"kabarkan virus ini terdapat pada warga sekitar daerah X yang kerap kali mengkonsumsi hewan-hewan liar..."
Tiba-tiba ponsel Rara berbunyi. Sontak mengalihkan perhatiannya dari televisi tabung yang tersemat disudut warteg. Warungnya sedang sepi karena belum jam makan siang, hanya Rara dan dua orang supir angkot.
"Walaikumsalam. Kenapa bu?"
"Kamu ga pulang nak?"
"Ga dulu deh. Tanggung banget"
"Kamu lagi dimana ko rame?" Rara langsung sadar ia tengah makan dimeja kecil berhadapan dengan kaca lauk pauk.
"Lagi diwarteg nih buk, nanti kalo balik kekosan aku telpon lagi yah."Sebagai penutup telpon Rara mengucapkan salam. Dan telpon pun berakhir.
"Virus ini belum ditemukan obatnya. Dan menyerang organ pernafasan..."
Rara melanjutkan mononton siaran berita dunia terkini. Ditemani abang-abang angkot disebelahnya sembari menyerumput kopi.
Terlintas Rara ingin mengirim pesan singkat pada Anton. Yang awalnya Rara takut tapi kini ka malah bertukar nomor telepon."Lagi ngapain?" Anton melirik layar ponselnya sambil menunggu loading game zombie.
"Game" Ketiknya singkat
"Gue mau pulang dari warteg nih. Mau nitip apaan?" Layar ponsel Anton menyala masih dalam ruang chat yang sama. Namun orangnya tengah asik menekan keyboard dan menatap layar komputernya.'Read'
Rara membaca itu. Dia meneguk air mineral dari gelas plastik sederhana ibu warteg berambut pendek bertubuh gempal. Pikirnya mungkin sedang memikirkan nama makanan. Rara memutuskan untuk menunggu sebentar. Namun sudah lebih dari lima menit Rara menunggu tak nampak juga notifikasi nama makanan. yasudah, batinnya. Ia mau pulang****
Rara membuka kunci kosan sambil matanya mencari nama ibunya dipanggilan terakhir. Rara masuk dan telpon tersambung. Tak perlu lama tiga kali bunyi dengungan ibunya sudah mengucapkan salam
"Ibu tadi kenapa telpon?"
"Kamu ga balik nak? Ibu takut kamu kenapa-kenapa disana" ibunya membenarkan posisi duduknya. Mukanya berkerut, nampaklah seorang wanita beranjak tua sedang tak nyaman anak bungsunya jauh.
"Lah emangnya kenapa? Aku masih bisa makan ko buk, listrik air nyala, kuota ada. Santailah" Rara menjatuhkan dirinya ke kasur tingkat bawa punya Shella. "Lagian juga disini aku ada temen ko" ucapnya sambil melakukan hal random. Mengusap-usap tangga menuju ranjang atas contohnyal
"Si shella?"
"Anak kos sini buk, baru kenal kemarin"
"Awal loh yah kamu macem-macem sama cowok disana" ibunya mewanti-wanti. Telunjuknya menunjuk semu ke telpon seolah Rara ada didepan.
"Yah ga lah buk. Cuma dia disini yang ga pulang juga kaya aku. Kalo aku ada apa-apa harus minta tolong ke siapa aku?"
"Huh" ibunya mencibir "bener loh ya"
"Iya bu iyaaaa" ucap Rara kembali duduk kepinggir ranjang
"disana juga rajin-rajin cuci tangan dan pake masker, anjuran tenaga medis kaya begitu yah walaupun belum masuk negara kita sih"
"Siap nyonya !!" Seru Rara
"Kalo uang abis, cepetan telpon ibu loh yah. Jangan nahan laper"
Telpon berakhir. Rara menyapu pandangannya keseluruh kamar. Kosong. Cuma jam yang berbunyi maju detik demi detik. Bosan. Terpikir untuk mengetok kamar Anton. Dan Rara sudah ada diada didepan kamar Anton.
"WOY BUKA WOY WOOOOOYYYYYYYY" iseng Rara memukul-mukul pintu Anton dengan dentuman seakan ingin mendobrak.
"Ga dikunci !" teriak Anton dari dalam. Masih dengan posisi yang sama. Main video game.
Rara melangkahkan kakinya ke dalam ruangan gelap itu. Barang-barang Anton tersusun rapi meski di meja komputernya banyak bekas cup mie instan. Tempat tidurnya pun tak kusut, bukunya tersusun, sepatu yang masuk dikotak yang berjejer di rak sepatu. Dispenser Pun bersih. Tapi sayang gorden kamarnya tak di buka. Mungkin silau, mungkin menganggu dia bermain game.Rara tanpa sadar menikmati tontonan Anton yang sedang bermain game. Bidikan Anton selalu tepat sasaran setiap zombie yang datang. Anton sendirian, yang lain hanya bot komputer. Tapi nampaknya bukan hal yang sulit bagi Anton. Anton menelusuri area didalam game. Banyak ruang berkaca dan eskalator. Nampaknya karakter anton sedang ada di sebuah mall. Rara tanpa bersuara tetap menonton dibelakang Anton.
Dan boom ! Ribuan zombi mungkin lebih tiba-tiba muncul. Berjatuhan dari lantai atas ataupun luar mall menuju eskalator. Kelantai atas tempat karakter Anton bersiap.
"Gila anjir banyak banget" Rara berseru tegang melihat berbondong-bondong orang seperti sedang berburu diskon setengah harga. Saling sikut entah siapa jatuh dan terinjak-injak.
Anton mungkin lupa akan beberapa item sehingga Anton seolah hanya kucing-kucingan, kewalahan menghadapi serangan zombie yang sangat banyak. "Halah anjing" umpat Anton. Teman botnya mati satu persatu dan respawn selama 30 detik.
"Awas Anton !" Teriak Rara menunjuk suatu karakter zombie yang bisa melompat dan menduduki Anton. Bar darah Anton langsung habis. Layarpun gelap.
"NGULANG DARI AWAL KAN TAII" Anton mengumpat ke layar monitornya. Entah apa sepertinya dia mengumpati dirinya sendiri."eh main barenglah kuy bosen gue main battle royal. Itu bisa main bareng kan?" Tunjuk Rara pada layar komputer yang sudah menampilkan awal game lagi.
"Suka main game juga lu?"
"Yaah gitu kalo bosen yah gue tinggal. Aku download gamenya tapi numpang wifimu yah"
"Hmm" Anton hanya berdehem kembali meraba keyboardnya.
"Tunggu gue, gue ambil laptop" teriak rara dari ujung pintu kosan Anton. Anton hanya tersenyum melihat perilakunya. Rara adalah teman pertamanya di gedung kosan ini.
Rara lekas mendekap laptopnya dan menelpon Shella.
"Shel, lu belom mulai kkn kan?"
"Belom. kenapa emang?" Shella mendengar suara langkah tergesa-gesa Rara "Lo mau kemana sih ribut amat"
"Gue lagi mau main game bareng sama si Anton" sontak membuat Shella heran. Padahal beberapa hari yang lalu dia memperingatkan Rara untuk tidak terlalu percaya dengan anak itu.
"Dah akrab aja lu sama dia" saut Rara. Terdengar suara pintu terbuka.
"Pokoknya, kita main bareng! Gue kirim link downloadnya ya" Rara membuka laptopnya.
"Password wifi lu apa nton?" Tanya Rara disela ia menelpon Shella.
"Woy gila lu yah dah masuk kamar cowok aja"
"Tenang aja, pintunya gue buka. Buruan instal yah main bareng" Anton meraih laptop Rara dan mengetikan password wifi.
"Gila lu ya, gue main game horor grafict level android aja tegang banget gimana mau game yang lu kirim ini?!" Protes Shella ketika melihat link dari website tersebut.
"Udahlah, instal aja. Sambil kenalan juga sama si Anton. Kita main bareng neh"
Shella mendengus. Tapi tidak salah juga pikirnya. Toh dia juga belom tau akan melakukan apa.
"Ditunggu yah!" Seru Rara lalu mematikan telpon dan fokus pada proses instalasi game. Matanya berbinar senang ketika monitornya sudah ada cerita pendek dari game tersebut.
"Let's go !" Rara menekan enter untuk skip.