prolog

166 50 68
                                    

Sid sadar akan satu hal ketika dia terbangun; dia tidak berada di kamarnya.

Kepalanya terasa amat pusing sampai-sampai dia merasa semua benda di sekitarnya melayang-layang. Sid menoleh ke sebelah kiri. Nolan. Cowok itu sedang tidur tanpa memakai atasan, bahkan mungkin tanpa memakai bawahan juga dibalik selimut yang menutupi setengah badannya. Sid meneliti wajah Nolan. Jika sedang tidur seperti ini, dia persis bayi.

Sedetik kemudian, Sid teringat kenapa dia bisa berada di kamar Nolan, kenapa Nolan tidak memakai atasan, dan kenapa dirinya sendiri tidak memakai atasan. Pipinya bersemu merah.

Terdengar erangan dari sebelah kiri. "Selamat pagi."

Sid menoleh lalu mencondongkan badannya ke kiri untuk mencium Nolan, sakit di kepalanya sudah tidak begitu berarti ketika dia melihat Nolan tersenyum senang dan menariknya ke dalam pelukan.

"Pagi," Sid membalas.

Nolan sepertinya tidur kembali, Sid bisa merasakan deru napas Nolan di tengkuknya. Itu membuat Sid bergidik geli. Posisi tangan Nolan memeluk tubuhnya, seperti guling atau apalah. Sid merasa senang-senang saja, tetapi dia harus kembali ke rumah sebelum ibunya sadar kalau dia tidak di rumah semalam.

"Nolan," panggilnya pelan. Nolan tidak menjawab.

Sid mencoba untuk memutar badan menghadap Nolan. "Hei, kita akan begini terus sampai siang atau apa?"

"Boleh," jawab Nolan dengan mata masih tertutup. Tangannya tidak melepas pelukannya untuk Sid.

Sid mengerucutkan bibir. Mengetahui pacarnya tidak segera bangun, Sid mencoba untuk berdiri dan melepaskan pelukan Nolan. Tidak berhasil. Sial, tangan atletis cowok itu benar-benar membuat Sid terkunci di dalamnya.

Dan, oh, apakah Sid sudah menyebutkan kalau Nolan adalah pacarnya?

"Aku harus pulang sebelum terlalu siang."

"Hm?" lagi-lagi, Nolan tidak menanggapinya dengan serius.

Sid melenguh pasrah. "Baiklah, aku akan menelepon Rakharo saja."

Detik itu pula, mata Nolan terbuka.

"Jangan. Oke, oke. Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang. Jangan telepon Rakharo." Nolan mengacak rambutnya. "Padahal aku masih ingin seperti ini."

Sid tersenyum geli melihat pacarnya segera bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap Sid. Sid tahu trik itu akan berhasil, karena Nolan selalu menolak jika Rakharo akan mengantar atau menjemputnya. Itu tugasnya, pikir Nolan.

Rakharo adalah sahabat Sid yang rumahnya terletak di samping rumah Sid sendiri. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Rakharo selalu membantu Sid kapanpun Sid membutuhkannya, bahkan ketika Sid tidak membutuhkannya. Rakharo memperlakukan Sid seperti adik kecil yang semuanya harus dibantu. Namun, Sid tidak masalah dengan sikap Rakharo yang begitu karena sejujurnya Rakharo membuat segalanya terasa lebih mudah. Sid senang Rakharo berada di dekatnya, tetapi semenjak Sid berpacaran dengan Nolan, Sid dan Rakharo jadi seperti berjarak.

"Ayo, kuantar kau pulang." Sid sudah siap dari tadi, dia sedang duduk di pinggiran kasur ketika Nolan muncul memakai pakaian lengkap, menyadarkan Sid dari lamunan panjangnya. Sid berdiri dan mengangguk.

Mereka menuruni anak tangga rumah Nolan dengan hati-hati. Banyak gelas dan piring sisa semalam menghiasi pandangan Sid sejauh dia melihat. Tidak ada satu orang pun yang tersisa, orang tua Nolan sedang berada di luar kota.

Berantakan sekali, pikir Sid.

Nolan mengadakan pesta untuk angkatan mereka di rumahnya semalam dalam rangka kemenangan sekolahnya atas pertandingan basket minggu lalu. Nolan sendiri merupakan salah satu atlet dari klub basket sekolahnya, membuat Nolan sangat dikenal sepenjuru sekolah. Wajah tampan, badan atletis, ramah kepada semua orang yang ditemuinya. Terkadang Sid merasa minder menjadi pacarnya.

Pesta berlangsung meriah, orang-orang setengah mabuk yang saling melontarkan lelucon, musik yang diputar keras-keras, atau sekadar mengobrol dengan para kenalan untuk menghilangkan bosan. Sampai akhirnya, Jason—salah satu teman Nolan—mencetuskan ide permainan konyol yang disebutnya botol berputar untuk memaksa orang-orang dalam lingkaran agar meminum alkohol setiap kali botol mengarah ke mereka. Sid sedang sial semalam karena botol itu terus-terusan mengarah kepadanya. Tidak ingin dianggap curang dan payah, Sid pun menerima tantangan dan berakhir di kasur Nolan.

Seperti membaca isi pikiran Sid, Nolan merangkulnya untuk segera berjalan ke luar rumah.

"Jangan khawatir, akan ada yang mengurus semua itu."

Sid mengangguk dan melingkarkan tangannya di badan Nolan.

———

BACK AGAIN WITH ME AFTER SUCH A LOOOOOOOOOOONG TIME.

first of all, how are you guys?

aku harap kalian semua sehat-sehat aja. maraknya covid-19 ini jadi masalah serius yang terjadi di sekitar kita. selalu jaga kebersihan! jangan lupa cuci tangan!

semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan kemudahan. aamiin.

last but not least, vomments, please?😖

see you!

Will, Won't (WAS SINCERE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang