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang