-9-

38 19 0
                                    

Jam istirahat tiba, Claudya mengajak Alora untuk membeli makanan di kantin lalu pergi ke kelas Awan.
“ Selamat pagi kak Awan!”
“ Masih pagi sudah samperin pacarnya saja!” seru salah satu temannya yang bernama Dino
“ Aku bukan pacar kak Awan tahu!” seru Claudya
“ Bilang saja iya! Tidak usah membuat alasan, Clau! Semua orang juga tahu kalau kalian berdua itu pacaran!” seru Dino yang langsung disuapin sepotong roti oleh Awan lalu menghampiri Alora yang berdiri di sebelah Claudya
“ Baru saja mau aku ajak ke kantin.” kata Awan lalu mencubit pipi gembul miik gadisnya
“ Kenapa tidak sekalian saja pacaran satu RT, Wan?"
“ Buat kakak.” kata Alora lalu memberikan sebungkus siomay kepada Awan
“ Terima kasih sayang. Duduk yuk? Tidak usah dengerin perkataan orang aneh itu!” seru Awan lalu mengajak Alora untuk duduk di sebelahnya
Alora menuruti perkataan Awan untuk duduk di sebelahnya lalu disusul oleh Claudya yang langsung duduk di samping Alora. Alora sudah menduga apa yang terjadi berikutnya jikalau Claudya dan Awan berkumpul. Yap, mengobrol bersama dan hal itu membuat hati Alora terbakar api cemburu.
Sepulang sekolah, Awan mengantarkan Alora pulang ke rumahnya. Awan yang melihat gadis yang duduk di sebelahnya hanya terdiam seribu bahasa langsung berdeham dan memanggil nama Alora dengan pelan.
“ Kamu kenapa diam terus sedari tadi?” tanya Awan yang langsung ke inti pembicaraan
“ Kak, aku boleh minta sesuatu tidak?” tanya Alora dengan hati-hati
“ Tentu! Apa itu?”
“ Jangan terlalu dekat dengan Claudya bisa? Aku tidak menyukainya.”
“ Kau punya masalah dengan Claudya?”
“ Tidak.”
“ Lalu?” tanya Awan membuat Alora kembali terdiam
“ Aku mengerti kakak menganggap Claudya sebagai adik kakak sendiri yang harus kakak jaga setiap hari tetapi tidak dengan Claudya. Dia suka sama kakak! Kakak yidak ingat chat yang dikirimnya waktu itu? Claudya bukan menganggap kakak sebagai sahabatnya atau sebagai kakak laki-lakinya tetapi menganggap kakak sebagai pacar dia!”
“ Jikalau memang begitu yasudah biarkan saja dia. Lagipula, aku cuma menganggapnya sebagai sahabat aku bukan sebagai pacar.”
“ Kalau kaka tidak bisa menjauh dari Claudya, bisakah kakak tidak memberi harapan kepada Claudya?”
“ Memangnya aku memberi harapan kepada Claudya?”
“ Memangnya kakak merasa tidak memberi harapan kepada Claudya, ya?”
“ Tidak.”
“ Yausdah lupakan saja.” kata Alora pasrah menghadapi jawaban dari Awan
Sesampainya di rumah, Alora langsung merebahkan dirinya di kasur. Ia menangis sembari menutupi wajahnya dengan bantal. Alora sangat tidak mngerti mengapa Awan tidak sadar atas sikap Awan yang berlebihan terhadap Claudya sehingga membuat Claudya menyukai Awan.
Keesokan harinya, dihari minggu yang cerah, Alora pergi ke pusat perbelanjaan bersama Awan. Sebenarnya Alora ingin menolak permintaan dari sang pacar tetapi ia tidak tega melihat pesan yang Awan berikan sebelum pergi ke pusat perbelanjaan. Akhirnya, Alora memilih untuk menemani pacarnya pergi berbelanja untuk mencari hadiah yang pas untuk ulang tahun ibu pacarnya hari ini.
“ Bagusan warna biru laut atau biru langit, yang?” tanya Awan sambil menunjukkan dua kemeja kepada Alora
“ Biru langit.” kata Alora
“ Alasannya?”
“ Selain motif  bajunya yang tidak terlalu ramai, warna biru langit akan cocok dikulit mama kakak.”
“ Seperti itu, ya?”
“ Iya. Tetapi jikalau kakak lebih suka biru laut, belikan saja yang biru laut.”
“ Saya beli semuanya saja kalau begitu. Kamu tidak pingin membeli baju?” tanya Awan yang langsung dibalas dengan gelengan kepala oleh Alora
“ Pilih saja baju yang kamu inginkan, nanti aku yang bayar.”
“ Tidak perlu kak. Baju aku udah banyak di lemari.”
“ Ini perintah, Alora! Ayo, pilih baju yang kamu suka!” seru Awan yang membuat Aloa langsung memilih pakaian yang dia inginkan
“ Ini saja, kak. Terima kasih ya.” kata Alora lalu menyerahkan kaus lengan pendek yang ia pilih ke Awan
Awan menggandeng tangan Alora dan membawanya ke kasir untuk membayar baju. Setelah membayar baju, Awan mengajak Alora untuk makan siang sebelum pulang. Tidak menyangka mereka bertemu Claudya yang sedang makan siang bersama kedua orang tuanya.
“ Ma, kenalin ini teman sekelas aku namanya Alora.” kata Claudya memperkenalkan Alora kepada kedua orang tuanya
“ Cantik sekali kamu, Alora!” puji Lemi, ibunya Claudya kepada Alora
“ Terima kasih tante.” kata Alora
“ Kalian sudah makan belum?” tanya Lemi kepada Awan dan Alora
“ Kita baru mencari tempat buat makan siang, tante.”
“ Mau makan di sini sama kita tidak?” tanya Lemi kepada Awan dan Alora membuat Awan dan Alora saling bertatapan
“ Boleh, tan?” tanya Awan yang langsung dibalas dengan anggukan kepala oleh Awan
Awan dan Alora duduk bersebelahan. Lemi bangkit dari duduknya untuk memesankan Alora dan Awan makanan.
“ Kalian berdua habis beli apa?” tanya Claudya membuka percakapan
“ Habis beli hadiah buat ibu.” jawab Awan
“ Ya tuhan! Hari ini ulang tahun ibu! Aku minta maaf banget telah melupakan hari ulang tahun ibu padahal ibu selalu ingat hari ulang tahunku!” pekik Claudya
“ Tidak masalah, Clau! Ibu tidak akan marah kepadamu karena kamu melupakan hari ulang tahunnya.” kata Awan
“ Ih! Itu tidak sopan, kak! Selesai makan boleh temenin aku beli hadiah buat ibu?” tanya Claudya kepada Awan
“ Ya, nanti kita temani kamu beli hadiah.” kata Awan
“ Terima kasih!”
Selesai makan, sesuai janji, Awan dan Alora menemani Claudya dan mamanya yaitu Lemi untuk membeli hadiah untuk ibunya Awan.
“ Ma, boleh tidak aku saja yang ke rumah kak Awan?” tanya Claudya kepada Lemi yang masih membayar baju
“ Kalau Awan tidak keberatan untuk membawamu ikut serta.”
“ Tidak masalah jika aku ikut, kak?” tanya Claudya kepada Awan yang langsung dibalas dengan anggukan kepala oleh Awan
“ Yasudah kamu boleh pergi tapi ingat jangan pulang terlalu malam!” perintah Lemi kepada Claudya
Kedatangan Alora, Claudya dan Awan disambut hangat oleh Gina, ibunya Awan. Gina, sudah menyiapkan banyak sekali makanan untuk tamu istimewanya yaitu Alora dan Claudya.
“ Wah! Kelihatannya lezat!” seru Claudya lalu mengambil satu ayam bakar buatan Gina
“ Lora, kamu apa kabar?”
“ Kabar aku baik, tante.”
“ Kamu ini sudah menjadi pacar Awan jadi jangan memanggil saya dengan sebutan tante lagi, Alora. Panggil saya ibu.” kata Gina sembari menunjuk dirinya sendiri
“ I-iya ibu.”
“ Anak pintar!” puji Gina lalu mengelus pipi Alora
“ Aku tidak dipuji juga ibu?” tanya Claudya kepada Gina
“ Kamu juga pintar Claudya!” puji Gina membuat Claudya langsung memeluk Gina dengan erat
“ Makan, yuk?  Keburu makanannya dingin.” kata Gina kepada Claudya dan Alora
Selesai makan, Gina mengajak Alora, Awan dan Claudya untuk berbicara santai di ruang tamu sambil menikmati secangkir cokelat panas buatan Gina. Alora merasa senang bisa kembali akrab dengan Gina setelah sekian lama mereka harus berpisah karena Gina harus pergi meninggalkan Awan di Jakarta sendirian setelah berpisah dari suaminya yaitu Gerry.
“ Sepertinya aku sudah harus pulang karena mama sudah menanyakan keberadaanku lewat telepon.”
“ Awan antarkan pacarmu pulang dengan selamat, ya! Ingat, jangan sampai ada yang luka di badannya sesentipun!” seru Gina memperingati putra sulungnya yaitu Awan
“ Aku mau ikut!” seru Claudya lalu memeluk lengan Awan dengan manja
“ Buat apa kamu ikut, Clau? Rumahmu saja tinggal lima langkah dari sini!” seru Gina lalu langsung menjauhkan Claudya dari putra sulungnya
“ Aku mau memastikan Alora tidak lecet, bu!” seru Claudya
“ Tidak perlu! Kamu bisa mengganggu mereka.”
“ Tapi bu...”
“ Kenapa? Kamu takut? Ayo, ibu antar kamu ke rumah!” seru Gina lalu menarik lengan Claudya dan membawanya pulang
“ Pakai.” kata Awan sembari menyodorkan helmet berwarna merah muda dengan hiasan kuping kucing di sisi kanan kirinya
“ Lucu sekali helmetnya!” seru Alora memuji helmet yang dipegang oleh Awan
“ Kamu suka?”
“ Suka banget!”
“ Tapi kamu tahu tidak bahwa ada yang lebih lucu dari helmet ini.”
“ Apa itu?”
“ Kamu!”
Awan tersenyum saat melihat pipi gadisnya bersemu merah. Ia mencubit pipi gembul milik gadisnya lalu memakaikan helmet tersebut ke kepala Alora. Awan membawa Alora ke tempat motornya terparkir rapi.
“ Naik!”
“ Iya kak!” kata Alora lalu menaiki motor sesuai perintah Awan
Awan melajukan motornya menuju rumah gadisnya setelah gadisnya menaiki motornya di bangku belakang. Selama di perjalanan, Alora tidak pernah memudarkan senyumannya. Alora benar-benar senang karena ia dapat kembali akrab dengan Gina setelah sekian lamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kata Simon (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang