For as long as I live and as long as I love
I will never not think about you
You, mmm...
I will never not think about you..Bersenandung dipilih Alvon untuk menghilangkan ketegangannya. Sebuah senter dibawanya, menyenteri setiap sudut-sudut sekolah.
Sebagai anak yang berbakti, Alvon membagi dua tugas Ayahnya yang menjadi penjaga sekolah disini.
Brak!!!
Disenterinya sumber suara itu. Semakin maju, kakinya bergetar. Namun hatinya masih ingin mengetahui dimana sumber suara itu.
Kakinya sampai ke depan perpustakaan. Alvon yakin sumber suara itu dari dalam.
Dibukanya pintu perpustakaan dengan kunci secara pelan. Dan...
Tidak ada siapa-siapa. Namun, rasa penasarannya belum juga hilang. Siapa tau orang itu bersembunyi dibalik rak-rak buku.
Baru tiga langkah, tubuhnya ditarik. Lehernya tercekik oleh seseorang dibelakanngnya.
"Uhhukk!!! Le...pasin! Lu siapa?!!"
Alvon mencoba melepaskan diri namun kekuatannya kalah dengan orang dibelakangnya. Padahal jika dipegang, siku orang tersebut sangat kurus.
Setelah merasa Alvon sedikit lemas, orang itu melepaskan cekikkannya. Namun dia tidak tau kalau Alvon hanya berpura-pura.
Dengan cekatan, Alvon melepas masker yang dipakai orang tersebut juga topinya.
"Lecia???"
Tidak ada raut ketakutan di wajah Lecia membuat Alvon menjadi semakin penasaran.
"Siapa yang ngirim lo" Lecia mendekatkan wajahnya pada Alvon.
"Maksud lo?" Alvon bingung.
"Siapa yang ngirim lo!!!" Lecia berteriak dan mengepalkan tangannya bersiap untuk meninju.
"Gak ada yang ngirim gue! Gue tinggal disini dan jaga malam disini. Gue mau nanya, siapa yang ngirim lo! Dan siapa lo?!" Kesabaran Alvon pun meledak. Diteriakinya Lecia didepannya.
"Alvon? Kamu gak papa nak?!" Teriak laki-laki paruh baya diluar.
Mereka berdua langsung bertatapan seakan berbicara lewat alam batin untuk mencari tempat persembunyian.
Alvon menarik tangan Lecia membawanya bersembunyi dibalik rak.
"Avon! Kamu didalam nak?" Ayah Alvon menyenteri ruangan perpustakaan dari luar.
"Mampus, pintunya gak gue kunci. Kalau Ayah tau pintunya terbuka, pasti dia curiga" Alvon menggerutu.
"Beneran?" Lecia juga tampak terkejut.
"Beneran masak gue bercanda pas lagi begini"
"Tunggu" Lecia langsung berjalan perlahan menuju pintu untuk menahan pintu.
"Lecia! Ngapain!" Ucap Alvon berbisik namun masih bisa terdengar.
Yap. Sekarang Lecia sampai di pintu dan menahannya. Ayah Alvon mencoba memutar knok pintu namun tidak bisa membukanya.
Setelah beberapa kali mencoba membuka knok pintu ternyata tidak bisa, Ayah Alvon akhirnya pergi dari ruangan perpustakaan membuat Lecia dan Alvon pun bernafas lega.
"Sekarang jawab, siapa lo!" Alvon tiba-tiba berada di hadapan Lecia.
"Apa harus gue kasih tau ke lo?" Lecia berlagak tidak takut sama sekali dengan ornag dihadapannya.
"Iya. Harus" Ucap Alvon yakin.
Lecia mengabil sesuatu didalam saku jaketnya. Sebuah lipatan kertas, ketika dibuka kertas itu, terdapat tulisan tangan yang dilumuri darah kering. Membuat tulisan tangan tersebut tidak terlihat sebagian.
Alvon terkejut dengan apa yang dia lihat. Diambilnya kertas tersebut. Kenapa kertas ini ada disini? Pikirnya.
"Lo dapat dari mana kertas ini?" Alvon berbicara serius.
"Di buku ini" Lecia berjalan ke salah satu rak buku dan mengambil buku tersebut.
Buku itu tidak tampak seperti buku pelajaran. Melainkan sebuah diary yabg lusuh. Sampulnya pun hanya tinggal setengah.
"Dimana lo dapat?"
"Disana" Lecia menunjuk rak buku didekat pojok ruangan perpustakaan.
"Dan bukunya disini" Lecia berjalan menunjuk rak buku paling bawah dan paling ujung.
Alvon seolah mengerti langsung menarik tangan Lecia. Mereka berlari melewati halaman belakang sekolah. Ada sebuah pagar yang sedikit terbuka, mereka berdua masuk ke situ.
"Hei kemana! Jangan macem-macem sama gue!" Teriak Lecia mencoba melepas pegangan tangan Alvon.
"Gue punya bukti lain" Jawab Alvon. Dia tidak menghirani Lecia yang mencoba melepas tangannya.
Setelah berlari beberapa saat, mereka melihat sebuah gubuk. Mereka masuk ke gubuk tersebut. Alvon menyalakan lampu, dan terlihatlah semuanya.
Lecia yang melihatnya hanya terbelalak.
-TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You?
Random"Siapa dia?" Pikir Alvon. Perempuan yang tidak pernah dia temui seumur hidup. Apa yang perempuan itu perbuat adalah yang pertama kalinya. Penentang, penantang, tidak kenal takut, dan misterius. Siapa dia? ________________________________________...