Bab I

33 2 0
                                    


Ayana pov
.

Malam telah berganti pagi. Matahari muncul tanpa malu-malu lagi. Seseorang yang tengah bergelung dengan selimutnya  enggan bergerak untuk bangun, bahkan untuk sekedar membuka matanya.

Suara pintu diketuk dari luar pun tidak dihiraukannya. Ini membuat ibunya si empu kamar harus turun tangan.

"ANAAA!!!" Jika sudah begini Ayana akan bangun. Kalau tidak, ibunya pasti akan memarahinya habis habisan.

Melihat jam di nakas. Ayana terkejut melihat jarum jam yang menunjukkan pukul 07.05. Ia berjalan lunglai menuju kamar mandi.

Sungguh, ia begitu malas untuk sekolah.

********

Tak peduli dirinya terlambat, Ayana tetap melangkahkan kaki  menuju kelasnya dengan langkah gontai. Rasanya ia ingin membolos saja hari ini.

"Ay, nggak biasanya lo dateng terlambat. Ada apa?" Adinda—sahabat sejak kecil ayana—ini sangat mengerti seperti apa Ayana itu.

Ayana memang tidak pernah terlambat sebelumnya, namun hari ini adalah pengecualian.

"Sorry, Din, gue bangun kesiangan tadi. Gue masih ngantuk, Din," jawab Ayana sambil menguap. Matanya terlihat sayu dengan  kantung mata yang hitam, membuatnya terlihat seperti panda. Penampilannya hari ini benar-benar kacau.

"Sudahlah Ay, kamu itu ndak pantas menangisi lanangan seperti Deodoran-mu itu. Cowok mambu kèlék saja kok ditangisi," ujar Pratiwi dengan logat medoknya yang khas itu.

Jengah, Adinda pun memutar bola matanya seraya berujar, "Pratiwi, please, cowok itu namanya Roxena, bukan Rexona. Dia juga nggak kayak slogan Rexona yang 'setia setiap saat' tapi dia keparat."

"Halah wes, la wong podo wae to, Din. Tinggal pindahin huruf O sama E saja kok." Pratiwi memicing kearah Adinda. "Kayak kamu itu ndak pernah gitu aja."

Adinda hanya menatap sewot Pratiwi. Mengarahkan pandangan ke Ayana, "Ay, pasti lo semalem nangis gara-gara Rexona sampai bangun kesiangan, ya?" selidiknya.

"Hahahaha, lihat, siapa yang sekarang salah nyebut nama?" puas Pratiwi.

Masih dengan memejamkan mata, Ayana menjawab, "Udah lah, Din. Gue pusing, ngantuk. Lo kalau mau nanya nanti aja."

Namun tanpa mereka sadari, seseorang tengah menatap geram kearah mereka bertiga. Mengambil senjata dan membidiknya.

WUUUUSSSSHHH... PLETAAAKK..

*********

"Edan kowe rek, aku ndak pernah dihukum Bu Tari seperti ini sebelumnya. Ya Allah, panas banget disini," keluh Pratiwi.

"Iya, Prat. Gue baru sekali dihukum Bu Tari. Ini yang kedua kalinya. Apalagi Ayana, dia malah nggak pernah dihukum Bu Tari sebelumnya, ya kan, Ay?" Adinda menoleh kearah Ayana. Namun, Ayana hanya membalas dengan anggukan pelan.

"Ay, kowe kok nglemesi ngono to, koyo ndak nduwe semangat urip," celetuk Pratiwi.

Sementara yang diajak bicara malah menguap. "Kan Gue udah bilang kalau Gue ngantuk butuh tidur, bukan malah dijemur," jawab Ayana malas.

Dijemur dibawah panas terik matahari membuat Ayana semakin lemas, ditambah dua sahabatnya yang sedari tadi tak henti-hentinya mengoceh, semakin  membuat Ayana pusing tiga ribu keliling.

Tiba-tiba pandangan Ayana gelap.

BRUUUKKKK...!!!
 

"AYANA!!" teriak dua sahabatnya bersamaan.

"Iki piye to, Din, si Ayana.  Ya Allah, piye kok iso ngene ki." Pratiwi panik dan bingung apa yang harus dilakukannya. Begitu pun Adinda.

"Prat, kayaknya kita harus gotong Ayana ke UKS," tutur Adinda.
 
"Kenapa ndak minta bantuan anak PMR saja, Din? Biar nanti dibawa pakai tandu." Pratiwi langsung lari mencari bantuan sebelum Adinda sempat menjawabnya.

Tak lama kemudian, dua anak PMR lari dengan membawa tandu menuju lapangan.

♤♤♤♤


Alan pov
.

Bel sekolah telah berbunyi menandakan kegiatan belajar akan segera dimulai. Satpam yang berjaga di gerbang pun menjalankan tugasnya untuk segera menutup pintu gerbang.

Seorang siswa tengah berlari kencang menerobos gerbang yang hampir tertutup itu.

"Pak, Pak, Pak, tunggu sebentar jangan ditutup dulu," ucap siswa itu dengan napas terengah. Ya, siapa lagi siswa yang terlambat itu kalau bukan Alan.

"Hoalah, kok kamu lagi to Lan. Bosen aku liat kamu telat terus." Pak Garnis—satpam—atau yang biasa dipanggil Pa Gar oleh murid-murid di sekolah ini sudah hafal dengan kebiasaan Alan yang sering terlambat.

Alan hanya memutar bola matanya malas dan segera berlari menuju kelas. Namun, dewi fortuna tidak berpihak padanya. Baru saja dia akan memutar knop pintu kelasnya, suara dibelakang menginterupsinya.

"Ekhem.. Ekhem..." Dehaman itu mendadak membuat atmosfer sekitar berubah.

Alan pelan-pelan menoleh kan kepalanya ke belakang, "Hehe, selamat pagi, Pak Joko."

"Ikut ke ruangan saya, cepat!" perintah Pak Joko.
Alan segera mengikuti Pak Joko di belakang sambil menggerutu.

Sesampainya di ruangan Pak Joko...

"Duduk!" perintahnya.

"Baik, Pak," jawab Alan.

"Saya sudah beri kamu peringatan beberapa hari yang lalu, tapi kamu tetap tidak ada perubahan. Alan, sekarang saya akan buatkan surat panggilan orang tua, besok orang tua kamu harus menghadap saya," jelas Pak Joko.

"Tapi, pak—"

"Tidak ada tapi-tapian, Alan," potong pak Joko, "Sudah, cepat kembali ke kelas."

Alan berjalan pasrah keluar dari ruang konseling. Ia benar-benar tak menyangka orang tuanya akan dipanggil ke sekolah untuk kedua kalinya. Papanya pasti akan menarik semua fasilitas yang diberikan pada nya.

Sesampainya di kelas ternyata gurunya belum datang. Alan berjalan menuju tempat duduknya di belakang. Mendaratkan bokongnya di kursi, ia melihat kosong kearah jendela.

"Lan, tumben Lo dateng muka ditekuk gitu," tanya Derry.

"Gue baru aja dipanggil ke ruang konseling, Der," jawab Alan.

"Tapi kan, Lo nggak pernah sekusut begini keluar dari BK." Derry heran karena tidak biasanya Alan seperti ini. Sudah biasa bagi Alan keluar masuk ruang BK. Namun, akhir-akhir ini dia mulai meninggalkan kebiasaan buruknya itu, karena sudah ada peringatan serta ancaman dari papanya.

"Udah lah, Der." Alan malas menanggapi.

Sepanjang pelajaran Alan hanya melamun menghadap jendela. Raganya di kelas, tapi jiwanya melanglang buana entah kemana.

Lamunannya teralihkan ketika ia tak sengaja melihat seorang siswi tergelatak tak berdaya dengan salah seorang  temannya yang kebingungan.




TBC....

Kyaaa...ini cerita teenfic aku yang pertama. Maaf kalau kalian kurang enak bacanya. Masi belajaran:)

Terima kasih yg sudah mau mampir.
Jangan lupa voment juga:))

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AYALAN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang