BAB II PERTEMUAN (lagi)

42 0 0
                                    

"Ada apa lagi kau kemari? Bukankah kau akan ke sanggar teater mu untuk berlatih?" Ruru menemui Galaksi di halaman parkir kampusnya setelah mendapat pessan singkat darinya untuk minta ditemui.

"sebenarnya aku sendiri sungguh malas melihat wajahmu yang sungguh menjijikkan itu—" BUKK – bukan suara bidadari jatuh. Melainkan suara hasil tangan Ruru yang jatuh pada punggung milik Galaksi.

"sakit, bodoh" Galaksi membalas dengan menjitak ubun-ubun milik Ruru dan alhasil Ruru meringis kesakitan.

"kau sialan, aku tidak menjijikkan" Ruru menyudahi pertengkaran dirinya dan Galaksi.

Galaksi mulai merogoh tas kanvas hitam yang ia letakkan pada bagian dalam jok vespanya. Ruru yang berdiri tidak jauh dari Vespa milik Galaksi itu mulai penasaran dan sedikit mendongakkan kepalanya berusaha mengintip apa yang sedang Galaksi usahakan keluar dari tas nya.

"mengintip adalah perbuatan keji" kata Galaksi tiba-tiba tanpa melihat kearah apapun dan masih berusaha mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya. Ruru yang merasa tersindir pun hanya mendengus sebal dan melipat tangannya di depan dada.

"seseorang menitipkan ini untukmu, mungkin ia mengirimkan guna-guna agar kau cepat mati" pernyataan Galaksi membuat Ruru lagi-lagi melayangkan telapak tangannya ke punggung milik Galaksi.

"bisa tidak,telapak tangan milikmu sekali saja tidak menebas punggungku, ini panas,bodoh" Galaksi mengelus-elus bekas telapak tangan Ruru yang ada di punggungnya.

"Ruruyang bodoh, lagi-lagi kau tinggalkan tasmu di dalam kelas hingga kelas usai.Berhenti menjadi sesorang yang tele—" Ruru menoleh ke arah sumber suara dilorong kampus belakang Ruru berdiri. Ya, Senja. Pria itu tampak menghentikan perkataannya saat melihat Ruru sedang berada di lahan parkir bersama Galaksi. Raut mukanya bisa ditebak Ruru sebagai raut muka yang tercengang (?) pasalnya, mulut Senja terbuka sedikit menandakan orang yang sedikit terkejut. Bagaimana dengan Galaksi? Wow, ternyata Galaksi menunjukkan tampang yang tidak jauh beda dengan tampang milik Senja.

"itu—pacarmu?" tawa Ruru meledak saat Senja dan Galaksi melontarkan pertanyaan yang sama dalam waktu yang bersamaan pula. Muka mereka semakin cengo melihat Ruru yang tertawa semakin terbahak-bahak.

"kurasa kalian lebih cocok untuk bersama. Kalian serasi! Kutinggal dulu ya—" Ruru pergi begitu saja dengan merampas tasnya yang sedang bergelayut bebas di tangan kanan Senja dan mengaitkan pada pundaknya.

"Laksi, katakan terima kasih pada pengirimnya" lanjut Ruru sedikit berteriak dan berlari menjauhi mereka berdua yang masih dalam keadaan cengo. Senja melirik Galaksi yang sedang menyelipkan rambut bagian depannya ke belakang telinga dengan menggigit bagian bawah bibirnya dan menatap manja kearah Senja.

"apa yang sedang kau lakukan" Senja menatap jijik Galaksi yang masih menggigiti bibir bawahnya.

"sepertinya benar yang dikatakan Ruru" Galaksi semakin menjadi-jadi dengan mulai menyentuh pundak milik Senja.

"amit-amit, berhenti menyentuhku. Kita adalah aparat yang memiliki pistol dalam tipe yang sama, bodoh" Senja meninggalkan Galaksi yang sedang terkekeh.

***

Ruru memasukan password apartemennya. Ya, Ruru sedang tidak pulang kerumahnya lagi. Mencuci kaki, mengganti pakaian dan membuat kopi karamel panas. Ia menuju balkon membawa kanvas dan peralatan melukisnya, tidak lupa kopi caramel panas yang ia letakkan di sampingnya.

Ditengah keseriusannya melancar dengan imajinasi, Ruru teringat akan bingkisan yang Galaksi berikan tadi siang.

"hah, apa ini?" Ruru kebingungan melihat apa yang ia dapat. Benar saja, ia mendapati sehelai tali (?) seperti anak dari tali tampar. Ini benar-benar unik, selama ini memang sudah beberapa kali Ruru mendapatkan bingkisan dari beberapa orang yang sebenarnya ia pun tidak mengenalnya. "halah, itu bentuk apresiasi terhadap seseorang yang menyukai karya mu saja" itulah yang selalu Galaksi katakan pada Ruru. Ruru tidak ambil pusing dengan bingkisan beserta isinya yang baru ia dapatkan. Ia masukkan kembali tali (?) tersebut kedalam kotaknya seperti semula dan meletakkannya di nakas sebelah tempat tidurnya lalu ia melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Belum Ada Judul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang