two

1.3K 126 6
                                    

"Kau tidak bisa begitu, Gaara!" Teriaknya penuh rasa kecewa. Air mata meluncur bebas dari kedua matanya yang berbinar indah ketika ia sedang bahagia itu.

"Kenapa aku tidak bisa? Ini hidupku dan aku berhak melakukan apapun di atasnya." Ujar Gaara menahan amarah.

"Ya, ini memang hidupmu, tapi kau melibatkanku dalam hidupmu. Aku kekasihmu, Gaara. Jika kau lupa." Ia mengerang frustrasi, mendapati kekasihnya yang tengah bercumbu panas di hadapannya sendiri.

Sakura, Haruno Sakura seharusnya lebih sadar ketika ia melihat kekasihnya kala mata mereka bertemu pandang untuk yang pertama kalinya. Mata yang memancarkan kehangatan nyatanya tidak selalu mencerminkan kepribadiannya sebagai sosok yang juga hangat. Ia memang baik, ia memang hangat, tapi itu semua hanya untuk menutupi kebejatan yang ada dalam dirinya. Bahkan saat peringatan dua tahun hari jadi mereka, ia masih bergumul panas dengan sosok yang kini entah di mana. Tidak peduli pada Sakura yang sejak tadi menahan diri untuk tidak memaki siapapun di depannya.

Sakura menyesal, sosok kekasih yang bahkan sampai sekarang masih ia percayai itu menorehkan luka yang teramat dalam dadanya.

"Berapa kali kau melakukannya?" Tanya Sakura mencoba bersabar, setidaknya jika ia melakukannya baru pertama kali ia akan mencoba memakluminya dan membesarkan hati untuk tetap bertahan bersama Gaara.

"Kenapa kau peduli?" Tantangnya. Nada suaranya kini menjadi lebih dingin, berbeda dengan nada-nada yang ia gunakan sebelumnya jika berbicara dengan gadis di depannya itu.

"Kutanya berapa kali kau MELAKUKANNYA?!" Sakura berteriak. Ia hanya butuh jawaban Gaara, bukan yang lain.

"Baiklah, jika kau memaksa."

Sakura menahan napasnya, menunggu Gaara melanjutkan perkataannya. "Aku melakukannya hampir setiap minggu, Minggu malam lebih tepatnya. Jadi bisa dibilang, setelah aku bersamamu, aku bersamanya." Gaara bangkit dari duduknya, tanpa peduli, selimut miliknya lolos karena pergerakannya.

"Siapa dia?" Sakura bertanya.

"Dia? Dia Mika. Dan aku menyukainya."

Sakura menggeleng, air matanya semakin banyak turun dan membuat seluruh wajahnya basah.

"Kau bohong." Sangkalnya.

"Tidak. Aku tidak bohong."

"Aku tidak percaya."

"Terserah kau mau percaya atau tidak." Gaara mengatakannya sambil mengenakan celananya.

"Asal kau tahu, Sakura. Kau gadis yang membosankan."

"Aku memang menyukai—bahkan aku mencintaimu hingga aku sadar kau gadis yang membosankan dan aku adalah pria yang dinamis." Kini Gaara telah mengenakan pakaiannya kembali dan berjalan keluar dari kamarnya.

Wanita yang hampir di setubuhi Gaara sudah hilang entah kemana, Sakura tidak peduli yang jelas ketika ia masuk dan menangkap basah keduanya, si wanita langsung kaur dan Sakura tidak mampu bergerak seincipun dari tempatnya.

Ia menyusul Gaara keluar kemudian, menatap penuh kecewa kepada pria yang menjadi kekasihnya—atau mantan kekasihnya itu.

"Aku mulai bosan padamu, ketika aku mengajakmu untuk making love, kau menolaknya dengan alasan kita belum menikah." Gaara kembali bersuara, nadanya sangat meremehkan Sakura.

"Aku tahu kita belum menikah, lalu apa masalahnya? Kau terlalu kuno untuk seorang gadis abad 21, Sakura."

"Kita melakukan apapun yang dilakukan pasangan yang lainnya. Berciuman, bergandengan tangan—"

"Tapi tidak dengan bercinta, Sakura! Aku menginginkan itu, di saat semua teman-temanku menceritakan aktivitas seksual mereka bersama kekasihnya aku hanya bisa diam tanpa bisa mengatakan apapun!" Ucapan Sakura disela begitu saja.

OrdinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang