Prologue

56 2 1
                                    

Akhir pekan.

Tak ada tugas tersisa ataupun jam kuliah berlebih. Hanya ada ruang apartemen kosong dan waktu luang yang akan berlalu seperti biasanya. Yah, 'seperti biasanya' dalam artian bangun agak siang—sampai sore kalau bisa, lalu beralih membersihkan diri dan mengisi perut dengan makanan yang ada. Kemudian dilanjutkan membersihkan seantero ruangan yang mendadak lebih mirip sebuah kota yang porak poranda akibat bom nuklir—wow, tolong, salahkan kertas-kertas sisa skripsi gagal serta buku-buku tebal dan bekas snack yang berhamburan.

Well.

Bukan salah benda-benda mati itu, memang. Lebih tepatnya, salahkan dosen tak berperikemanusiaan dan tugas darinya yang dalam sehari bisa menyaingi banyaknya pembelahan bakteri dalam tiga jam.

Selesai dengan hal menguras energi fisik maupun psikis itu—Oh! Rasanya perutku mendadak mual layaknya habis menaiki roaller coaster lima belas ronde ketika melihat ulang apapun yang tercetak di kertas-kertas itu—mungkin aku akan kembali menghuni bathtub dan memborong—lagi isi kulkas untuk teman duduk di kursi malas dengan layar TV yang menampilkan acara random atau memutar video game dan bermain solo hingga larut.

Yap, rutinitas harian sejak SMP ketika tak ada kerjaan. Tapi, sepertinya kali ini Tuhan sedang ingin berbaik hati padaku.

Karena besok, hari yang kupikir akan berjalan seperti 'biasa', malah berbalik sepenuhnya.

DONUM [Gift!]Where stories live. Discover now