Kim Mingyu akan selalu mempercayai takdir yang telah digariskan walapun sang bunga kehidupan menancapkan duri untuk melukainya, walaupun permatanya dapat membutakan mana yang benar, atau walaupun koin keberuntungannya mendatangkan banyak bencana.
Ia...
"Some people smoke, others drink, others fall in love, each one dies from a different way."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
・゚・。V E N D E T T A 。・゚・
Guillotine di tangan kiri seorang Kim Mingyu selalu bekerja sesuai yang ia inginkan dalam memotong cerutu tanpa membuat pembungkusnya robek atau penutupnya lepas dari tempat seharusnya. Pemantik Zippo dinyalakan, bagian kaki dari cerutunya diputar dalam api yang menyala sampai bara oranye terlihat jelas.
Bibirnya lantas mengapit kepala cerutu dengan perlahan, matanya terpejam sesaat setelah rasa tembakau yang kuat memenuhi mulutnya. Tiga puluh detik tertahan, asap yang terkumpul dimulut lantas dikeluarkan tanpa ia bawa masuk ke tenggorokan. Mingyu menyeringai, cerutu selalu menyimpan kenangan akan mertuanya— Jeon Hae In.
Empat bulan lalu Mingyu ingat saat bagaimana pria paruh baya itu datang ke kediamannya setelah upacara pernikahan Mingyu dengan putra keduanya. Beserta senyum yang tercetak, pria itu memberikan sebuah humidor platina yang di dalamnya berisi satu set bermacam tipe cerutu Kuba berkualitas paling mahal pada Mingyu sebagai simbol hadiah pernikahan.
Jeon Hae In adalah pria yang baik hati, namun rasanya ia akan selalu kalah telak jika harus berdebat dengan putra keduanya mengenai humidor sebagai hadiah untuk Mingyu yang pada saat itu bukanlah perokok. Kilas balik di benaknya jelas memperlihatkan kembali bagaimana Wonwoo—putra kedua Hae In sekaligus pengantinnya—membuang humidor platina itu ke tempat sampah untuk mengakhiri perdebatan dengan ayahnya sendiri.
Keluarga Jeon memang tidak pernah ada masalah dengan segala yang berkaitan dengan harta. Mereka bisa membuang dan mendapatkannya lagi dengan cara instan melihat bisnis Keluarga Jeon selalu tumbuh dengan cepat sesaat setelah pertama kali dirintis. Keluarga tersohor itu punya rahasia tersendiri dalam mengelola suatu bisnis sehingga mereka selalu menjadi penguasa pangsa pasar industri; khusunya dalam bidang alat-alat berat dan manufaktur.
Maka dari itu, rasanya tidak heran kalau Hae In hanya mengangkat bahunya dan tertawa lepas saat melihat tingkah laku putra keduanya yang protektif pada Mingyu. Sebuah humidor platina beserta cerutu termahal dari Kuba di dalamnya hanya bagian kecil dari harta mereka, membuangnya bukan masalah besar.
Mingyu memutar cerutu dalam apitan kedua jari, matanya tak lepas dari bara oranye yang menyala. Benaknya memperlihatkan kilas balik lebih jauh pada pertemuan pertama Mingyu dengan Hae In. Tepat tujuh tahun yang lalu.
Pertemuan mereka terjadi secara kebetulan di rumah sakit saat dirinya menemani Wonwoo yang terbaring lemas di kasur ruang rawat inap karena tukak lambung kronis yang dideritanya. Memorinya berputar saat bagaimana Hae In memberinya sebuah ponsel keluaran terbaru sebagai ucapan terima kasih telah menjadi teman baik anaknya yang anti sosial di SMU.
Kedekatan mereka berlanjut sampai Mingyu dan Wonwoo lulus SMU dengan Hae In yang pertama kali memulai sebuah percakapan kecil diantara mereka berdua. Pria paruh baya itu meminta nomor ponsel Mingyu sebagai langkah awal untuk mengawasi putranya yang memutuskan untuk keluar dari mansion mewah Keluarga Jeon guna tinggal satu atap apartemen dengan Mingyu karena mereka masuk universitas yang sama di Seoul.