Alora terbangun dari tidurnya dikarenakan dering alarm yang menunjukkan pukul setengah enam pagi. Mengetahui dirinya telah kesiangan, Alora langsung beranjak dari tempat tidurnya dan mulai bersiap untuk untuk pergi ke sekolah. Setelahnya, Alora langsung pergi ke lantai bawah untuk menyapa papa dan mamanya sebelum ia pergi ke sekolah.
" Tidak sarapan terlebih dahulu, Alora?" tanya Alena, mamanya Alora yang sedang membakar roti dengan selai kacang
" Alora sudah telat, ma." Kata Alora sembari memakai sepatu sekolahnya
" Ya sudah, ini bekalnya jangan lupa dibawa!" Kata Alena lalu memasukkan kotak bekal ke dalam tas Alora
" Terima kasih, ma!" seru Alora lalu masuk ke dalam mobil membuat Alena dan Sean yang melihat kelakuannya hanya bisa menggelengkan kepala
Namanya adalah Alora Maudya Maheswari. Anak kedua dari pasangan Alena Adiputri dan Sean Maheswari yang kini berubah status menjadi anak tunggal. Awalnya, Alora memiliki seorang kakak laki-laki bernama Leonardo Jean Maheswari. Namun kakaknya sudah meninggal dunia sejak ia masih menduduki bangku SMP karena mengalami kecelakaan maut saat hendak menuju ke kampusnya.
Kini, Alora melanjutkan pendidikannya di sebuah lembaga pendidikan bernama SMA Tunas Kelapa. Niat awalnya, ia tidak ingin melanjutkan pendidikannya di sebuah lembaga pendidikan teteapi ia dipaksa untuk masuk ke SMA Tunas Kelapa karena diajak oleh Sari, anak dari asisten pribadinya sekaligus teman Alora sedari kecil untuk satu sekolah bareng. Namun sayang, Sari tidak lolos tes pendaftaran sehingga membuat Sari harus bersekolah di Banten, kampung halamannya dan meninggalkan Alora sendirian di Jakarta.
Tiga puluh menit kemudian, Alora sampai di sekolahnya. Ia bergegas menuju lapangan, tempat pembukaan masa orientasi siswa baru dilaksanakan. Untung saja, gerbang sekolah belum ditutup sehingga ia masih bisa masuk dan berkumpul di lapangan. Alora memilih untuk berbaris di barisan belakang supaya tidak terkena sinar matahari. Acara pun dimulai dengan sambutan kepala sekolah mereka bernama Fahri.
" Selamat pagi semuanya! Selamat datang di SMA Tunas Kelapa! Di pagi hari ini, kalian semua akan mengikuti beberapa rangkaian masa orientasi siswa yang akan dilaksanakan sampai pukul dua belas nanti. Dan ingat, jangan lupa untuk berkenalan dan berinteraksi dengan siswa siswi tanpa memandang latar belakang mereka, paham semua?"
" Paham, pak!" seru seluruh murid dengan serempak
Setelah menyampaikan sambutan, Fahri langsung menyuruh seluruh siswa baru untuk menuju ke aula sekolah untuk mengikuti rangkaian masa orientasi.
Waktu istirahat tiba, semua peserta didik baru dibubarkan dari aula. Mereka diperbolehkan istirahat untuk mempersiapkan diri mereka di acara selanjutnya. Alora memilih untuk duduk di sebuah ayunan yang berada di taman belakang sekolah. Ia membuka kotak bekalnya dan menikmati bekal yang telah disiapkan sang mama.
Saat sedang menikmati makanannya, Alora melihat sebuah pesawat yang terbuat dari kertas jatuh tepat di bawah kakinya. Ia menaruh kotak bekalnya di sebelahnya lalu mengambil kertas itu dan membukanya.
" Simon berkata, kamu harus melawan rasa trauma kamu terhadap pertemanan dan menjalin pertemanan yang baru."
Alora menghembuskan nafasnya setelah membaca pesan itu. Ia menyimpan kertas itu di kantung seragam sekolahnya dan melanjutkan aktifitas makannya yang tertunda. Ini bukan pertama kalinya, Alora mendapat pesan misterius bertuliskan kata Simon. Alora sudah mendapatkan pesan itu saat ia duduk di bangku SMP. Awalnya, Alora merasa terganggu dengan pesan misterius itu yang selalu menghantuinya setiap saat. Tapi kini, ia sudah mulai terbisasa dengan kehadiran pesan misterius itu.Malam harinya, selesai makan malam bersama kedua orang tuanya, Alora merebahkan dirinya di kasur. Ia membuka kembali kertas yang berisi pesan misterius yang ia temukan tadi pagi di taman sekolahnya.
"Melawan rasa trauma untuk menjalin pertemanan baru? Memangnya bisa?" tanya Alora lalu menatap langit-langit kamar tidurnya yang bernuansa putih
Memori tentang perundungan yang Alora dapatkan saat masih duduk di bangku SMP terputar kembali di kepalanya. Bagaimana teman-temannya memperlakukan dirinya dengan buruk membuat Alora trauma akan pertemanan. Alora menepuk pipnya untuk menghapus kenangan buruk itu. Ia menghembuskan nafasnya lalu meyakinkan dirinya untuk memulai pertemanan yang baru.
" Baiklah aku akan mencobanya. Lagipula tidak enak rasanya jikalau harus sendirian setiap hari." kata Alora lalu menyimpan kertas itu di laci meja belajarnya yang berada di samping tempat tidurnya
Alora terbangun dari tidurnya dikarenakan dering alarm yang menunjukkan pukul setengah enam pagi. Mengetahui dirinya telah kesiangan, Alora langsung beranjak dari tempat tidurnya dan mulai bersiap untuk untuk pergi ke sekolah. Setelahnya, Alora langsung pergi ke lantai bawah untuk menyapa papa dan mamanya sebelum ia pergi ke sekolah.
" Tidak sarapan terlebih dahulu, Alora?" tanya Alena, mamanya Alora yang sedang membakar roti dengan selai kacang
" Alora sudah telat, ma." Kata Alora sembari memakai sepatu sekolahnya
" Ya sudah, ini bekalnya jangan lupa dibawa!" Kata Alena lalu memasukkan kotak bekal ke dalam tas Alora
" Terima kasih, ma!" seru Alora lalu masuk ke dalam mobil membuat Alena dan Sean yang melihatna hanya menggelengkan kepalang
Namanya adalah Alora Maudya Maheswari. Anak kedua dari pasangan Alena Adiputri dan Sean Maheswari yang kini berubah status menjadi anak tunggal. Awalnya, Alora memiliki seorang kakak laki-laki bernama Leonardo Jean Maheswari. Namun kakaknya sudah meninggal dunia sejak ia masih menduduki bangku SMP karena mengalami kecelakaan maut saat hendak menuju ke kampusnya.
Kini, Alora melanjutkan pendidikannya di sebuah lembaga pendidikan bernama SMA Tunas Kelapa. Niat awalnya, ia tidak ingin melanjutkan pendidikannya di sebuah lembaga pendidikan teteapi ia dipaksa untuk masuk ke SMA Tunas Kelapa karena diajak oleh Sari, anak dari asisten pribadinya sekaligus teman Alora sedari kecil untuk satu sekolah bareng. Namun sayang, Sari tidak lolos tes pendaftaran sehingga membuat Sari harus bersekolah di Banten, kampung halamannya dan meninggalkan Alora sendirian di Jakarta.
Tiga puluh menit kemudian, Alora sampai di sekolahnya. Ia bergegas menuju lapangan, tempat pembukaan masa orientasi siswa baru dilaksanakan. Alora memilih untuk berbaris di barisan belakang supaya tidak terkena sinar matahari. Acara pun dimulai dengan sambutan kepala sekolah mereka bernama Fahri.
" Selamat pagi semuanya! Selamat datang di SMA Tunas Kelapa! Di pagi hari ini, kalian semua akan mengikuti beberapa rangkaian masa orientasi siswa yang akan dilaksanakan sampai pukul dua belas nanti. Dan ingat, jangan lupa untuk berkenalan dan berinteraksi dengan siswa siswi tanpa memandang latar belakang mereka, paham semua?"
" Paham, pak!" seru seluruh murid dengan serempak
Setelah menyampaikan sambutan, Fahri langsung menyuruh seluruh siswa baru untuk menuju ke aula sekolah untuk mengikuti rangkaian masa orientasi.
Waktu istirahat tiba, semua peserta didik baru dibubarkan dari aula. Mereka diperbolehkan istirahat untuk mempersiapkan diri mereka di acara selanjutnya. Alora memilih untuk duduk di sebuah ayunan yang berada di taman belakang sekolah. Ia membuka kotak bekalnya dan menikmati bekal yang telah disiapkan sang mama.
Saat sedang menikmati makanannya, Alora melihat sebuah pesawat yang terbuat dari kertas terbang melewatinya. Ia menaruh kotak bekalnya di sebelahnya lalu mengambil kertas itu dan membukanya.
" Simon berkata, kamu harus melawan rasa trauma kamu terhadap pertemanan dan menjalin pertemanan yang baru."
Alora menghembuskan nafasnya setelah membaca pesan itu. Ia menyimpan kertas itu di kantung seragam sekolahnya dan melanjutkan aktifitas makannya yang tertunda. Ini bukan pertama kalinya, Alora mendapat pesan misterius bertuliskan kata Simon. Alora sudah mendapatkan pesan itu saat ia duduk di bangku SMP. Awalnya, Alora merasa terganggu dengan pesan misterius itu yang selalu menghantuinya setiap saat. Tapi kini, ia sudah mulai terbisasa dengan kehadiran pesan misterius itu.
Malam harinya, selesai makan malam, Alora merebahkan dirinya di kasur. Ia membuka kembali kertas yang berisi pesan misterius yang ia temukan tadi pagi di taman.
"Melawan rasa trauma untuk menjalin pertemanan baru? Memangnya bisa?" tanya Alora lalu menatap langit-langit kamar tidurnya yang bernuansa putih
Memori tentang perundungan yang Alora dapatkan saat masih duduk di bangku SMP terputar kembali di kepalanya. Bagaimana teman-teman memperlakukan dirinya dengan buruk membuat Alora trauma akan pertemanan. Alora menepuk pipnya untuk menghapus kenangan buruk itu. Ia menghembuskan nafasnya lalu meyakinkan dirinya untuk memulai pertemanan yang baru.
" Baiklah aku akan mencobanya. Lagipula tidak enak rasanya jikalau harus sendirian setiap hari." kata Alora lalu menyimpan kertas itu di laci meja belajarnya yang berada di samping tempat tidurnya
Keesokan harinya, saat jam istirahat tiba, Alora menncoba untuk mendekati dirinya kepada salah satu perempuan yang sedang menyendiri di taman untuk membuat pertemanan yang baru.
" Permisi, bolehkah aku makan bersamamu di sini?" tanya Alora kepada gadis yang sedang menikmati bekalnya
" Tidak boleh ya? T-tidak masalah aku akan-" kata Alora lalu melangkah pergi
" Duduk!" seru gadis itu sambil menahan tangan Alora supaya Alora mengurungkan niatnya untuk pergi
Gadis itu menggeserkan tubuhnya untuk memberikan tempat untuk Alora duduk. Alora duduk di sebelah gadis itu. Ia menghembuskan nafasnya untuk menghilangkan rasa takut yang menyerang dirinya.
" Perkenalkan nama aku Alora, Alora Maudya." kata Alora memperkenalkan dirinya kepada perempuan itu sambil mengulurkan tangannya.
" Claudya, Claudya Putri." kata perempuan itu lalu membalas jabatan tangan Alora
" Sendirian saja?" tanya Claudya kepada Alora yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Alora
" Ya. Aku belum memiliki teman sedari kemarin."
" Mau jadi temanku?"
" Bolehkah?" tanya Alora kepada Claudya dengan hati-hati
" Tentu!" seru Claudya sambil mengembangkan senyumannya kepada Alora
Alora menganggukkan kepalanya sembari tersenyum senang. Ia tidak menyangka Claudya akan menerimanya dengan senang hati menjadi seorang teman. Alora berharap pengirim pesan itu bisa melihatnya berhasil memiliki teman saat ini. Alora tidak bisa menahan senyumannya sepanjang hari mengetahui dirinya telah berhasil menyelesaikan tantangan dari seseorang yang mengirimnya pesan secara misterius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Simon (Terbit)
RomanceSimon Berkata (Simon Says) adalah permainan yang menyenangkan dan melatih pendengaran Anda. Permainan ini sangat sederhana, tetapi cukup menantang, terutama jika dimainkan bersama banyak orang. Berbeda dengan yang lainnya, seorang gadis bernama Alor...