Choices.

55 4 0
                                    



Namanya Andira. Andira Putri. Gadis dengan sejuta pesona. Yang selalu membuat sekeliling nya bahagia. Sosok sempurna yang ingin dijelma sejuta umat. Seberuntung itu kehidupan sang putri.

"KAAAAK!!! KAAAKAAAAK!!!" teriak Andira mencari kakak nya.

"Kenapa adek kesayangan nya kakak, uhm?" tanya sang kakak menghampiri Andira.

Kenalkan. Asya. Kakak tersayang nya Andira. Versi kakak terbaik untuk Andira.

"Aku mau pergi latihan."

"Basket?" tanya Asya memastikan.

"Wah kakak amnesia deh keknya. Iyalah basket. Masa Andira latihan nari," jawab Andira dengan kekehan pelan nya.

Tatapan sang kakak berubah menjadi sendu. Andira menyadari itu.

"Kenapa, kak?"

"Hah?" sang Kakak tersadar dan tersenyum menenangkan. "Kakak cuma kangen kamu. Kakak baru balik dari Dubai terus masa ditinggal pergi sama kamu?

Andira tertawa merdu. Dan Asya bersumpah akan menjaga tawa itu. Apapun caranya. Bagaimana pun jalannya.

"Jadi aku ga boleh latihan nih?" tanya Andira bergurau

"Emang kalo kakak larang, kamu mau nurut?" balas Asya sambil mengusap rambut adiknya pelan.

Andira kembali tertawa dan menggeleng. "Aku ada tanding final lomba ku yg kmrn bentar lagi. Jdi harus latihan."

"Alasan kamu itu terus. Yaudah sana pergi. Cepet pulang abis latihan jangan keluyuran."

Andira mengangguk patuh. "Dah, Andira pergi dulu. Jangan lupa kangen!" mencium pipi Asya sekilas dan berlari menuju garasi mobil nya.

Asya tersenyum. Antara rela tak rela melepas adik kesayangan nya keluar. Karena Asya tau, 1 langkah Andira melangkah untuk mengejar impian nya menjadi pebasket. Ada 1 harga yang harus di pertaruhkan.

•••

Malam kembali menyapa penghuni bumi.

"Kak, adek belum pulang?" tanya sang Bunda saat Asya memasuki ruang makan.

"Terakhir aku line tadi katanya dia makan malem di luar," jawab Asya sembari duduk bersiap menyantap makan malam.

"Adek kamu tu sibuk banget sekarang. Makan malem di rumah aja bisa di itung jari," ujar sang Ayah.

"Lagi masa masa nya, Yah. Yang penting dia masih bertanggung jawab sama amanah yg kita kasih," ujar Bunda menenangkan.
•••

"Perasaan gue aja atau emang keringet lo lebih banyak dr biasanya?" tanya Acel
—teman seklub basket Andira

"Lagi panas kali," jawab Andira cuek sambil mengelap keringat nya yang memang lebih banyak drpda biasanya

Tangan Acel sukses menjitak Andira. "Kita latihan malem gini, goblok. Lagian ini bukan pertama kali nya lo keringetan segini banget."

Andira hanya membalas dengan cengiran khas nya.

"Kalo capek jangan dipaksa. Lo baru keluar dari rs malah langsung latihan," sahut Ila yang mendengar percakapan mereka

"Gue baik baik aja kali, lebay lo pada. Yuk cabut. Laper," sanggah Andira dengan senyuman meyakinkan

Gue bohong. Maaf.

Acel terdiam melihat respon Andira. Mencoba tersenyum dan menepis segala prasangka buruk yang ada di pikiran nya. "Yaudah yuk."

•••

Other Side.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang