Chapter 1

22 4 0
                                    

Aku terbangun dengan pusing yang mendera kepalaku. Aku melihat sekeliling, aku tidak mengenal tempat ini. Di mana aku? Aku mencoba berdiri, dan bersandar pada sebuah pohon besar.

Ini hutan, tapi kenapa aku bisa ada di hutan, seingatku aku tadi sedang berada di sekolah. Aku melihat penampilanku, pakaianku tetap sama. Aku masih memakai pakaian sekolahku, seragam putih abu-abu, dan aku bahkan masih membawa tasku.

Ah, kenalkan, namaku Lemon Sans Froid. Umurku tujuh belas tahun, dan aku kelas dua belas SMA. Kembali ke kenyataan, kenyataan? Bahkan aku tidak tau kenyataannya mengapa aku bisa di sini.

SRREEK

Aku mendengar suara seperti gesekan antara angin dan daun di belakangku, dan itu membuatku merinding. Pelan-pelan aku menengok ke belakang. Tidak ada siapa-siapa.

SRREEEKK

Lagi? Aku segera berlari sebelum sesuatu itu menangkapku. Tapi belum sempat aku berlari, sesuatu mencekal pergelangan tanganku, dan parahnya aku tidak berani melihat ke belakang. Aku hanya bisa berteriak.

“Aaaa… lepass hmphmm,” tiba-tiba sebuah tangan menutup mulutku.

“Diamlah, atau hewan buas akan datang. Lagipula aku tidak berniat menculikmu,” kata orang yang membekapku, dan ia adalah seorang laki-laki. Langsung kutepis tangannya yang berada di mulutku, dan kuputar tubuhku menghadapnya.

Mataku menelitinya dari atas sampai bawah. Penampilannya aneh, semuanya serba hitam-emas, ia memakai jubah hitam panjang yang tergantung di pundaknya. Kulitnya putih pucat, rambutnya hitam. Alisnya sedikit tebal, dan hidungnya mancung. Hmm, kuakui dia cukup tampan.

“Hei,” aku melihatnya melambaikan tangannya didepan wajahku. Aku memandangnya sinis.

“Siapa kau?”

“Seharusnya aku yang bertanya, siapa kau? Dan apa maumu di wilayahku? Kau pasti pemburu ya, dan kenapa pakaianmu berbeda?” tanyanya bertubi-tubi, dan apa katanya, pakaianku aneh?

Huh, harusnya aku yang berkata seperti itu.

“Hei, aku yang bertanya duluan, harusnya kau menjawabku, bukannya balik bertanya.” dasar menyebalkan.

“Baiklah. Kenalkan, aku Dra-“

“Drakula?” sahutku, ia memelototkan matanya. Dan aku hanya memasang senyum tanpa dosaku.

“Bukan, namaku Dra-“

GRRRR

“Ap–hmmpph,” baru saja aku ingin bertanya dia sudah membekap mulutku, lagi.

“Diam, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum harich itu datang.” Dia menyeretku pergi dari tempat ini, hingga kami sampai di sebuah taman, sepertinya. Lagipula, apa itu harich, baru kali ini kau mendengar nama hewan itu.

“Hei Drake, siapa itu yang kau bawa? Dan, apa-apaan pakaian itu? Dari klan mana dia?” Ah, jadi namanya Drake. Apa bedanya dengan drakula, hanya tinggal menghilangkan ‘ula’ dan menggantinya dengan ‘e’ bukan.

Memungkinkan bagi  mereka untuk asing dengan pakaianku secara pakaian mereka semua sama dengan Drakula itu. Hanya saja mereka tidak memakai jubah.

The Second WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang