2. Disappointment

107 25 24
                                    


“Cinta bertepuk sebelah tangan memang sangat rentan, dengan apa yang dinamakan kekecewaan. Aku tau itu. Dan aku sadar. Tapi masalahnya adalah, aku yang belum menyiapkan diriku terlalu dalam untuk menerima kekecewaan ini..”

.
.
.

“Ini rumah siapa, Gi?” bisik Kinan saat mereka turun dari mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ini rumah siapa, Gi?” bisik Kinan saat mereka turun dari mobil. Kinan berjalan mengikuti Egi yang sedang menggendong Misha, anak Kak Lusi dipinggangnya.

“Rumah Om, aku. Ayo masuk..” Egi meraih tangan Kinan dengan sebelah tangannya yang bebas untuk ia genggam. Mereka berdua berjalan masuk.

“Ki, bentar ya. Aku kasih Misha ke Mama dulu. Dia tidur nih..” pamitnya sebelum pergi  meninggalkan Kinan di ruang tamu rumah itu seorang diri. Sementara keluarga Egi, masih menjenguk Paman Egi yang berada dikamarnya.

Gadis itu menghela. Jujur, saat ini dia merasa gugup. Ada banyak hal yang ada di kepalanya. Tentang apa yang harus dia lakukan, bagaimana dia harus bersikap, dan apa yang akan dia bicarakan dengan keluarga Egi nanti. Pertemuan itu terasa begitu canggung untuk Kinan. Dan dia sangat berharap jika Egi bisa membantunya nanti.

“Ah, capeknya..” keluh Egi yang baru kembali dari dalam. Ia duduk disamping Kinan, bersandar pada sofa cream itu sambil menatap langit-langit diatasnya. “Perjalanannya bikin pegel..” imbuh Egi yang kini mengalihkan pandangannya pada Kinan yang jauh lebih banyak diam.

“Ki, kamu kenapa?” tanyanya.

“Aku gugup..”

“Hahaha.. Gugup? Gugup kenapa?”

“Takut Egi! Gimana kalau orang tua kamu nggak suka aku?” Kinan mengerucutkan bibirnya, tampak begitu ragu.

“Mana ada. Justru Mama yang minta aku ajak kamu kesini.” Egi mengacak rambut Kinan gemas. Ia tersenyum teduh yang membuat wajahnya terlihat semakin tampan.

“Serius? Mama kamu yang minta?”

Egi mengangguk.

“Emang Mama bilang gimana?”

“Semalem Mama minta aku telpon kamu. Buat tanya apa kamu bisa ikut ke Bandung hari ini? Mama bilang pengen ajak kamu. Ya, mungkin Mama udah anggep kamu anaknya..” Egi menghardikkan bahunya ringan. Sementara hal itu benar-benar membuat Kinan mengukir senyum lebar di bibirnya.

“Cie, senyum..” goda Egi sambil mencubit pipi Kinan.

“Ya kan bahagia, Gi. Berasa direstuin gitu..” Kinan tak berhenti tersenyum.

“Jelas lah. Kan emang kamu calon istri aku..” Egi berbaring di pangkuan Kinan saat mengatakannya. Kepala pria itu sudah mendarat mulus tanpa ragu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The PerfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang