Istana?
Kuda?
Kereta kencana?
Sepatu kaca?
Tikus tikus?
Gaun?
Pesta?
Ibu tiri?
Raja?
Ibu peri?
Sihir?
Hahhh....
Cinderella?
Aku?
Bukan!
Pangeran?
Ahahahaha...Sulit untuk aku bayangkan.
Aku?
Yah, aku!
Aku bernafas bukan dinegri dongeng.
Namaku Melisa. Aku sangat menyukai cerita dongeng, bahkan apa yang ada dalam kehidupanku sekarang amat lah persis dengan cerita dongeng dimasa kecil. Saat aku temukan pangeranku disudut pagar rumahku, di situlah cerita ku dimulai.
Pangeran itu mencariku, tapi ibu tiriku tidak menginzinkan pertemuan itu. Yah itu tiriku, dan kisah kekejaman itu tlah dimulai.
***
Saat pagi menebar awan, ibu kandungku mulai mual dan mudah saat ia telah meminum ramuan dari tanteku yang sekarang menjadi ibu tiriku. Aku rasa kematian ibuku ada hubungannya dengan minuman yang tanteku kasih, tapi sayang tak ada satupun yang percaya padaku, kebenaran itu tersimpan dalam hatiku sampai saat ini.
Ibu tiriku amat jahat padaku saat ayah tak ada. Dengan kekejamannya ia siksa diriku, menyuruhku bagaikan budak tanpa bayaran. Saat ayahku pergu berbulan bulan, ia memjndahkan kamarku menjadi kamar seorang pembantu yang dipenuhi sarang laba laba. Ia menyuruhku untuk tidur bersama tikus tikus yang bersembunyi.
Aku mencoba berteman baik bersama tikus tikus itu, tapi apa yang kudapat? Ia malah menggigit jemariku kala aku mengulurkan tangan ingin menyapanya.
Saat itu aku benar benar yakin bahwa ternyata aku bukan seorang putri negri dongeng yang dapat berbicara dengan hewan.
Aku menahan tangisan saat luka gigitan tikus semakin perih. Saat itulah aku dengar pangeran memanggil namaku, tapi tak bisa. Aku tak bisa menjawab panggilannya karena ramuan ibu tiriku membuat aku membisu dan akhirnya aku kehilangan pangeranku lagi.
Berbulan bulan berlangsung ayahku kembali dan ibu tiriku masih menyembunyikanku didalam gudang yang dipenuhi sarang laba laba ini. Saat ayah menanyakan diriku, ibu tiriku berbohong lagi ia berkata, "MELISA PERGI KELUAR NEGRI KARENA TAKUT AKAN DILAPORKAN MENCOBA MEMBUNUH IBU TIRINYA!"
Kejam! Mulutnya benar benar kejam! Mulutnya seprti pedang yang diasah tajam.
Dan malam itupun terjadi, ia membunuh ayahku dengan cara seperti ia membunuh ibuku agar ia bisa menguasai harta yang ayahku punya.
Tuhan, apa yang kau rencanakan dengan takdirku? Akan kah ada cahaya setelah ini?
Namun ternyata tidak, ia menikahkan anaknya dengan pangeranku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN NEGRI DONGENG
Short StoryKisah ini kisah yang tak beratur. Kadang menyenangkan, kadang menyedihkan, tapi memang seprti ini adanya, seperti ini takdirnya walaupun terkadang takdir ini takdir yang tak pernah tepat untuk kita tapi memang seperti ini jadinya karena kita, tidak...