Bagian 3

11 4 0
                                    

Dinginnya udara pagi hari mau tak mau membuat Adelline terbangun. Melihat teman-temannya masih tertidur sangat lelap membuat Adelline menggelengkan kepalanya.

Setelah itu, Adelline keluar dari tenda dan memakai jaket tebalnya. Adelline mengusap dan meniup tangannya untuk membuat tangannya kembali hangat.

"Adelline."

"Adelline."

"Siapa?"

"Adelline, lo ngomong sama siapa?" May keluar mengenakan jaket tebal berwarna pink muda.

"Gatau nih, May. Tadi gue ngerasa ada yang manggil nama gue."

May yang mendengar itu hanya mengangkat bahu, cenderung tidak peduli. Sedetik kemudian, suara peluit menggema keras---tanda bahwa sudah waktunya bersiap dan berkumpul. Reflek, semua murid yang mendengarnya terjungkat bangun.

Ketua regu bergegas lari ke lapangan utama, ini sudah salah satu peraturan; dimana lima regu pertama yang datang lebih dulu maka akan diberi point dan itu di wakilkan oleh Ketua regu.

May yang kebetulan Ketua regu pun berlari cepat. Nafasnya terengah saat tiba di lapangan. "Aduh, aduh, capek gue,"

"Oke, acara pagi ini adalah olahraga pagi. Tapi, khusus untuk ketua regu silahkan korpe dan mencari kayu bakar untuk jadi bahan bakar memasak. Sebelum itu, ketua regu harap absen anggota dan lapor." Jelas pembimbing begitu semua regu telah lengkap.

Lantas dengan cepat May menghitung teman-nya. Ia mengkerut taktakala merasa ada yang kurang. Temannya yang baru saja ia temui! "Si Adel mana?" Tanya May.

"Nggak tahu tuh, gak liat dia bangun duluan tadi."

Jawaban itu lantas membuat May gelisah dan panik. Adelline, gadis itu pasti selalu menghilang. Pikirnya.

"Scarlett, bantuin gue ya. Ini si Adelline hilang. Kasih tau pembimbing gue mau nyari dulu gitu."

Belum sempat Scarlett menjawab, May sudah melesat pergi. Ia pergi kepada tempat awal; wilayah perkemahan. "Del! Adel!" Teriaknya.

Mencoba untuk mencari Adel di tenda, namun hasilnya nihil. May semakin panik, walau dalam hatinya juga terbesit rasa kesal pada Adel yang sering menghilang entah kemana.

"Apa jangan-jangan dia nyasar ya di hutan?"

May segera bergegas pergi memasuki hutan, tak lupa mengambil beberapa ranting kecil untuk bahan bakar nanti. "Duh, si Adel mana ya?"

Kakinya terus berjalan, menapaki tanah yang licin dan beberapa semak yang menggangu. "Yaelah, ini mah gue yang nyasar entarnya."

"Del!Adel!"  Ia berteriak lantang untuk kesekian kalinya, mata-nya ia pasang lekat-lekat.

'BRUK'

Seseorang menubruk May hingga tersungkur ketanah. "Eh, May?!"

May yang jatuh itu langsung bangkit, dengan sedikit mengaduh. Mengetahui suara yang memanggilnya histeris seperti itu membuat May sedikit lega, sedikit. Setidaknya, seseorang yang ia cari sudah ada menghampiri dirinya.

"Lo darimana 'sih, Del? Nyebelin banget. Udah ngilang, ngerepotin, nubruk lagi." Keluh May kesal, wajahnya ia pasang seseram mungkin agar Adel menyesal.

Adel yang mendengar itu hanya menyengir polos, bertingkah laku seakan tidak terjadi apa-apa. "Hehe. Ngiseng aja May."

Jawaban itu sontak mendapatkan satu jitakan mendarat tepat di kening Adel. "Udah yuk, ah, pulang!" Katanya setelah melirik arloji miliknya.

Adelline yang mengekor dalam diam, jauh dalam pikirannya ia memikirkan sang Nenek. Alasan mengapa ia pergi jauh-jauh kedalam hutan. Jelas sekali, bahwa sang Nenek yang memanggilnya dari hutan. Awalnya, ia mengira Nenek membutuhkan pertolongan, hingga ia nekat masuk kedalam hutan. Namun, perasaannya itu seketika runtuh setelah mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut si Nenek.

"Arlet! Menjauh, hilang dan kembali." Katanya berulang-ulang.

*****

Jangan lupa vote dan komen ok!
Selamat menjalankan ibadah puasa

Stories At In Dream [SAID]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang