Benci Realita

6 1 0
                                    

Mesin waktu masih menjadi alat nomor satu yang paling diinginkan manusia, salah satunya aku.

Sejak subuh tadi ribuan mahasiswa baru sudah bersiap dengan pakaian hitam putihnya, para senior dengan pakaian serba hitam bak malaikat maut dalam drama Goblin sudah menanti kami digerbang kampus.

Sejak SMP aku paling benci satu hal, Senioritas. Meski senioritas Fiera sekarang tak sekejam jaman dulu namun tetap saja hal itu memuakan.

"Buka tasnya!"
"Bawa makeup nggak?"
"Ini kenapa roknya pendek banget?"
"Pake lipstick ya!"

Yahh sejak aku berdiri mengantri selama kurang lebih 10 menit, hanya gertakan itu yang kudengar, tak ada yang lain semuanya membahas tentang makeup. Entah mengapa senior selalu membenci makeup para juniornya di moment ospek.

"Pake bedak?" Tanya pria dengan brewok didepan ku
"Tidak" tegasku, ia hanya mengangguk dan kemudian mempersilahkan aku masuk.

Hal ketiga yang aneh, mereka hanya menggertak mahasiswa yang masuk dalam golongan cantik dan ganteng.

***

Saat ini sudah jam 10 pagi, dan panas kota Cirebon mulai terasa. Para mahasiswi berusaha sebisa mungkin untuk menutupi wajahnya, sedang para mahasiswa sibuk menjadikan buku sebagai kipas dadakan.

Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!

Patut diapresiasi, laki-laki dengan rambut indah layaknya bintang iklan pentene itu tetap semangat meneriakan slogan tersebut, sejak subuh tadi.

"Panas ya? Hehehe" aku mencoba memulai percakapan dengan gadis di sebelahku

Ia tersenyum

"Iya nih hehehe"

"Dari fakultas mana?"

"FSIP prodi administrasi negara, kalau kamu?"

"Ekonomi, Akuntansi :)" kami mulai berbincang ringan, hingga tahu nama gadis yang memiliki lesung pipi di sebelah kanan itu bernama, Nada.

Namanya sama dengan salah satu karakter Nobel yang pernah kubaca Tentang Waktu karya Tyas Effendi.

"Perhatian semuanya!!! Presma akan segera masuk" aku dan Nada kembali fokus pada senior yang berbica didepan.

Presma?
Presiden Mahasiswa

"Weh ganteng gila"
"Duhh keren banget!"
"Katanya dia orang kaya lho"
"Gila kece bangeett"

Sudah kuduga hal ini pasti terjadi, saat sekolah dulu ketua OSIS selalu menjadi incaran dan sudah pasti punya banyak idola, mungkin semua ketua osis didunia ini seperti Goo Joon Pyo dalam drama Boys over flower

Hal tersebut juga berlaku untuk Presma kamus ku, yang kini ku ketahui namanya adalah, Gilang.

Ka Gilang mulai memberi sambutan yang intinya mengucapkan selamat datang untuk kami para mahasiswi baru.

"Keren yah!"

Aku menoleh pada Nada

"Ehmm.." balasku

Bisa dipastikan jika aku masuk kampus ini dua tahun lalu, tepat setelah aku lulus SMA maka hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah berkencan dengan si Presma.

Kutemukan satu kelebihan aku mogok dua tahun kuliah, aku jadi sedikit masuk akal bahwasannya, aku tidak akan pernah menjadi si pemain utama yang bisa berkencan dengan mahasiswa yang bisa dibilang sebagai mahasiswa no. 1 itu.

Jadi untuk kalian yang baru masuk kuliah, hal pertama yang tidak boleh terlintas adalah, Berkencan dengan Presma.

Ctrakk!

Aku langsung melihat sepatu ku, sial sepatuku jebol!

"Kenapa Ca?" Nada ikut memerhatikan sepatuku

"Sepatu jebol, lemnya copot" kenapa harus copot sekarang sih??

"Beli lagi aja yang baru" aku langsung menoleh pada Nada dan tersenyum miris padanya

Lagi jika aku duduk disini dua tahun lalu, maka hal yang dipikirkan Nada juga adalah giliran ku.

Namun, kini berbeda. Aku memilih untuk mencari cara memperbaiki sepatu ini, yang nyatanya bukan milik ku melainkan milik penghuni kamar kos 21.

***
Ospek hari pertama selesai, aku masih berdiri diam sembari memperhatikan sepatu. Jebolnya makin parah, kini selebar mulut buaya yang siap menyantap rusa.

Dengan berat hati aku berjalan seperti baru saja jatuh dari motor, well jarak kampus dengan kostan tidak terlalu jauh, hanya 500 meter.

Plop!!

Alas sepatuku lepas! Aku langsung merasa perhatian dunia tertuju padaku, aku merasa mereka menatapku

Aneh seorang mahasiswi sepatunya copot!
Kasian sekali ya..
Ngakak sepatunya copot njir

Aku berpikir itulah yang mereka pikirkan ketika melihatku berjalan, hanya mengenakan kaos kaki putih ku.

Rasanya sedih, bukan karena sepatuku copot. Aku.....

Ingat ayah..

Mahasiswi FermentasiWhere stories live. Discover now