three

1.2K 112 7
                                    

Pertemuan itu selesai hampir pukul sepuluh dan penuh drama karena Ibu Sasuke yang membujuk—memaksa Sasuke untuk menerima perjodohannya. Sebenarnya pun Sakura juga tidak mau dijodohkan, ia masih trauma karena pengkhianatan Gaara. Bagaimana jika Sakura kembali ditinggalkan dan dikhianati oleh Sasuke? Apalagi ia tidak pernah sekalipun mengenal Sasuke sebelumnya.

Setelah Sakura dan Sasuke akhirnya mengiyakan perjodohannya, kedua Ibu mereka berseorak senang, mengungkapkan suka cita mereka dengan saling berpelukan. Sementara ayah mereka tersenyum bangga dengan pilihan keputusan keduanya.

Pernikahan mereka terasa sangat mendadak, memang. Bagaimana bisa mereka baru saja merencanakan perjodohan dan pernikahan dilakukan sebulan kemudian. Sakura tidak habis pikir dengan pemikiran orang tuanya.

oOo

"Bu! Kenapa pernikahannya sangat cepat? Kenapa harus sebulan lagi?" Sasuke mengerang frustrasi ketika ketiganya sampai di rumah.

Ibunya menatap garang Sasuke, "Memangnya kenapa jika sebulan lagi? Lebih cepat lebih baik, Sasuke!" Ibunya berteriak.

"Aku belum siap! Aku mau dengan perjodohannya bukan berarti membuatnya cepat terjadi!"

"Ini sudah bulat, persiapan sudah mulai dilakukan dan jika kau mau menundanya kau bisa meletakan seluruh aset dari Ayah di meja kerja." Kini Ayahnya yang bersuara dan hal itu membuat Sasuke terdiam.

Sasuke kembali ke kamarnya dengan perasaan jengkel dan kesal. Ia membanting pintu kamarnya dan berteriak sekencangnya di dalam kamarnya. Kenapa di saat seperti ini ia bisa sangat lemah? Ia kesal sekali dengan dominasi ayahnya di hidupnya, ini hidupnya tapi kenapa ayahnya seolah menyetirnya dan tidak membiarkannya mengambil keputusannya sendiri?

"Apa tidak apa-apa memngancam Sasuke seperti itu?" Ibu Sasuke menatap sendu pintu bercat cokelat kamar putranya itu.

"Tidak. Ia harus berhenti bermain-main dengan hidupnya, Anata. Selama ini aku membiarkannya karena kupikir itu hanya pelampiasannya karena kelelahan bekerja, tapi ternyata aku salah." Ayahnya berkata keras. Sasuke keras kepala menurun darinya dan terkadang sang Ibu juga kebingungan bagaimana menghadapi keduanya jika sedang berselisih seperti ini.

Ibunya mengangguk, menuruti keputusan sang suami yang memang terbaik bagi Sasuke dan keluarganya. Sudah cukup waktu Sasuke untuk bermain-main dan sekarang adalah waktunya anak itu diberi tanggung jawab yang lebih besar.

oOo

Sakura kembali merenung di kamarnya. Apa ini memang jalan hidupnya? Kenapa terkesan hambar sekali kehidupan percintaannya? Dikhianati dan sekarang dijodohkan. Ia ingin menolak tapi ia tidak sanggup membantah orang tuanya. Ia takut menyesal di kemudian hari jika ia mengambil keputusan yang salah.

"Ya Tuhan... semoga aku tidak salah mengambil keputusan. Aku mohon." Sakura bergumam sambil menatap langit gelap yang tanpa bintang apapun malam ini.

Pernikahannya akan dilakukan sebulan lagi, ia bahkan tidak pernah berpikir akan menikah setelah tragedinya dengan Gaara tempo lalu.

Tring...

Sakura menoleh ke nakas samping ranjangnya, layar gawainya berkedip pelan, menunjukkan ada sebuah notifikasi pesan yang masuk di sana.

'Sakura... Besok aku ingin bertemu.'

Sakura mengernyit bingung. Siapa?

'siapa?' balasnya cepat. Ia cukup takut jika itu adalah Gaara. Mereka sudah selesai.

'Sasuke.'

Oh...

'Iya, tentu. Di mana?'

OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang